Liputan6.com, Jakarta - Seorang warga Inggris bernama Andrew Court, mengalami sakit usai pulang liburan di Bali. Andrew, yang berasal dari Buxton, East Midlands, awalnya mengunjungi temannya, Zeke Scott, sebelum memulai pekerjaan baru. Namun, liburan yang seharusnya menyenangkan itu berubah drastis ketika Andrew jatuh sakit.
Awalnya, Andrew mengalami demam dan gejala mirip flu yang diduga sebagai demam berdarah, penyakit tropis yang umum di Indonesia. Namun, seperti yang dilaporkan The Sun, dikutip pada Kamis (13/2/2025), kondisinya memburuk dan menyebabkan kejang.
Advertisement
Baca Juga
Kondisi tersebut memaksa Zeke untuk segera membawanya ke rumah sakit. Setelah serangkaian tes, diagnosis yang menghancurkan datang, Andrew disebutkan terkena pneumonia dan ensefalitis virus, yang menyebabkan pembengkakan otak.
Advertisement
Kondisi Andrew semakin mengkhawatirkan ketika ia tidak dapat mengenali orang-orang terdekatnya, termasuk ibunya sendiri. Zeke, yang menemani Andrew selama masa sulit ini, menggambarkan kondisinya belum pulih.
Meskipun Andrew sempat mengenali ibunya dua minggu lalu, ia kembali kehilangan kesadaran akan lingkungannya. Masalah semakin rumit karena asuransi kesehatan Andrew telah kedaluwarsa seminggu sebelum kejang terjadi.
Keluarga dan teman-temannya kini berusaha mengumpulkan dana sebesar 50 ribu poundsterling atau setara Rp1 miliar untuk menutupi biaya perawatan dan memulangkan Andrew ke Inggris. Biaya perawatan di ICU sangat mahal, mencapai sekitar 1.000 dolar AS per malam yang setara Rp20,4 juta, sementara penerbangan medis diperkirakan menelan biaya 30 poundsterling atau sekitar Rp612 juta.
Sumbangan dari Teman-teman
Stewart Court, saudara Andrew, mengungkapkan kesedihannya karena tidak dapat menjenguk saudaranya di rumah sakit. Ia khawatir kehadirannya dapat membuat Andrew stres jika tidak mengenalinya.
"Ini sangat sulit dan menghancurkan mengetahui dia ada di sana, jauh dari rumah," kata Stewart.
Keluarga dan teman-teman Andrew terus berjuang mengumpulkan dana melalui platform GoFundMe. Dukungan dari teman-teman lama dan masyarakat luas sangat berarti bagi mereka. Saya sangat terkesima dengan apa yang telah orang-orang sumbangkan.
"Ini adalah bukti betapa banyak orang mencintainya," tambah Stewart.
Kisah Andrew mengingatkan kita akan bahaya penyakit tropis dan pentingnya persiapan yang matang, termasuk asuransi kesehatan saat bepergian. Bagi mereka yang ingin membantu Andrew dan keluarganya, donasi dapat dilakukan melalui tautan GoFundMe yang tersedia.
Orang-orang yang mengenalnya pun berharap Andrew segera pulih dan dapat kembali ke Inggris dengan selamat. Diketahui saat ini pneumonia sedang marak dan Anda pun harus berhati-hati menjaga kesehatan saat pergi liburan.
Â
Advertisement
Kisah Hampir Serupa
Sebelumnya kisah hampir serupa juga pernah terjadi pada turis lainnya saat liburan di Hokkaido, Jepang. Nyaris saja liburan berubah jadi "mimpi buruk" bagi seorang turis asal Malaysia setelah diberitahu harus membayar tagihan rumah sakit senilai 15 ribu ringgit, atau sekitar Rp55 juta.
Ia dirawat inap usai terserang flu di tengah merebaknya wabah influenza di Jepang. Menurut China Press, dikutip dari Says, Sabtu, 8 Februari 2025, pelancong bernama Qin itu pergi ke Negeri Sakura bersama keluarganya pada awal Januari 2025.
Tetapi, ia dirawat setelah tertular influenza usai mengunjungi puncak gunung di Hokkaido. "Setelah dirawat di rumah sakit, saya dipasangi ventilator karena kekurangan oksigen. Komunikasi sulit (dengan staf rumah sakit) bahkan dengan aplikasi penerjemahan, sampai kami menemukan penerjemah bahasa Mandarin," sebut dia.
Qin menyambung, "Saya ceritakan kondisi saya, tapi petugas rumah sakit hanya memberikan oksigen satu kali dan tetap memberikan cairan infus meski saya masih kesulitan bernapas."Â Meski memiliki asuransi perjalanan, ia memutuskan pulang dan berobat di Malaysia setelah mengetahui biaya pengobatan di sana.
Kadar Oksigen Darah Tidak Stabil
Ia memberi tahu rumah sakit di Jepang bahwa ia tidak mampu membiayai perawatan lebih lanjut, ia pun diminta menandatangani pernyataan yang melepaskan rumah sakit dari tanggung jawab usai ia dipulangkan. "Keluarga saya khawatir karena saya tidak makan apa pun," kata Qin.
"Saya lebih banyak mengembuskan napas daripada menghirup napas. Setelah minum obat pereda nyeri, saya mulai muntah keesokan harinya," ia menambahkan. Ia kemudian dirawat di rumah sakit segera setelah tiba di Malaysia, dan diberi lebih dari 10 obat malam itu meski kebanyakan pasien hanya membutuhkan dua.
Pelancong itu berkata, "Dokter mengatakan saya harus dirawat di unit perawatan intensif (ICU) karena kadar oksigen dalam darah saya tidak stabil. Saya dirawat di rumah sakit selama lima hari empat malam. Saya tidak langsung kembali bekerja setelah keluar dari rumah sakit, tapi menjalani masa isolasi. Sekarang saya sudah pulih sepenuhnya."
Â
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)