Ini Alasan Petani Magetan Panen Dini

Selain dipanen lebih awal, salah satu petani mengaku produksi panen padinya menurun 10 hingga 20 persen. Hal itu karena sebagian sudah rusak akibat roboh dan terendam air.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Feb 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2020, 10:00 WIB
Petani panen padi di Desa Cingebul, Lumbir, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Petani panen padi di Desa Cingebul, Lumbir, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah petani di Desa Pojoksari, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, terpaksa memanen dini tanaman padinya karena roboh dan terendam air akibat tingginya curah hujan di daerah setempat yang disertai angin kencang selama beberapa hari terakhir.

Petani desa Pojoksari, Kecamatan Sukomoro, Magetan, Jawa Timur, Supriyanto, mengaku terpaksa memanen padinya lebih awal untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Sebab, jika tidak segera dipanen, tanaman padinya yang sudah roboh tertiup angin akan membusuk karena terendam air.

"Ini sudah banyak yang roboh kena angin. Jadi kalau tidak cepat dipanen, gabahnya itu busuk karena banyak yang terkena tanah dan air akibat cuaca buruk," ujar Supriyanto kepada wartawan di Magetan, Selasa, 25 Februari 2020.

Menurut dia, normalnya tanaman padi dipanen pada usia 90-100 hari. Namun saat ini tanaman padinya baru berusia 70-80 hari dari masa tanam, dilansir dari Antara.

Selain dipanen lebih awal, ia mengaku produksi panen padi miliknya menurun 10 hingga 20 persen. Hal itu karena sebagian sudah rusak akibat roboh dan terendam air.

Ia juga mengalami kerugian karena padi yang sudah ambruk biasanya bulirnya banyak yang pecah serta berwarna hitam sehingga kurang laku di pasaran.

Tidak hanya di Kecamatan Sukomoro, di Kecamatan Kartoharjo, Magetan, juga banyak tanaman padi yang roboh dan terendam air akibat cuaca buruk. Hal itu menyebabkan hasil panen petani menurun.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya