Mahasiswa Unair Sulap Nasi Basi Jadi Hand Sanitizer

Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) mengubah nasi basi yang dimanfaatkan lagi menjadi bahan dasar untuk formula untuk membuat hand sanitizer.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Nov 2020, 04:00 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2020, 04:00 WIB
Kampus Unair
Kantor Pusat Manajemen Universitas Airlangga di Kampus C Unair, Jalan Ir Soekarno, Mulyorejo, Surabaya, Jatim. (www.unair.ac.id)

Liputan6.com, Jakarta - Ternyata limbah dari nasi atau nasi basi dapat diolah dan dimanfaatkan lagi menjadi bahan dasar untuk formula untuk membuat hand sanitizer.

Pengolahan limbah nasi tersebut dilakukan oleh lima mahasiswa Fakultas Vokasi (FV) Universitas Airlangga (Unair). Yakni Yasmin Auliya Hylmi, Annisa Maulidya, Ajeng Dilla Lestari, Hilda Rachmania Panglipurning T., dan Silvia Eka Kurniawati.

Ketua Tim Yasmin Auliya Hylmi mengungkapkan, dalam nasi basi terdapat kandungan yaitu formula bioetanol yang kemudian jika ditambahkan dengan ekstrak daun kemangi ternyata efektif membunuh berbagai mikroba. Seperti bakteri dan jamur termasuk coronaviruses.

"Kami berhasil menciptakan formula bioetanol dari nasi basi dengan penambahan ekstrak daun kemangi (Ocimum americanum L.) yang berpotensi sebagai inovasi hand sanitizer alami," ungkap Yasmin Auliya Hylmi dari laman Unair, ditulis Sabtu, (28/11/2020).

Keunggulan 

Ia menuturkan, dalam formula yang dibuat memiliki beberapa keunggulan.  Pertama, tidak ada kandungan methanol sehingga ketika digunakan tidak akan memunculkan efek toksisitas. 

Kedua, keunggulannya dari bahan dasar alami yang digunakan. Produk hand sanitizer yang dibuat berasal dari limbah nasi yang dapat ditemukan dengan mudah. 

Ketiga, formula tersebut juga tidak merogoh kocek banyak, bahkan murah. Walaupun sangat murah, Yasmin mengklaim bahwa formula tersebut efisien digunakan untuk hand sanitizer.

Manfaat terakhir yaitu, dalam kandungan dari formula limbah nasi tidak hanya berfungsi sebagai antibakteri saja, tetapi juga sebagai antivirus bahkan antifungi.

"Kami menggunakan metode destilasi bertingkat serta peragian untuk mendapatkan kadar bioetanol dari limbah nasi. Takarannya sesuai dengan kadar efektif hand sanitizer, yakni sekitar 60 hingga 80 persen,” ujar dia.

Sementara itu, daun kemangi diekstraksi menggunakan metode maserasi. Pelarut dengan tingkat kepolaran tertentu digunakan untuk mendapatkan ekstrak yang diharapkan. Ia juga mengatakan telah dilakukan finalisasi uji fitokimia.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Ide Awal

Ilustrasi cuci tangan.
Ilustrasi cuci tangan. (dok. Foto Emotions/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Yasmin juga mengungkapkan, awal muncul ide memanfaatkan limbah nasi lantaran tidak sedikit nasi yang terbuang secara cuma-cuma dari warung makan. Selain itu, fasilitas tempat cuci tangan di tengah era pandemi COVID-19 pun masih minim. 

"Kami mencoba menggabungkan beberapa masalah tersebut untuk mendapatkan satu solusi yang kami harap efektif sebagai penyelesaian," ujarnya.

Kemudian, gagasan tersebut diikutsertakan dalam Olimpiade Vokasi Indonesia (OLIVIA) 2020. Setelah melalui persaingan yang cukup ketat, Yasmin dan timnya berhasil membawa pulang Juara LKTI Sub Kategori Saintek Inovasi Bioekonomi. 

Yasmin berharap, ilmu dan pengalaman yang ia dan temannya dapatkan bisa terus diturunkan untuk mengharumkan nama prodi dan juga universitas. 

"Semoga pencapaian ini tidak menjadi titik akhir dari perjuangan kami dan teman-teman yang lain,” pungkasnya.

 

(Ihsan Risniawan-FIS UNY)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya