Keren, Dosen Unej Ini Masuk Daftar 58 Ilmuwan Paling Berpengaruh Dunia

Bambang Kuswandi yang juga Wakil Rektor III Universitas Jember fokus pada pengembangan sistem sensor kimia dan biologi untuk obat, pangan dan kesehatan.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Okt 2021, 19:45 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2021, 19:10 WIB
Universitas Jember. (Foto: unej.ac.id)
Universitas Jember. (Foto: unej.ac.id)

Liputan6.com, Jember - Guru besar dan peneliti di Fakultas Farmasi Universitas Jember (Unej) Bambang Kuswandi masuk daftar 58 ilmuwan asal Indonesia yang paling berpengaruh di dunia berdasarkan versi Stanford University Amerika Serikat.

Bambang Kuswandi yang juga Wakil Rektor III Universitas Jember fokus pada pengembangan sistem sensor kimia dan biologi untuk obat, pangan dan kesehatan.

"Alhamdulillah, tentu saja penghargaan itu menjadi penyemangat bagi saya untuk lebih giat meneliti dan bersyukur jika ternyata hasil penelitian saya dijadikan rujukan oleh peneliti lain," kata Bambang Kuswandi, dikutip dari Antara, Jumat (29/10/2021).

Menurutnya, sudah ada 70 karya tulis ilmiah hasil penelitiannya mengenai sensor kimia dan biologi yang dimuat oleh berbagai jurnal ilmiah internasional.

"Saya mulai meneliti sensor kimia dan biologi sejak menempuh kuliah pascasarjana di University of Manchester Institute of Science and Technology (UMIST) di Inggris 1997 dan menjadikan kajian tersebut sebagai tema tesis dan disertasi," tuturnya.

Bambang memilih fokus pada sensor kimia dan biologi karena aplikasinya dibutuhkan oleh masyarakat luas, sementara untuk pengembangannya tidak selalu memerlukan standar laboratorium yang canggih.

Salah satu contoh sensor kimia yang dkembangkan antara lain sensor untuk mengetahui kesegaran ikan atau produk berbasis ikan seperti fillet ikan, sehingga dengan sensor itu maka konsumen bisa mengetahui dengan gampang apakah produk yang d belinya masih segar atau sudah tidak layak konsumsi.

"Jadi, sensor itu bisa ditempel di kemasan produk berbasis ikan atau bahkan daging lainnya. Jika sensor menunjukkan warna hijau maka masih segar, muncul warna merah berarti sudah tidak layak lagi untuk dikonsumsi," katanya.

Selain itu, ada juga sensor kimia untuk mengetahui apakah ada kandungan alkohol dalam sebuah produk makanan, kemudian di bidang kesehatan mengembangkan smart pads yakni pembalut wanita yang dipasangi sensor sehingga kalau dipakai bisa menunjukkan kadar kreatinin penggunanya.

Sementara untuk kaum pria dibentuk mirip alat tes kehamilan yang pemakaiannya dicelupkan ke urine, sehingga dengan sensor tersebut maka pasien tidak perlu tes dengan cara mengambil sampel darah.

"Untuk saat ini, penelitian yang saya lakukan adalah lab on tip, yakni kita memasang sensor tertentu di ujung pipet sehingga seorang peneliti bisa mengetahui kandungan bahan yang ditelitinya dengan segera," ujarnya.

Ia mencontohkan misalnya saja alat itu bisa dipakai peneliti yang ingin mengetahui kandungan pestisida dalam sayur atau buah, begitu dicelupkan di sampel yang sudah disiapkan maka sensor yang ada di ujung pipet akan memberikan informasi apakah ada kandungan pestisida atau tidak tanpa harus membawanya ke laboratorium sehingga praktis.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pemeringkatan Berkala

Secara berkala Stanford University menggelar pemeringkatan ilmuwan yang dinilai memiliki pengaruh di dunia melalui publikasi ilmiah bertajuk Data for Updated Science-Wide Author Databases of Standarized Citation Indicators.

Pemeringkatan dibuat berdasarkan jumlah sitasi publikasi atas karya tulis ilmiah yang sudah dipublikasikan di jurnal bereputasi tingkat dunia, sehingga makin banyak peneliti yang merujuk kepada penelitiannya maka artinya penelitian yang dilakukan ilmuwan itu dinilai memberikan dampak luas bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam publikasi ilmiah tersebut, Stanford University mencatat ada 159.648 ilmuwan dari berbagai negara yang dianggap berpengaruh di dunia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya