Liputan6.com, Malang Keanekaragaman seni dan budaya dapat ditemukan di Malang, Jawa Timur. Kota wisata ini tidak hanya menyuguhkan keindahan alam yang dapat menyegarkan mata. Ada beberapa seni dan budaya yang hingga saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat Malang.
Salah satu seni dari Malang yang masih eksis adalah Tari Bapang. Tari Bapang merupakan tari-tarian dengan menggunakan topeng. Konon topeng yang digunakannya adalah salah satu tokoh Topeng Malangan yaitu Bapang.
Baca Juga
Topeng tersebut berwarna merah, hidung panjang, dan mata lebar. Hal inilah yang menjadi pembeda Tari Bapang dengan tari-tari lainnya.
Advertisement
Koreografi Tari Bapang menggambarkan tokoh berkarakter gagah berani, tetapi mempunyai watak yang brangasan dan ugal-ugalan. Penikmat tari tidak merasa bosan saat menyaksikan Tari Bapang meskipun berulang-ulang.
Konsep Tari Bapang bertema kepahlawanan atau heroisme. Menggambarkan tokoh bernama Bapang Jayasentika dari Kadipaten Banjarpatoman yang akan menghadapi Prabu Klana Sewandana.
Dalam tarian ini tokoh Bapang memiliki kepribadian yang bangga akan sanjungan. Terlihat dari sikap dan gerak-gerik tarinya seperti membusungkan dada dan tangan yang direntangkan.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.Â
Â
Dipelajari di Sekolah
Beberapa nilai pendidikan karakter yang bisa dipetik dari Tari Bapang di antaranya nilai religi, toleransi, nasionalisme, kerja keras, kerja sama, integritas, tanggung jawab, dan komitmen moral. Maka dari itu, Tari Bapang menjadi salah satu ekstrakurikuler yang dipelajari di sekolah-sekolah di Malang.
Biasanya Tari Bapang diiringi dengan musik gamelan Jawa Laras Pelog. Pertunjukannya bisa dilakukan di indoor maupun outdoor.
Kesenian seperti Tari Bapang ini perlu dilestarikan. Kendati modernisasi mulai memasuki Malang, tapi eksistensi kesenian maupun kebudayaan lokal harus tetap dipertahankan.
Sebagai generasi muda penerus bangsa sudah sejatinya mau melestarikan kesenian dan kebudayaan, baik di Malang maupun di Indonesia. Minimal suka, lebih bagusnya mempelajari dan mempraktikkannya.
Â
Penulis: Muhamad Husni Tamami
Advertisement