Pentol Ghepek, Kuliner Tradisional Khas Pesisir Madura

Bagi kalangan menengah kebawah, pentol ghepek sangat cocok, mengingat harga yang dipatok hanya Rp1000 per biji. Tentu itu cukup terjangkau, sehingga untuk menikmati kuliner tradisional khas tidak perlu mengeluarkan uang banyak.

oleh Mohamad Fahrul diperbarui 10 Des 2021, 04:58 WIB
Diterbitkan 10 Des 2021, 04:48 WIB
Pentol Ghepek, Kuliner Tradisional Khas Pesisir Madura (Fachrul/Liputan6)
Pentol Ghepek, Kuliner Tradisional Khas Pesisir Madura (Fachrul/Liputan6)

Liputan6.com, Sumenep Pentol biasanya dikenal dengan makanan berbahan tepung dicampur daging. Namun bagi warga pesisir di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, tidak semuanya menggunakan daging, melainkan juga ada ikan segar. Sehingga menjadi pilihan tepat bagi pecinta kuliner yang tidak suka daging.

Salah satunya adalah pentol ghepek atau pentol jepit, makanan khas Desa Ambunten Timur, Kecamatan Ambunten ini terbuat dari tepung dan ikan, tentu berbeda dibanding pentol pada umumnya. Biasanya pentol dimakan saat matang usai direbus, tapi pentol ghepek baru dinikmati setelah dibakar menggunakan alat jepit khusus.

Aroma serta kelezatan pentol ghepek menjadi berbeda dibanding rasa pentol ikan pada umumnya, rasa amis ikan hilang seketika. Aromanya sangat menggugah selera, sehingga jajanan tersebut diminati masyarakat berbagai kalangan.

“Pentol ghepek awalnya itu cuma coba-coba. Ternyata rasanya cukup lezat, maka banyak orang suka,” kata Sri Wahyuni, salah seorang penjual pentol ghepek, Kamis 9 Desember 2021.

Sri menjelaskan, pentol ghepek merupakan makanan tradisional yang hanya ada di wilayah pesisir pantai utara ujung timur Pulau Madura. Mengingat daerah itu merupakan penghasil ikan, masyarakat setempat memanfaatkan hasil kekayaan laut menjadi olahan unik guna menarik daya minat pembeli.

“Ternyata pentol ghepek sangat diminati banyak orang, dari kalangan muda hingga dewasa. Karena itu ditemui di daerah lain,” ucap dia.

Pentol ghepek memiliki rasa khas tersendiri, apalagi ditambah sambal kuah kental cukup pedas membuat makanan itu lebih terasa lezat. Ketika sudah pernah mencicipi pastinya tidak akan merasa puas, sehingga penikmat pentol itu akan kembali ingin menikmatinya tanpa menunggu waktu lama.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. 

 

Murah Meriah

Madura
Pengunjung bermain di Pantai Jumiang, Pamekasan, Madura, Jatim, Senin (4/4). Pemkab setempat mengubah status wisata pantai tersebut menjadi wisata rumput laut.(Antara)

Bagi kalangan menengah kebawah, pentol ghepek sangat cocok, mengingat harga yang dipatok hanya Rp1000 per biji. Tentu itu cukup terjangkau, sehingga untuk menikmati kuliner tradisional khas tidak perlu mengeluarkan uang banyak.

Kuliner tradisional pentol ghepek memang perlu dijaga kekhasannya sebaik mungkin, sehingga nantinya tetap mampu bersaing ditengah era perkembangan zaman. Sebab untuk mencetuskan ciri khas suatu daerah bukanlah perkara mudah, maka sepatutnya ada dukungan dari pihak terkait untuk bisa melestarikan sampai turun temurun.

“Jadi setiap masa memenculkan sebuah ciri khas tersendiri dalam dinamika kebudayaan. Kalau berbicara pentol ghepek tentu ini sudah menjadi ciri khas Sumenep,” kata Ibnu Hajar, Budayawan Kabupaten Sumenep.

Persoalan kebudayaan itu persoalan kesepakatan yang memiliki rutinitas dengan substansi kearifan tersendiri, sehingga munculnya pentol ghepek merupakan titik awal sebuah kebudayaan kuliner yang akan terbangun. Tapi persoalannya pentol ghepek itu akankah terkikis dengan waktu seiring dinamika mederenisasi dan melenial yang sedemikian pesat.

“Itu akan menguji sejauh mana pentol ghepek itu akan menjadi khas kuliner di Kabupaten Sumenep. Maka perlu pemerintah memberikan pendampingan dan bimbingan serta sosialisasi agar tetap menjadi kuliner ciri khas,” jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya