Gizi Buruk Menghantui Banyuwangi, Muslimat NU Lancarkan Jurus Ini

Permasalahan stunting dan gizi buruk masih menjadi persoalan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 06 Mar 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2022, 14:00 WIB
Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Erna Yulia Sofihara (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)
Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Erna Yulia Sofihara (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)

Liputan6.com, Banyuwangi - Permasalahan stunting dan gizi buruk masih menjadi persoalan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Data Dinas Kesehatan Banyuwangi, prevalensi stunting dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan.

Jika pada 2019 kasus stunting sekitar 8,1 persen atau sebanyak 7.527 anak, maka di tahun 2020 naik 0,1 persen menjadi 8,2 persen atau 7.909 balita. Kasus-kasus stunting dan gizi buruk tersebut tersebar di 25 kecamatan se-Banyuwangi.

Untuk itu edukasi gizi dan sosialisasi penggunaan produk susu kental manis sangat penting. Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama PP Muslimat NU melanjutkan edukasi langsung dengan kader dan masyarakat, yang sebelumnya juga telah dilakukan di 8 propinsi di Indonesia.

Kegiatan sosialisasi tersebut dilakukan di Banyuwangi, Sabtu (5/3/2022) dengan dihadiri oleh Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Erna Yulia Sofihara, Ketua Harian YAICI Arif Hidayat dan Ahli Gizi Anik Fitri Andriyani, Amd.

Erna Yulia Sofihara, Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU mengatakan PP Muslimat NU akan terus menyampaikan edukasi mengenai gizi kepada masyarakat terutama kader-kader NU. Sebab, pemahaman mengenai gizi berkaitan langsung dengan Kesehatan anak dalam keluarga.

“Mengenai stunting, yang pertama kali terganggu itu adalah otak anak. Begitu anak lahir, otak anak tidak berkembang sebagaimana mestinya, ini adalah akibat ketidak tahuan ibu,” kata Erna Yulia Sofihara.

Erna juga menegaskan untuk membatasi konsumsi gula harian.  Alasannya, gula adalah media yang paling disenangi sel-sel kanker.

“Jadi sebaiknya konsumsi makanan minuman tinggi gula ini sebaiknya dihindari. Makanya penderita kanker sebaiknya membatasi konsumsi gula, apalagi susu kental manis, ini sangat disukai oleh sel-sel kanker untuk tumbuh,” ucapnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Konsep Isi Piringku

Ketua Harian YAICI Arif Hidayat  saat memberian materi tentang gizi di Kantor PC NU Banyuwangi. (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)
Ketua Harian YAICI Arif Hidayat saat memberian materi tentang gizi di Kantor PC NU Banyuwangi. (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)

Sementara itu, Ahli Gizi Anak Fitri Andriyani,meminta masyarakat untuk mengatur pola makan keluarga dengan memperhatikan konsep isi piringku.

Aturan pembagian makanan dalam isi piringku adalah 1/2 porsi piring makan terdiri dari sayur dan buah-buahan yang beragam jenis dan warna, 1/3 dari 1/2 porsinya di isi dengan buah-buahan dan 2/3 dari 1/2 porsinya di isi sayuran. 1/3 dari 1/2 piring makan diisi dengan protein, 2/3 dari 1/2 piring makan diisi dengan karbohidrat/makanan pokok (biji-bijian utuh, nasi, gandum, jagung dan lainnya).

Anik Fitri menjelaskan bahwa kebutuhan asupan makanan antara anak-anak dan orang dewasa berbeda. Untuk anak-anak, terutama bayi yang harus diperhatikan adalah kebutuhan proteinnya. Protein penting untuk perkembangan otak, oleh karena itu pemilihan susu yang dikonsumsi anak ini penting, anak harus mengonsumsi susu untuk anak.

Arif Hidayat, Ketua Harian YAICI dalam kesempatan itu menjelaskan edukasi yang telah dilakukan YAICI bersama PP Muslimat NU. Diantara dengan melakukan edukasi langsung ke masyarakat, penelitian hingga penggalian data langsung ke masyarakat yang mengkonsumsi susu kental manis.

“Persoalan-persoalan yang kami temukan di lapangan itu beragam. Ada yang orang tua memang tidak tahu mengenai kandungan susu kental manis, atau bahkan ada yang sudah tahu tapi masih memberikan susu kental manis untuk anaknya. Alasannya juga macam-macam, ada yang karena lebih murah atau anaknya lebih suka,” kata Arif.

Arif menambahkan, dalam kunjungan YAICI ke desa adat Kemiren di Banyuwangi, YAICI melakukan penggalian kebiasaan konsumsi susu kental manis oleh masyarakat. Ia berbincang dengan masyarakat sekitar, dan ternyata masyarakat di sana sudah mengetahui bahwa susu kental manis ini tidak boleh diberikan kepada anak, dan tidak ada juga yang mengonsumsi.

“Tapi, pada saat kami bertemu anak-anak yang sednag bermain, semua anak-anak mengetahui produk susu kental manis dan mereka mengaku suka mengkonsumsi sebagai minuman, jadi orang tuanya bilang nggak mengkonsumsi, tapi anak-anak mengaku minum,” tuturnya.

PP Muslimat NU dan YAICI berkomitmen akan terus melaksanakan edukasi tentang gizi dan cara yang tepat mengkonsumsi kental manis.

“Kita tidak bisa hanya menunggu pemerintah dan produsen yang melakukan sosialisasi. Saat ini kami didukung oleh mitra seperti PP Muslimat NU, maka kita akan lanjutkan edukasi kepada masyarakat,” kata Arif Hidayat.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya