Gaduh Demokrat Jatim Belum Usai, Tuntut Pelantikan Emil Dardak Ditunda

Hasil Musyawarah Daerah (Musda) Demokrat Jatim yang menunjuk Emil Elestianto Dardak masih mendapat kritik dari para kader partai berlambang mercy tersebut.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 17 Apr 2022, 06:08 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2022, 06:08 WIB
Sejumlah DPC Demokrat Jatim pendukung Bayu Airlangga menggelar doa bersama. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)
Sejumlah DPC Demokrat Jatim pendukung Bayu Airlangga menggelar doa bersama. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Surabaya - Hasil Musyawarah Daerah (Musda) Demokrat Jatim yang menunjuk Emil Elestianto Dardak masih mendapat kritik dari para kader partai berlambang mercy tersebut.

Kritik kali ini datang dari Ketua DPC Demokrat Sidoarjo Juana Sari. Dia menyebut DPP tidak bisa melihat kondisi akar rumput di Jatim. Padahal, mayoritas suara kader di Jatim menginginkan Bayu Airlangga sebagai ketua DPD dan dibuktikan dengan raihan 25 dukungan DPC saat Musda.

"Masyarakat bisa melihat apa yang terjadi di Jatim. Jatim ini barometer Demokrat, kalau di sini saja masih ramai, 25 DPC itu tidak sedikit. Menyatukan 25 DPC dibanding 13 DPC kan bisa dilihat berat mana, kami prihatin dengan keputusan DPP," kata Juana Sari di Surabaya, Sabtu (16/4/2022).

Juana Sari mengungkapkan, Ketum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) seharusnya turun langsung melihat kondisi kader di seluruh 38 kabupaten/kota Jatim. Di mana, mayoritas mendukung Bayu. Tidak hanya itu, Juana menjelaskan, alasan kader lebih memilih dan mendukung Bayu saat Musda, karena menantu Pakde Karwo itu suka turun ke akar rumput.

"Kami prihatin sebagai ketua DPC tidak mendapatkan perhatian yang lebih, seolah-olah kita ini dikatakan tidak siap kalah. Sebetulnya bukan itu, kami sebagai salah satu pendukung Bayu merasakan betul, peran Bayu dalam menggalang dukungan, membesarkan partai, turun ke bawah," katanya.

Ketua Bappilu DPC Demokrat Kota Surabaya, Dodik Mulyadi menyayangkan keputusan DPP. Ia menyebut, Partai Demokrat mengkhianati asas demokrasi.

"Saya merasa menyayangkan, awalnya saya bangga sama Demokrat, sama ketum (AHY), termasuk Pak SBY. Adanya Demokrat ini partai yang cukup lengkap, nasionalis, dan religius. Nasionalis menjunjung tinggi demokrasi, tapi kenyataannya kok kayak gini," kata Dodik.

"Religius dulu, adanya pak SBY dekat ulama. Demokrat sekarang kok berbuat zalim. Saya kader di bawah kecewa. Saya mikirnya kecewa, karena Demokrat partai bagus. Saya pikir awal gitu, sekarang kok begini, apa mas AHY sebenarnya tahu kondisi seperti ini," lanjutnya.

DPC Surabaya Ikut Menyesalkan

AHY saat membuka Musda Demokrat Jatim. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)
AHY saat membuka Musda Demokrat Jatim. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

 

Dodik mengungkapkan, DPP seharusnya mendengar aspirasi kader di bawah, termasuk peninjauan peraturan organisasi (PO) yang digunakan saat Musda lalu. PO tersebut dinilai melanggar AD/ART.

"Saya mendengar juga soal DPP yang meminta kader mengirim protes ke mahkamah. Sebenarnya masuk akal juga ketika kader mempermasalahkan PO dan AD ART. Poin-poinnya memang tidak sesuai dengan eranya Demokrat dulu di era SBY," katanya.

Menurut Dodik, kalau DPP masih nekat melantik Emil Dardak sebagai Ketua DPD Demokrat Jatim, sama saja tidak menghargai aspirasi kader di bawah. Dirinya meminta pelantikan ditunda.

Dodik juga mengingatkan, bahwa selama ini, partai bisa berjalan karena kerja keras kader di akar rumput. Mulai DPC, PAC, hingga rating. Kalau kader bawah mengatahui Demokrat tidak demokratis, bisa-bisa kader membelot.

"Saya pesen, Demokrat di awal nasional religius. Jangan tidak sesuai itu, jangan sampai saling sikut-sikutan dan zalim lah," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya