Liputan6.com, Banyuwangi - Seperti Imlek tahun sebelumnya, Pecinan Street Food Banyuwangi akan kembali digelar dalam menyajikan aneka kuliner oriental yang siap menggoyang lidah pengunjung yang datang dengan kelezatannya.
Ketua panitia sekaligus Sekretaris Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Klenteng Hoo Tong Bio Banyuwangi Alexander Martin Sikwandy atau Koh Alex mengatakan, rencananya pesta makanan jalanan itu akan digelar pada 23 sampai 25 Februari 2024 mendatang.
Baca Juga
“Seperti biasa akan ada Festival Pecinan saat perayaan Imlek, yang menjadi salah satu Banyuwangi Festival,” kata Koh Alex pada Rabu (7/2/2024).
Advertisement
Wisata kuliner khas Tionghoa itu, masih Alex, akan berlangsung di sepanjang Jalan Ikan Gurami Kelurahan Karangrejo, Banyuwangi.
Tentu saja banyak jajanan oriental yang dapat dinikmati. Mulai dari ayam kung pao, dimsum, bacang, lontong cap go meh, bebek atau ayam Peking, bakcang, bakpao, nasi goreng hitam hingga teh Luo Han Kuo dan masih banyak lainya.
“Sepanjang jalan ikan Gurami nanti akan banyak jajanan kuliner khas tionghoa,” tandasnya.
Meski wisata kuliner ini berbasis Tionghoa, namun semua menu yang dijajakan di pecinan Street Food tersebut terbuat dari bahan-bahan yang halal. Jadi pengunjung tidak perlu khawatir untuk mencicipi makanan di Pecinan Street Food.
Nanti dalam Festival kuliner tersebut, akan dibangun suasana ala-ala Tionghoa. Warung-warung usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) rencananya bakal dihias dengan berbagai ornamen berwarna merah.
Atraksi kesenian wushu hingga tari-tarian anak kecil yang dilatih di Klenteng bakal berkolaborasi dengan kesenian lainnya, juga disiapkan untuk menghibur para pengunjung yang datang.
“Nanti ada panggung kecil untuk tempat pertunjukkan kesenian pada festival pecinan tersebut,” papar Alex.
Bersih-Bersih Kelenteng dan Pergantian Jubah
Sementara itu, Berbagai persiapan dilakukan umat Tri Dharma (Buddha, Khonghucu dan Taoisme) di seluruh penjuru dunia untuk menyambut datangnya Tahun Baru Imlek. Seperti di Klenteng Hoo Tong Bio Banyuwangi.
Terdapat serangakaian ritual unik yang wajib dilakukan yaitu prosesi penggantian mahkota kebesaran dan jubah yang dipakai Yang Mulia Kongco Tan Hu Cin Jin.
Menyambut tahun Naga Kayu ini, berbagai kelnteng, vihara maupun cetinya akan menyiapkan sarana sembahyang dan menghias tempat ibadah dengan ragam ornament khas berwarna merah sebagai lambang kebahagiaan.
Bagi Umat Tri Dharma, tahun baru Imlek memiliki makna filosofi yang mendalam. Tidak sekedar dengan silaturahmi bersama keluarga tetapi juga memiliki makna ritual dan spriritual.
Tahun Baru Imlek 2575/ 2024 jatuh pada hari Jumat 9 Februari 2024 akan datang, kelenteng Hoo Tong Bio Banyuwangi merupakan Klenteng tertua di Jawa Timur dan Bali. Ketika dikunjungi, nampak dengan antusias dan sepenuh hati para pengurus sedang memperindah seluruh bagian klenteng guna menyambut pergantian tahun.
Alexander Martin Sikwandy menambahkan, bersih- bersih klenteng jelang perayaan imlek memang selalu rutin dilakukan. Mulai dari pembersihan altar suci persembahyangan juga mengelap patung dewa- dewa.
“Mulai tanggal 4 Februari kemarin kami telah melakukan persiapan menyambut tahun baru imlek yaitu bersih- bersih bersama,”tambahnya
Selain membersihkan altar persembahyangan dan patung- patung dewa, kata dia, terdapat satu rangkauan yang tidak terlewatan bahkan itu menjadi puncak acara Tahun Baru Imlek. Yaitu menganti jubah dan mahkota kebesaran Yang Mulia Kongco Tan Hu Cin Jin
Aura kesakralan pelaksanaan upacara penggantian jubah dan mahkota kebesaran yang Mulia Kongco Tan Hu Cin Jin memang dapat dirasakan. Bagaimana tidak, ternyata dalam melakukan tugasnya, umat yang dipilih untuk menangani proses tersebut harus memenuhi berbagai syarat
Terdapat ritual khsusus yang harus mereka jalani. Salah satunya yiatu dengan melakukan puasa makan daging dan hanya diperbolehkan mengkonsumsi sayur mayur alias mereka harus jadi vegetarian.
“Jati jamaah yang bertugas menganti jubah dan mahkota Yang Mulia sehari sebelumnya harus menjadi vegetarian, tidak boleh makan selain tumbuh- tumbuhan,”paparnya
Tak hanya itu, uniknya ternyata pengurus tak sembarangan dalam melakukan pemilihan warna, Yang Mulia Kongco Tan Hu Cin Jin sendiri lah yang menentukan warna jubah yang akan melekat didirinya hingga satu tahun ke depan.
"Setiap tahun warna jubah yang digunakan Yang Mulia berbeda, tahun lalu warnanya kuning tahun ini jubah diganti dengan warna hitam, pemilihan warna tersebut diputuskan setelah ditanyakan dulu melalui ritual," tambah Alex.
Advertisement