Liputan6.com, Jakarta - Selama ini perusahaan teknologi memang dinilai melakukan diskriminasi terhadap pekerja wanita.
Sebuah data terbaru yang dirilis firma hukum Fenwick & West LLP, memperlihatkan bagaimana pekerja wanita hanya mengisi 11% posisi eksekutif di perusahaan-perusahaan teknologi yang ada di Silicon Valley.
Sejumlah perusahaan raksasa teknologi sendiri perlahan kini memang mulai mempercayai sosok wanita sebagai pekerja atau bahkan mengisi posisi petinggi perusahaannya. Namun sayang jumlahnya belum banyak.
Advertisement
Salah satu yang dikabarkan tengah giat memperbanyak pekerja wanita adalah Google. Melalui laman blog resminya, Google Vice President Nancy Lee mengatakan pihaknya akan lebih banyak memperkejakan insinyur wanita untuk memuluskan rencana kerjasama dengan Disney dalam menghadirkan lebih banyak karakter wanita.
Selain itu, seperti dilansir laman Forbes, Jumat (8/5/2015), Google juga akan lebih banyak menyerap tenaga kerja dari komunitas minoritas, termasuk dari kampus-kampus yang di dominasi kulit hitam, Hispanik dan Asia.
Di tahun 2014 lalu, laporan sensus karyawan Google memang mengungkap bahwa perusahaan raksasa teknologi itu bermasalah dengan keragaman pekerja. Tercatat hanya 17% tenaga kerja di Google berjenis kelamin wanita, 1% kulit hitam, dan hanya 2% ras hispanik.
(dhi/dew)