NASA Ungkap Foto Pekat Kabut Asap Sumatera dari Luar Angkasa

Lewat bidikan kamera MODIS yang disematkan di satelit Terra, NASA memperlihatkan tebalnya kabut asap yang menyelimuti wilayah Riau.

oleh Jeko I. R. diperbarui 10 Okt 2015, 09:20 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2015, 09:20 WIB
NASA Ungkap Foto Pekatnya Kabut Asap Sumatera dari Luar Angkasa
Lewat bidikan kamera MODIS yang disematkan di satelit Terra, NASA memperlihatkan tebalnya kabut asap yang menyelimuti wilayah Riau

Liputan6.com, California - Peristiwa kabut asap yang menyelimuti beberapa wilayah di Indonesia telah mencuat ke luar negeri. Bahkan, The National Aeronautics and Space Administration (NASA) memperlihatkan foto permukaan pulau Sumatera yang dipantau dari satelit luar angkasanya.

Lewat bidikan kamera Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) yang disematkan di satelit Terra, NASA memperlihatkan tebalnya kabut asap yang menyelimuti wilayah Riau dan sekitarnya di website Visibleearth.nasa.gov.

Dilaporkan, satelit Terra menangkap beberapa aliran asap yang berada di wilayah Sumatera Selatan. Selain itu, terdapat pula beberapa titik merah yang menunjukkan suhu yang tinggi. Titik tersebut diyakini sebagai titik api, yang menyebabkan kebakaran hutan.

Terdapat asap dengan warna abu-abu yang mengindikasikan polusi udara serta peringatan kesehatan untuk warga yang berada di wilayah tersebut. Jika dilihat, asap tersebut bahkan menyebar ke beberapa lokasi di atas Pulau Sumatera dan mencemari udara di negara tetangga.

Penampakan kabut asap di Sumatera dari sensor kamera MODIS (Visibleearth.nasa.gov)

Sensor kamera MODIS ini telah memantau penampakan asap ini sejak September lalu. Sampai saat ini, para ilmuwan terus memonitor kebakaran hutan yang terjadi di wilayah tersebut hingga nantinya musim hujan tiba, yang diprediksi akan terjadi pada pertengahan hingga akhir Oktober 2015.

Diungkap, parahnya kabut asap yang menyebar di wilayah Sumatera juga disebabkan oleh suhu musim kemarau yang kali ini dinilai menjadi yang terpanjang di Indonesia. Selain itu, kuatnya badai El Nino yang mengguncang Samudera Pasifik juga berimbas pada peningkatan suhu permukaan laut.

Menurut informasi yang dilansir laman resmi BMKG, ketika dalam kondisi iklim normal, suhu permukaan laut di Indonesia (pasifik ekuator bagian barat) biasanya sangat hangat dan proses penguapan terjadi begitu mudah, awan-awan hujan pun sangat mudah untuk terbentuk.

Namun, ketika El Nino melanda, suhu permukaan laut di pasifik ekuator bagian tengah dan timur menjadi semakin hangat, sehingga membuat suhu perairan sekitar Indonesia menjadi turun. Hal ini secara langsung menyebabkan terjadinya perubahan peredaran masa udara yang berdampak pada berkurangnya pembentukan awan-awan hujan di Indonesia.

(Jek/Cas)*

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya