Liputan6.com, Jakarta - National Aeronautics and Space Administration (NASA) meluncurkan dua wahana antariksa ke luar angkasa dengan roket SpaceX Falcon 9. Keduanya diluncurkan dari Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg, California, pada 11 Maret 2025.
Kedua wahana antariksa itu adalah teleskop luar angkasa SPHEREx dan misi matahari PUNCH. Sebelumnya, peluncuran misi ini beberapa kali tertunda akibat berbagai kendala, termasuk kebakaran hutan di California.
NASA bersama SpaceX terus melakukan evaluasi dan penjadwalan ulang untuk memastikan kedua wahana tersebut dapat diluncurkan dengan aman dan sesuai prosedur. Melansir laman Space pada Kamis (13/03/2025), teleskop luar angkasa SPHEREx atau Spectro-Photometer for the History of the Universe, Epoch of Reionization, and Ices Explorer dirancang untuk memetakan seluruh langit dalam 102 warna inframerah.
Advertisement
Baca Juga
Instrumen ini sangat penting bagi para ilmuwan untuk memahami sejarah awal alam semesta. Termasuk, proses reionisasi yang terjadi setelah Big Bang dan distribusi es di ruang angkasa yang berperan penting dalam pembentukan bintang dan planet.
SPHEREx akan berada di orbit polar yang sinkron dengan matahari, yang berarti posisinya relatif terhadap matahari tetap konstan. Orbit ini penting untuk melindungi teleskop dari panas matahari yang dapat mengganggu pengamatan inframerah.
Dengan kemampuan memindai seluruh langit setiap enam bulan sekali, SPHEREx diproyeksikan mampu mengumpulkan data dari miliaran galaksi yang berjarak hingga 10 miliar tahun cahaya. Data yang dikumpulkan oleh SPHEREx diharapkan dapat menjawab pertanyaan fundamental tentang bagaimana alam semesta berevolusi.
Termasuk, bagaimana galaksi pertama terbentuk dan bagaimana unsur-unsur kimia penyusun kehidupan tersebar di ruang antarbintang. Selain itu, SPHEREx akan membantu para ilmuwan dalam pencarian tanda-tanda molekul organik di awan-awan gas yang menjadi tempat lahirnya bintang.
Sementara itu, misi PUNCH atau Polarimeter to Unify the Corona and Heliosphere difokuskan untuk meneliti proses transisi atmosfer luar matahari atau korona menjadi angin matahari. Angin matahari merupakan aliran partikel bermuatan yang dipancarkan oleh matahari ke seluruh tata surya, yang dapat memengaruhi planet-planet, termasuk bumi.
Misi PUNCH terdiri dari empat satelit kecil yang bekerja secara bersama-sama. Tiga di antaranya merupakan pencitra bidang luas, sedangkan satu lainnya merupakan pencitra bidang sempit yang bertugas melakukan observasi detail terhadap struktur dan dinamika korona matahari.
Satelit PUNCH akan berada di orbit sinkron matahari dekat garis siang-malam bumi dan selalu berada di bawah sinar matahari. Dengan mengamati bagaimana korona berkembang menjadi angin matahari, para ilmuwan berharap dapat memahami mekanisme yang menyebabkan percepatan partikel bermuatan tersebut dan bagaimana partikel ini menyebar ke seluruh tata surya.
Data dari misi PUNCH juga sangat penting untuk meningkatkan kemampuan prediksi cuaca luar angkasa. Pemahaman yang lebih baik tentang fenomena ini akan membantu melindungi infrastruktur penting di Bumi, seperti satelit komunikasi, jaringan listrik, dan sistem navigasi GPS dari gangguan yang disebabkan oleh badai matahari.
(Tifani)