Liputan6.com, Jakarta - Setelah mengakuisisi seluruh saham milik Alcatel-Lucent pada 2015, akhirnya Nokia membawa Alcatel bergabung di Nokia Network Indonesia. Di saat yang sama, Robert Cattanach pun dipilih sebagai Presiden Direktur Nokia Indonesia yang baru.
Ketika pertama kali bertemu dengan awak media di Nokia Media Briefing, Rabu (2/3/2016), pria asal Australia itu mengatakan bahwa meleburnya Nokia dan Alcatel juga memberikan ambisi baru bagi Nokia untuk menguasai industri perangkat telekomunikasi Tanah Air.
Cattanach mengatakan, ambisi itu sudah lebih dulu terbukti dari sektor penyedia jaringan mobile 4G. Di sektor tersebut, Nokia menduduki peringkat pertama dengan market share (gabungan) sebanyak 29 persen.
"Sementara kami juga menduduki peringkat pertama di sektor fixed broadband dengan market share sebanyak 35 persen," kata Cattanach di Jakarta.Â
Baca Juga
Meski begitu, Cattanach tidak menyebutkan secara detail berapa banyak market share mereka. Ia hanya menjelaskan baik Nokia dan Alcatel memiliki pangsa pasar yang tinggi ketimbang kompetitornya, Ericsson atau Huawei.
Cattanach diketahui baru saja memimpin Nokia Indonesia pada awal tahun ini. Ia memiliki track record yang baik dan pengalaman luas dalam memimpin perusahaan di beberapa negara.
Sebelum bergabung dengan Nokia Indonesia, ia telah memimpin Nokia Vietnam dan Indochina sejak 2013. Kala itu, ia menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO). Ia telah bekerja untuk Nokia selama delapan tahun. Beberapa negara yang ia pimpin meliputi Selandia Baru dan juga Jerman.
Tak sampai di situ, Cattanach pun sangat telaten menggeluti industri perangkat telekomunikasi. Sebelumnya, ia pernah bekerjasama dengan Alcatel dan mampu menggelontorkan dana sebesar US$ 3,5 miliar untuk proyek dengan operator Telstra asal Australia.
Seperti diwartakan sebelumnya, Nokia yang kini lebih berfokus ke penyediaan infrastruktur telekomunikasi telah membeli saham Alcatel-Lucent dengan nilai sebesar Rp 213 triliun pada 15 April 2015.
Kini, dua perusahaan tersebut akhirnya menjadi perusahaan infrastruktur telekomunikasi paling besar di dunia setelah Ericsson.
(Jek/Cas)
Advertisement