Alasan Orang Indonesia Doyan Pakai Google Translate

Apakah orang Indonesia sering menggunakan Google Translate karena ingin belajar bahasa asing?

oleh Jeko I. R. diperbarui 12 Mei 2016, 16:25 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2016, 16:25 WIB
Google Translate Tanpa Koneksi Internet Makin Mudahkan Traveller
Traveller yang tidak fasih berbahasa Inggris dan sulit mendapat koneksi Internet kini tak perlu khawatir lagi karena Google Translate.

Liputan6.com, Jakarta - Selain memperkenalkan pembaruan fitur di aplikasi Google Translate pada Kamis (12/5/2016), Google juga menyampaikan temuan menarik soal bagaimana orang Indonesia menikmati layanan penerjemahnya yang satu ini.

Seperti disampaikan oleh Julie Cattiau, Product Manager Google Translate dalam sebuah sesi video conference yang diadakan di kantor pusat Google Indonesia, jumlah pengguna Google Translate di dunia berkisar di angka 500 juta pengguna, bahkan 95 persen di antaranya berada di luar wilayah Amerika Serikat.

Sementara, Indonesia pun menjadi negara di mana penggunanya juga paling doyan memanfaatkan Google Translate.

Meski gemar menggunakan Google Translate, Julie mengungkap bahwa keinginan pengguna memanfaatkan layanan ini bukan karena untuk belajar bahasa asing, melainkan dorongan dan keinginan untuk mencari tahu arti kalimat pada situasi tertentu, seperti liburan di luar negeri.

Hal ini juga menjadi pokok gagasan mengapa Julie menghadirkan fitur baru pada Google Translate di mana pengguna bisa menerjemahkan bahasa asing sepraktis mungkin.

Fitur baru tersebut berupa Tap-To-Translate, yang mana memudahkan pengguna agar bisa menerjemahkan teks dari aplikasi lain, seperti WhatsApp atau Path.

Google mengklaim, layanan yang dimulai pada bulan April 2006 ini meliputi 99 persen dari populasi online.

Gagasan untuk Google Translate sendiri pertama kali dicetuskan pada 2004, ketika salah seorang co-founder Google, Sergey Brin, menjadi frustasi oleh sebuah program terjemahan gara-gara program itu menerjemahkan sebuah email berbahasa Korea.

Kini, Google Translate menggunakan kombinasi mesin belajar (machine learning) dan relawan manusia untuk memastikan hasil alih bahasa yang akurat dan tidak konyol.

Raksasa teknologi tersebut, dalam sebuah pengumuman di Google Translate Blog, mengatakan bahwa untuk menambahkan bahasa baru, bahasa tersebut harus menjadi bahasa tertulis dengan "sejumlah besar alih bahasa dalam bahasa baru" yang sudah online.

Dengan begitu, Google Translate dapat menerapkan mesin belajar terhadap teks-teks itu. Tiga juta relawan juga memperbaiki hasil alih bahasa dan menyarankan kata-kata baru.



Bahasa-bahasa baru yang ditambahkan saat ini adalah bahasa Amharic (yang dituturkan di Ethiopia); bahasa Korsika; bahasa Frisian (Belanda dan Jerman); bahasa Kyrgyz; bahasa Hawai; bahasa Kurdi; bahasa Luxembourg; bahasa Samoa; bahasa Scots Gaelic; bahasa Shona (Zimbabwe); bahasa Sindhi (Pakistan dan India); bahasa Pashto (Afghanistan dan Pakistan); dan bahasa Xhosa (Afrika Selatan).

(Jek/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya