Liputan6.com, Jakarta - Pertanyaan yang kerap muncul dalam memulai perusahaan rintisan digital (startup) adalah pembagian peran. Siapa menjadi chief executive officer (CEO), chief marketing officer (CMO), chief technical officer (CTO), dan chief finance officer (CFO)?
Kegamangan hal tersebut kerap membuat startup di Indonesia khususnya dan dunia umumnya, malah akhirnya gatot alias gagal total.
Reno Rafly, CEO Catalyst Bold, konsultan sumber daya manusia (SDM) spesialis startup di New York dan Indonesia mengatakan, banyak yang terjebak menentukan si A cocok di posisi B, atau si B cocok di posisi C, dan seterusnya.
Baca Juga
"Padahal yang benar adalah definisikan dan inventarisasi kebutuhan perusahaannya apa dulu. Baru setelah itu dicocokkan dengan orang per orang, lihat kesesuaian skill dan pengetahuannya," kata Reno kepada Tekno Liputan6.com setelah mengisi Startup Talk #10 di Freenovation Coworking Space, Jl Bagus Rangin, Bandung, Rabu (10/8/2016) malam.
Dengan memetakan kebutuhan perusahaan terlebih dulu, tugas dan fungsi dari seseorang di sebuah startup akan tajam. Bahkan tak menutup kemungkinan, satu orang akan memangku dua posisi karena skill dan pengetahuannya paling memadai.
"Mengacu pengalaman saya membantu startup di New York pun, kerja rangkap itu ada saja. Tak masalah, sepanjang ditulis dari awal peran dan tanggung jawabnya. Organisasi makin besar pun, akutanbilitasnya tetap jelas," ujar Reno menambahkan.
Tips berikutnya adalah startup jangan pernah mencari karyawan yang sekadar pintar. Lebih penting dari semuanya adalah mencari yang paling mau bekerja keras dengan keinginan belajar paling tinggi. Kerap terjadi, karyawan pintar semata malah menyusahkan karena bekerja tidak total dan cenderung meremehkan.
SDM yang merasa unggul tadi umumnya tidak memiliki personal goal yang selaras dengan corporate goal, sehingga mereka bekerja sekadarnya, atau istilahnya sekadar menunaikan tugas untuk bisa segera gajian di akhir bulan.
"Kiat lain yang banyak dilupakan startup adalah cara mengatasi konflik. Contoh kecil dalam mengambil keputusan. Dalam kondisi tertentu, dari awal disepakati tertulis harus ada voting. Suara terbanyak diambil, sehingga konflik diredam dari awal. CEO tak selalu dominan, tak selalu memaksakan keputusan," tutur Reno.
Kandidat Doktor Psikologi Bisnis dari The Chichago School of Professional Psychology, Washington DC ini memberikan tips trik terakhir, yakni startup akan banyak berisikan SDM kelompok generasi milenial. Mereka selalu terhubung ke internet dan cenderung energik serta serba tahu. Manajemen harus mampu memunculkan kepercayaan dan memenuhi ekspektasi mereka dalam meningkatkan keahlian.
(Msu/Why)