Dituduh Punya Filter Rasis, FaceApp Minta Maaf

Aplikasi edit wajah FaceApp meminta maaf melalui email lantaran menerapkan algoritma yang dianggap rasis pada salah satu filternya.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 26 Apr 2017, 15:30 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2017, 15:30 WIB
Aplikasi FaceApp Rasis
Perhatikan perubahan warna kulit Presiden Obama yang menjadi lebih cerah setelah di-edit dengan aplikasi FaceApp (Sumber: Tech Crunch)

Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi edit foto yang sedang kekinian, FaceApp, meminta maaf karena telah mengembangkan algoritma yang dianggap sebagian orang sebagai rasis.

Sekadar diketahui, aplikasi FaceApp memungkinkan pengguna mengunggah foto selfie maupun wajah seseorang, lalu mengeditnya dengan berbagai filter yang tersedia. Dari muka filter cantik, tampan, muda, dan tua, hingga mengubah gender bisa dilakukan dengan FaceApp.

Lantas, kenapa FaceApp minta maaf?

Mengutip laman Tech Crunch, Rabu (26/4/2017), masalahnya karena aplikasi ini menghadirkan filter hotness (yang kini menjadi spark) yang dianggap rasis. Banyak penggunanya di luar negeri yang menemukan filter tersebut memberikan efek terang yang berlebihan, sehingga bisa mengubah warna kulit.

Hal ini terlihat saat filter ini diterapkan ke foto presiden ke-44 AS Barack Obama. Jika dibandingkan antara kedua foto, yakni sebelum di-edit dan setelah diberi filter, sangat jelas perubahan warna kulit Obama.

Dalam sebuah email, pendiri sekaligus CEO FaceApp Yaroslav Goncharov mengucapkan permintaan maaf.

"Kami sangat menyesal dengan masalah serius ini. Ini bukanlah perilaku yang diinginkan dan merupakan dampak dari bias pelatihan yang diterapkan," kata Goncharov.

Untuk mengurangi masalah tersebut, FaceApp telah mengubah nama filter (dari hotness menjadi spark) dan selanjutnya akan melakukan perbaikan lengkap yang segera dirilis. The Guardian sebelumnya melaporkan bahwa FaceApp sangat populer selama beberapa minggu terakhir.

Alih-alih mengubah nama, ada pihak yang menilai bahwa FaceApp lebih baik menarik filter tersebut dari peredaran hingga digantikan oleh filter non-rasis.

Goncharov juga membantah bahwa filter tersebut didukung oleh penerapan teknologi kecerdasan buatan dari beberapa sumber terbuka, seperti Google's TensorFlow atau lainnya.

Sang CEO menegaskan bahwa kumpulan data yang digunakan untuk menerapkan filter tersebut adalah milik FaceApp sendiri, bukan kumpulan data publik. Dengan demikian, FaceApp akan bertanggung jawab untuk memperbaikinya.

(Tin/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya