Travis Kalanick, Bos Uber yang Digulingkan dari Jabatannya

Travis Kalanick digulingkan dari jabatannya sebagai CEO Uber. Bagaimana perjalanan karier Kalanick?

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 22 Jun 2017, 19:21 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2017, 19:21 WIB
Travis Kalanick
Travis Kalanick

Liputan6.com, Jakarta - Founder sekaligus CEO Uber Travis Kalanick telah mundur dari jabatannya, kemarin. Bos Uber yang mulanya akan menikmati cuti panjang untuk berduka atas kematian ibundanya itu akhirnya justru dipaksa mundur oleh sejumlah investor Uber.

Oleh investor dan dewan direksi Uber, Kalanick dianggap tak mampu menjalankan perannya sebagai pemimpin. Mereka juga menilai kalau Kalanick jadi salah satu pemicu terjadinya kemelut di perusahaan. Sebenarnya, siapa Kalanick dan seperti apa perjalanan kariernya?

Seperti Tekno Liputan6.com kutip dari The Telegraph, Kamis (22/6/2017), Kalanick memasuki dunia bisnis dengan penuh kontroversi dan meninggalkannya juga dengan kontroversi.

Seperti pendiri perusahaan teknologi terkemuka, sebut saja Mark Zuckerberg dan Bill Gates, Kalanick juga drop out (DO) dari kampusnya, University of California. Setelah DO, ia kemudian membantu mendirikan mesin pencari bernama Scour. Ia juga membantu membesut Scour Exchange, sebuah layanan berbagi file peer-to-peer yang awalnya dirancang untuk bersaing dengan Napster.

Mirip dengan Napster, perusahaan itu membuat industri musik murka dan menghadapi tuntutan hukum dari sejumlah nama perusahaan di industri hiburan dengan nilai US$ 250 miliar. Tahun 2000, perusahaan yang dirintisnya itu pun ambruk.

Namun, karier Travis Kalanick tak berhenti di situ. Ia kemudian mendirikan lagi perusahaan layanan berbagi file peer-to-peer lainnya yang dinamai Red Swoosh yang juga mengalami kesulitan.

Kalanick pun memutuskan untuk pindah kembali ke rumah orangtuanya, kemudian ia pergi ke Thailand bersama seluruh tim software-nya dengan harapan bisa menekan pengeluaran.

Saat masih berada di Red Swoosh, Kalanick yang mengaku berpandangan politik netral ini justru mencalonkan diri secara independen sebagai gubernur California saat usianya masih 27 tahun.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Mendirikan Uber

Pada 2007, Red Swoosh diakuisisi oleh Akamai Technologies dengan nilai US$ 19 juta atau sekitar Rp 253 miliar.

Dua tahun kemudian, pria kelahiran 6 Agustus 1976 ini bergabung dengan Garret Camp untuk merealisasikan ide Camp membuat aplikasi ride-sharing yang diberi nama Uber. Rupanya, ide tersebut adalah menurunkan tarif sewa layanan kendaraan mewah.

Meski didirikan pada 2009, Uber baru dikenal umum pada 2012, yakni saat perusahaan menciptakan UberX, layanan yang memungkinkan siapa saja menggunakan mobil mereka sebagai taksi bernama Uber.

Selama menjabat sebagai CEO, karier Travis Kalanick penuh dengan kontroversi. Februari 2017, seorang sopir Uber Fawzi Kamel memberitahu pada Kalanick bahwa ia bangkrut karena kebijakan harga yang ditetapkan perusahaan.

Bukannya memberi solusi, Kalanick malah menganggap Kamel menyalahkan orang lain untuk masalah yang dihadapinya. Tak lama, ia pun meminta maaf dan mengakui kalau gaya kepemimpinannya perlu diubah.

Gaya kepemimpinan Kalanick membuatnya jadi salah satu bos paling nyentrik sekaligus paling banyak dikritik di Silicon Valley. Tak hanya itu, di bawah kepemimpinannya, lingkungan kerja Uber juga dikritik karena seksisme dan diskriminasi gender dalam tingkat yang paling serius.

Bahkan, yang paling parah, Travis Kalanick juga disebut-sebut telah melihat hasil rekam medis seorang perempuan yang diduga jadi korban pelecehan seksual oleh seorang sopir Uber di India. Berbagai kritik lain berkaitan dengan seksisme terus menerus diarahkan pada pria dengan total harta US$ 6,3 miliar ini.

Kini, Travis Kalanick telah digulingkan dari posisinya sebagai CEO Uber dengan harapan perusahaan bisa jadi lebih baik seiring penggantian pimpinan.

(Tin/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya