Travis Kalanick Mundur dari Jabatan CEO Uber

Setelah didesak oleh dewan direksi dan investor, Bos Uber Travis Kalanick akhirnya meninggalkan jabatannya sebagai CEO Uber.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 21 Jun 2017, 14:30 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2017, 14:30 WIB
CEO Uber Travis Kalanick
Travis Kalanick, CEO Uber. Dok: Reuters.com

Liputan6.com, Jakarta - CEO Uber Travis Kalanick akhirnya mundur dari jabatannya. Padahal, beberapa hari sebelumnya, founder Uber ini mengambil cuti panjang dari perusahaan untuk berduka atas kematian sang ibu.

Hengkangnya Kalanick dari jabatannya sebagai CEO disebut karena berbagai tekanan dari dewan direksi perusahaan dan investor Uber. Mereka menilai Kalanick menjadi salah satu pemicu terjadinya kemelut di Uber.

Sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari The New York Times, Rabu (21/6/2017), pada hari Selasa, lima investor utama Uber meminta kepada Kalanick untuk segera mengundurkan diri. Salah satu investor yang meminta Kalanick mundur adalah pemegang saham terbesar Uber dari perusahaan ventura Benchmark yang bernama Bill Gurley.

Sekadar diketahui, surat rekomendasi hengkangnya Kalanick itu dikirimkan ke Kalanick saat ia sedang cuti dan berada di Chicago. Dalam sebuah surat "Moving Uber Forward" itu, para investor meminta kepada Kalanick untuk segera mundur sebab perusahaan memerlukan perubahan kepemimpinan.

Kalanick kemudian berkonsultasi dengan anggota dewan direksi dan investor Uber. Selanjutnya, Kalanick pun setuju untuk mengundurkan diri. Meski begitu, ia akan tetap berada di dewan direksi Uber setelah mengundurkan diri.

Dalam pernyataannya, Kalanick mengatakan kalau ia begitu mencintai Uber dan berat untuk mundur dari posisinya.

"Saya sangat mencintai Uber melebihi apa pun di dunia ini. Ini adalah saat yang sangat sulit dalam hidup saya. Saya harus menerima permintaan dari para investor untuk mundur, agar Uber bisa terus berkembang dan tidak terganggu dengan konflik lainnya," kata Travis Kalanick.

Langkah Kalanick selama memimpin Uber dipertanyakan lantaran dianggap sebagai contoh kekacauan sebuah startup di Silicon Valley. Dalam beberapa bulan terakhir, Uber memang mengalami cukup banyak masalah. Mulai dari diskriminasi secara seksual, pemecatan sejumlah karyawan, budaya perusahaan, hingga lelucon yang berbau seksisme.

Kegagalan Travis Kalanick dimulai sejak awal tahun, yakni setelah seorang engineer wanita di Uber mengungkap dirinya mengalami pelecehan seksual di perusahaan. Hal itu pun memicu munculnya keluhan lain yang serupa dan membuat perusahaan melakukan penyelidikan internal.

Tak hanya masalah internal, Uber dilaporkan juga tengah menangani tuntutan hak kekayaan intelektual atas Waymo, sebuah proyek otonomos di bawah Alphabet.

Pihak Uber pun kini memulai perubahan besar untuk membuat lingkungan kerjanya lebih profesional. Kini Uber juga dilaporkan sedang mencari pejabat eksekutif baru, termasuk juga untuk menempati posisi CEO yang kosong karena mundurnya Kalanick.

(Tin/Ysl)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya