Ilmuwan Kembangkan Baterai Smartphone Berbasis Air

Ilmuwan berupaya mengembangkan baterai smartphone dengan elektrolit berbasis air yang membuatnya lebih aman dibanding lithium-ion.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 09 Sep 2017, 13:00 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2017, 13:00 WIB
Galaxy S8
Ilustrasi: Baterai smartphone

Liputan6.com, Jakarta - Smartphone meledak karena baterai bermasalah menjadi hal yang menakutkan bagi pengguna.

Penggunaan baterai lithium-ion pun mulai diperhatikan. Saat ini jenis baterai tersebut masih menjadi standar yang dipakai untuk smartphone, tetapi tetap tak menjamin perangkat akan aman dari ledakan.

Oleh karenanya, baru-baru ini sekelompok ilmuwan mencoba mengembangkan elektrolit baterai berbasis air. Solusi ini diyakini akan mampu menghasilkan baterai smartphone yang lebih aman dibandingkan lithium-ion.

Mengutip laman Ubergizmo, Sabtu (9/9/2017), para ilmuwan merealisasikannya menggunakan garam berkonsentrasi tinggi yang akan membantu menghasilkan lapisan pelindung elektroda. Dengan begitu, pelindung elektroda tersebut akan membantu elektroda menahan lebih banyak energi.

Sayangnya, saat ini baterai aman yang dimaksud masih dalam tahap perkembangan awal, sebab masalah utama baterai ini adalah elektrolitnya yang tidak bertahan lama. Disebutkan, jumlah pengisian baterai (proses charging) yang dapat dilakukan terhadap baterai ini hanya sekitar 70 siklus.

Artinya, jika sebuah perangkat menggunakan baterai dengan elektrolit berbasis air--yang lebih aman dibandingkan lithium-ion--hanya akan bisa bertahan selama kurang lebih 2 bulan. Sementara, baterai lithium-ion bisa bertahan untuk ratusan siklus pengisian daya.

Bisa dibilang, banyak perangkat masih akan tetap memilih baterai lithium-ion ketimbang baterai dengan elektrolit berbasis air karena terkait masa pakainya.

(Tin/Isk)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya