XL Hadapi 500 Serangan Hacker Setiap Hari

Menurut XL Axiata, industri telekomunikasi sering menjadi target sasaran peretas (hacker).

oleh Corry Anestia diperbarui 12 Sep 2017, 18:47 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2017, 18:47 WIB
XL Axiata
Hacker Doyan Susup Celah Layanan Telekomunikasi. Liputan6.com/ Corry Anestia

Liputan6.com, Jakarta - Di era digital, risiko serangan siber terus berkembang. Hal ini turut didorong oleh perilaku manusia yang semakin terikat oleh aktivitas digital, mulai dari bangun tidur hingga tidur malam. Misalnya, belanja online, transportasi online, hingga beli pulsa online.

Direktur dan Service Management Officer XL Axiata, Yessie D Yosetya mengatakan situasi tersebut dimanfaatkan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab, yakni peretas (hacker). Tak cuma perbankan, bahkan layanan telekomunikasi sering menjadi sasaran para hacker.

"Dari pengalaman kami, rata-rata ada 400-500 ribu daily attack percobaan serangan ke touch point kami. Itu berupa (serangan) ke aplikasi yang langsung digunakan konsumen, seperti My XL dan Axis Net," ungkapnya saat ditemui di Media Update Ancaman Cyber di Industri Telekomunikasi di Jakarta, Selasa (12/9/2017) sore.


Menariknya, ungkap Yessie, para hacker tersebut mencoba meretas aplikasi untuk mendapatkan kuota data atau pulsa gratis.

"Tapi, itu semua percobaan serangan. Dari ratusan ribu hingga jutaan serangan selama setahun itu, belum ada yang tembus," paparnya.

Ia mengakui tren peretasan ke layanan telekomunikasi semakin tinggi. Hacker juga dinilai semakin kreatif dan cerdik dalam melancarkan serangan. Mereka juga semakin terorganisasi dalam melancarkan serangan, serta punya forum dan komunitas sendiri-sendiri.

"Menurut data kami, seluruh serangan ke XL itu paling banyak berasal dari Tiongkok dan Amerika Serikat (AS). Tapi ya siapa saja bisa memanipulasi IP Route, jadi belum tentu itu betul dari kedua negara tersebut," kata Yessie.

Untuk meminimalisasi dan mencegah serangan siber, Yessie mengungkap pihaknya telah mematuhi kebijakan yang diterapkan pemerintah. Salah satunya adalah memenuhi sertifikasi ISO 27001 untuk mencegaj risiko serangan siber. Database konsumen juga sudah terenkripsi.

"Makanya, kami juga selalu lakukan adjusment berkelanjutan dan selalu melakukan update pada patching kami. Kami juga lakukan penetration test baik di jaringan telekomunikasi maupun sistem TI kami. Kalau sebelumnya kan cuma di sistem TI-nya saja," jelasnya.

(Cas/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya