Liputan6.com, Jakarta - Platform media sosial X—dulunya bernama Twitter—mengalami gangguan besar-besaran pada Senin malam, 10 Maret 2025, menyebabkan pengguna di berbagai negara, termasuk Indonesia, sulit login dan mengunggah cuitan.
Meski layanan kini berangsur pulih, Elon Musk selaku pemilik platform medsos tersebut menyebut Twitter down disebabkan oleh serangan siber sangat masif.
Baca Juga
Elon Musk mengungkapkan, X Twitter menghadapi serangan siber setiap hari. Namun, serangan kali ini berbeda karena dilakukan dengan sumber daya besar.
Advertisement
“Ada (masih) serangan siber besar-besaran terhadap 𝕏. Kami diserang setiap hari, tetapi ini dilakukan dengan banyak sumber daya. Baik kelompok besar yang terkoordinasi dan/atau suatu negara terlibat, " kutip cuitan Elon Musk, Selasa (11/3/2025).
Kelompok Hacker Dark Store Klaim Bertanggung Jawab
Tak berselang lama, kelompok hacktivist Dark Storm mengklaim sebagai dalang di balik serangan siber menyebabkan Twitter error.
Dalam pernyataan diunggah melalui kanal Telegram mereka, kelompok ini mengaku telah meluncurkan serangan DDoS terhadap platform tersebut.
Sebagai bukti, Dark Storm membagikan tangkapan layar serta tautan ke situs check-host.net yang sering kali digunakan untuk memverifikasi status layanan di berbagi server global.
Siapa Kelompok Hacker Dark Storm?
Dark Storm adalah kelompok hacktivist pro-Palestina terbentuk pada 2023. Sebelumnya, mereka telah menargetkan berbagai organisasi di Israel, Eropa, dan Amerika Serikat (AS) dalam berbagai aksi serangan siber.
Serangan terhadap Twitter disebut-sebut sebagai bagian dari aksi mereka untuk menentang kebijakan perusahaan dan negara-negara tertentu.
Apa Itu DDoS?
Serangan DDoS atau Distributed Dental of Service adalah metode digunakan oleh peretas untuk membanjiri server target dengan lalu lintas (trafik) palsu hingga sistem dibuat kewalahan dan tidak bisa diakses oleh pengguna normal.
Advertisement
Elon Musk Ingin Beli OpenAI Rp 1.594 Trilun, Begini Respons Sam Altman!
Elon Musk bersama konsorsium investor dikabarkan siap menggelontorkan uang sebesar USD 97,4 miliar atau Rp 1,594 triliun untuk membeli OpenAI.
Niat Elon Musk beli OpenAI ini dikonfirmasi langsung oleh pengacaranya, Marc Toberoff.
"Sudah waktunya bagi OpenAI untuk kembali ke kekuatan open-source berfokus pada keselamatan seperti dulu," kata Elon Musk dalam pernyataan ke The Wall Street Journal, Selasa (11/2/2025).
Namun, CEO OpenAI Sam Altman tampaknya tidak tertarik dengan tawaran dari bos Tesla, X, dan SpaceX tersebut.
Lewat akun X Twitter-nya, Sam Altman menyidir tentang rencana Elon Musk dan konsorsium investor untuk membeli pembuat ChatGPT tersebut.
"Tidak, terima kasih, tapi kami akan membeli Twitter seharga USD 9,74 miliar jika Anda mau," cuit Sam Altman di X.
Rivalitas Lama Elon Musk dan Sam Altman
Elon Musk dan Sam Altman awalnya sama-sama mendirikan OpenAI, dengan visi menjadikan kecerdasan buatan lebih transparan dan terbuka bagi publik.
Akan tetapi, Musk memutuskan untuk hengkang dari perusahaan tersebut pada 2018 setelah terjadi perbedaan visi mengenai arah pengembangan AI.
Sejak itu, kedua pimpinan raksasa teknologi ini sering terlibat perselisihan. Musk sendiri sempat mengkritik pembuat ChatGPT ini karena semakin komersil dan jauh dari prinsip awal perusahaan didirikan.
Di sisi lain, Altman berpendapat, model bisnis mereka saat ini diperlukan agar perusahaan AI bisa terus berkembang.
Jika Elon Musk berhasil mengakuisisi OpenAI, kemungkinan besar ia akan mengubah kebijakan perusahaan, terutama dengan pendekatan open-source selama ini ia perjuangkan.
Advertisement
