Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu, Uber sempat diterpa masalah soal keamanan. Menurut laporan, data yang dibobol hacker di antaranya adalah nama, alamat email, serta nomor telepon sekitar 50 juta pengguna dan 7 juta mitra pengemudi.
Menanggapi kasus tersebut, General Manager South East Asia, Chan Park, memastikan Uber akan bekerja sama dan akan terbuka dengan pemerintah manapun.
"Kami juga tengah melakukan investagasi internal soal masalah tersebut dan berjanji masalah serupa tak akan terjadi lagi di masa depan," ujar Chan saat ditemui Tekno Liputan6.com usai konferensi pers Year with Uber di Jakarta, Rabu (13/12/2017) sore.
Advertisement
Baca Juga
Sekadar informasi, kasus pencurian data ini mencakup pula 600 ribu pelat nomor kendaraan mitra pengemudi. Untungnya tidak ada nomor jaminan sosial dan informasi detail mengenai sopir yang bocor.
Dalam pernyataannya bulan lalu, Uber menyebut, dalam kasus ini tidak ada tanda-tanda kecurangan dari oknum karyawan maupun pihak dalam Uber.
"Kami tidak melihat ada bukti kecurangan atau penyelewengan kewenangan terkait masalah ini. Kami terus memantau akun-akun pengguna yang terdampak serta telah menandai untuk perlindungan terhadap kecurangan," kata Uber dalam pernyataannya.
Akan tetapi, menurut informasi Bloomberg, alih-alih menyelesaikan, Chief Security Officer (CSO) Joe Sullivan malah berupaya menutupi kasus peretasan itu dengan membayarkan uang tutup mulut senilai US$ 100 ribu (sekitar Rp 1,35 miliar) kepada hacker.
CEO baru Uber, Dara Khosrowshasi pun tidak senang atas penyelesaian kasus tersebut. "Tak satupun dari masalah ini seharusnya terjadi. Saya tidak akan memaafkan hal ini. Kami akan mengubah cara berbisnis perusahaan," kata Khosrowshasi kepada Bloomberg melalui email.
Peretasan Terjadi Tahun Lalu
Kasus pembobolan data pengguna dan mitra pengemudi Uber sendiri sebenarnya terjadi tahun lalu, sebelum Khosrowshasi mengambil alih posisi CEO. Ia menjadi CEO Uber menggantikan Travis Kalanick pada September 2017.
Kendati begitu, US Justice Department alias Kementerian Hukum Amerika Serikat (AS) telah memeriksa dugaan kasus kriminal, termasuk penggunaan software ilegal, pencurian hak kekayaan intelektual, serta penyuapan.
Kasus peretasan sendiri baru ditemukan bulan lalu dari hasil penyelidikan tim keamanan Uber yang dilakukan firma hukum independen.
Akibat pembobolan data ini, Uber telah memecat Chief Security Officer, Joe Sullivan. Sullivan dikenal sebagai salah satu pejabat eksekutif Uber yang tersisa dari era Travis Kalanick.
(Dam/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement