Liputan6.com, Jakarta - Seorang pekerja mitra manufaktur iPhone, Foxconn, meninggal dunia setelah melompat dari sebuah gedung pada Sabtu (6/1/2018). Hal ini semakin memperpanjang daftar pekerja Foxconn yang bunuh diri selama beberapa tahun belakangan.
Berdasarkan keterangan organisasi pekerja Tiongkok, China Labor Watch (CLW), pekerja pabrik Foxconn bernama Li Ming (31) melompat dari sebuah gedung di kota Zhengzhou, Provinsi Henan, Tiongkok. Lokasi tersebut merupakan tempat kerjanya di Foxconn dan sekaligus area produksi iPhone X.
Advertisement
Baca Juga
Menurut laporan media Tiongkok, setengah dari iPhone diproduksi di Zhengzhou. Sekira 350 pekerja dilaporkan bekerja di lini produksi di kota tersebut untuk memproduksi iPhone di level 350 unit per menit.
Aksi bunuh diri ini kembali memunculkan kekhawatiran soal kondisi kerja di pabrik-pabrik Foxconn. Sudah menjadi rahasia umum, tidak sedikit pekerja perusahaan asal Taiwan tersebut bunuh diri diduga lantaran kondisi lingkungan kerja yang tidak baik.
CLW mengunggah sebuah cuplikan video menampilkan Li, yang diklaim bekerja di Foxconn melalui bantuan agensi, terbaring tak bernyawa setelah melompat dari gedung.
Organisasi tersebut mengatakan, Li sudah bekerja untuk Foxconn selama dua bulan dan tinggal di asmara pabrik Foxconn. CLW telah berbicara dengan ayah Li, tapi sampai sekarang belum diketahui dengan pasti alasan bunuh dirinya.
Juru bicara Foxconn belum memberikan komentar terkait insiden bunuh diri tersebut.
Kontroversi Foxconn
Klaim CLW berpotensi menyulut kembali kontroversi tentang kondisi kerja para pekerja di Foxconn. Salah satu alasannya karena Foxconn merupakan perusahaan swasta terbesar di Tiongkok dengan jumlah pekerja diyakini lebih dari 1,2 juta.
Foxconn pada 2010 pernah menghadapi tudingan memaksa para pekerjanya untuk bekerja sampai kelelahan (sweatshop), yang menyebabkan serentetan tindakan bunuh diri pada tahun itu. Demikian seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (9/1/2018)
Mendiang Steve Jobs saat menjabat sebagai CEO Apple pernah mengomentari kasus bunuh diri yang terjadi di Foxconn.
"Kami sangat peduli tentang hal itu, tapi Foxconn bukan 'sweatshop'. Ini adalah sebuah pabrik, mereka punya restoran dan bioskop. Namun, memang ada beberapa orang yang bunuh diri dan mencoba bunuh diri," ungkap Jobs kala itu.
Sweatshop adalah julukan dari para aktivis untuk pabrik-pabrik yang dianggap sangat memeras keringat pekerjanya. Sweatshop juga dapat diartikan sebagai kondisi kerja yang melanggar hak asasi manusia dan terkadang juga melanggar kebijakan publik.
Advertisement
Cegah Bunuh Diri
Foxconn sendiri telah berusaha mencegah para pekerjanya bunuh diri. Pada 2011, perusahaan yang juga menjadi rekanan manufaktur untuk Nintendo, Sony, dan BlackBerry ini memasang banyak jaring di luar beberapa gedungnya di Shenzhen, untuk menghentikan upaya bunuh diri.
Kendati demikian, protes dari para pekerjanya masih bermunculan. Pada Januari 2012, 150 pekerja di pabrik Foxconn, di Wuhan, memprotes kondisi kerja dengan berdiri di atap sebuah bangunan pabrik dan mengancam akan melakukan bunuh diri.
Seorang pekerja di Wuhan mengatakan bahwa demonstrasi tersebut membuat 600 pekerja dipindahkan ke sebuah lokasi pabrik baru dengan kondisi memprihatinkan.
"Lini perakitan berjalan sangat cepat dan hanya dalam satu hari kami semua lecet dan kulit tangan menghitam. Pabrik tersebut penuh debu," ungkap pekerja tersebut.
Pernyataan itu berbeda dengan yang disampaikan juru bicara Foxconn. "Keselamatan para pekerja kami adalah prioritas utama dan kami berkomitmen, memastikan semua karyawan diperlakukan dengan adil," ungkap juru bicara itu setelah demonstrasi.
(Din/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: