Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan smartphone oleh anak-anak merupakan hal sensitif. Baru-baru ini dua investor Apple meminta perusahaan pembesut iPhone itu untuk menangani hal tersebut.
Berdasarkan laporan The Wall Street Journal, kedua investor Apple yakni Jana Partner LLC dan California State Teacher's Retirement System mengirimkan surat kepada Apple.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip Mashable, Senin (8/1/2018), mereka meminta Apple untuk mengembangkan software yang membantu orangtua mengontrol dan membatasi penggunaan smartphone dengan lebih baik.
Selain itu, Apple juga diminta untuk membuat riset mengenai dampak penggunaan smartphone berlebih pada kesehatan mental anak-anak.
Kedua grup investor tersebut diketahui memiliki saham di Apple dengan nilai sekitar US$ 2 miliar (setara Rp 28,5 triliun).
Sebenarnya, iPhone memiliki fitur parental control yang membantu orangtua membatasi atau memblokir anak-anak dari aplikasi tertentu.
Kendati demikian, kedua investor itu ingin perusahaan melakukan lebih banyak hal guna membatasi penggunaan smartphone dan meminimalisasi dampaknya pada kesehatan mental anak-anak.
Keduanya juga menggunakan penelitian Dr Jean M Twenge dari San Diego State University sebagai bahan rujukan terkait permintaan tersebut.
Berdasarkan Penelitian
"Investor percaya, baik konten maupun waktu penggunaan smartphone untuk anak-anak perlu disesuaikan dan ini meningkatkan kekhawatiran tentang efek kesehatan masyarakat karena kegagalan dalam bertindak. Mereka merujuk penelitian Twenge sebagai bukti terkait efek samping negatif (dari smartphone) yang sifatnya tidak disengaja," demikian dalam surat tersebut.
Sebelumnya, Twenge menulis hasil penelitiannya mengenai smartphone dan anak-anak di media.
"Saya menyebut mereka iGen yakni anak-anak yang lahir antara 1995 hingga 2012. Kelompok ini tumbuh bersama smartphone, memiliki akun Instagram, bahkan sebelum mulai sekolah serta tidak ingat waktu saat mengakses internet," tulis Twenge.
Dia juga menyebut, secara psikologis, anak-anak pengguna smartphone lebih rentan dibandingkan kelompok milenial.
"Angka depresi dan bunuh diri remaja meningkat sejak 2011. Sehingga tidak berlebihan untuk menggambarkan iGen berada di ambang krisis kesehatan mental terburuk dalam beberapa waktu terakhir," pungkas Twenge.
(Tin/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement