Transformasi Sophie Paris Menuju Bisnis Online to Offline

Sophie Paris berusaha mengoptimalkan bisnis online dan offline mereka dengan cara memakai model bisnis online-to-offline (O2O).

oleh Tommy K. Rony diperbarui 04 Apr 2018, 17:30 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2018, 17:30 WIB
CEO Sophie Paris Bruno Hasson
CEO Sophie Paris Bruno Hasson. Dok: Sophie Paris

Liputan6.com, Jakarta - Sophie Paris baru-baru ini mengubah model bisnis mereka menjadi online to offline (O2O) untuk mengoptimalkan bisnis mereka.

Dalam mengambil langkah ini Sophie Paris dibantu oleh JDS Software, Inc untuk meluncurkan JDA Warehouse Management sebagai fulfillment center.

Sophie Paris menerapkan JDA Warehouse Managament pada sentra distribusi untuk meningkatkan level produktivitas dan inventorial.

Pada Januari 2018, sudah ada 80 ribu transaksi online. Saat ini pun situs web Sophie Paris telah menjaring lebih dari 1,5 juta kunjungan tiap bulannya. Berkat layanan O2O, Sophie Paris berhasil menjual 50 ribu produk fesyen tiap harinya.

"Kami telah berinvestasi untuk transformasi digital Sophie Paris, termasuk dalam rangka mengubah strategi retail kami menjadi model O2O sebagai bagian dari perubahan model bisnis kami," ucap Bruno Hassan, Presiden Direktur Sophie Paris Group dalam keterangan tertulisnya, Rabu (4/4/2018).

Sekitar 30 persen dari tenaga penjual Sophie Paris telah memesan produk melalui online platform memberikan kontribusi sebesar 50 persen pada keseluruhan bisnis Sophie Paris pada Februari 2018.

Sophie Paris juga memprediksi pertumbuhan sebesar 100 persen di akhir tahun 2018.

"JDA sangat instrumental dalam memenuhi strategi order kami yang ketat. Bukan hanya dalam membawa sentralitas pelanggan dengan mencapai 99,5 persen level servis yang kami inginkan, tapi juga dalam memangkas pengeluaran-pengeluaran ekstra," imbuh Bruno.

Efisiensi Meningkat Signifikan

Situs Sophie Paris
Situs Sophie Paris. Dok: Sophie Paris

Sejak menerapkan JDA, Sophie Paris telah meningkatkan efisiensi warehouse mereka dengan signifikan. Semua pesanan mampu disiapkan dalam sehari hingga 10 ribu pesanan atau 50 ribu barang.

Penerapan JDA juga memberikan dampak yang positif secara pengeluaran karena berhasil menghemat pengeluaran ekstra sampai 25 persen dengan prediksi balik modal dalam jangka waktu dua tahun.

"Sophie Paris adalah contoh perusahaan yang tanggap akan adanya perubahan kebiasaan berbelanja dari pelanggan yang kini cenderung menggabungkan belanja online dan in-store," ucap Amid Bagga, presiden JDA Asia Pacific.

Amid juga mengaku bangga melihat pencapaian Sophie Paris yang cepat dan impresif, dan ia yakin akan terjadi peningkatan dalam ketepatan inventori yang berpengaruh pada tingkat profit dan kepuasan pelanggan.

JDA Software adalah penyedia layanan rantai suplai yang memfasilitasi transformasi digital dan sudah memiliki 40 ribu pelanggan di seluruh dunia dan mencakup 76 dari 100 top retailer.

Tentang Sophie Paris

Online shopping Sophie Paris
Brand fashion Sophie Paris memperluas pasarnya dengan menggunakan website berbasis online shopping.

Sophie Paris berdiri di Jakarta pada 1995. Awalnya, perusahaan ini memproduksi tas tangan rumahan oleh Bruno Hasson yang berasal dari Prancis.

Sekarang perusahaan ini telah beroperasi di Filipina dan Maroko, serta mempekerjakan 400 staf, memiliki 400 sentra bisnis, dan menjual puluhan ribu produk setiap harinya.

Bruno Hasson sendiri sudah resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).

(Tom/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya