Liputan6.com, Jakarta - Belum usai kasus Cambridge Analytica, Facebook dilaporkan sudah menemukan firma analisis lain yang menggunakan metode serupa untuk mengumpulkan data pengguna. Akibatnya, firma bernama CubeYou ini langsung ditangguhkan oleh Facebook.
Dikutip dari CNBC, Selasa (10/4/2018), CubeYou memanfaatkan metode serupa Cambridge Analytica untuk mengeruk data pengguna. Jadi, mereka mengumpulkan data pengguna dengan dalih untuk kebutuhan akademis melalui kuis yang ditawarkan.
Advertisement
Baca Juga
Namun, firma itu ternyata menjual data tersebut ke para pengiklan. Adapun data tersebut dikumpulkan oleh para peneliti yang bekerja dengan Psychometrics Lab di Cambridge University.
Facebook sendiri ternyata mengetahui aksi firma itu setelah adanya laporan dari CNBC. "Ini merupakan hal serius dan kami telah menangguhkan CubeYou dari Facebook selama melakukan investigasi," tutur VP of Product Partnership Facebook, Ime Archibong.
Lebih lanjut, ia mengatakan apabila CubeYou menolak atau gagal dalam audit, aplikasi besutannya akan dilarang di Facebook. Sebagai tambahan, Facebook juga akan bekerja sama dengan Information Commisioner Office (ICO) Inggris untuk melakukan klarifikasi.Â
Penemuan ini seakan menambah daftar panjang masalah yang dihadapi Facebook terkait keamanan data pengguna yang dimilikinya. Sebelum ini, raksasa media sosial itu juga telah bermasalah dengan Cambridge Analytica.
Dalam situsnya, CubeYou mengatakan pihaknya memang melakukan sensus data di beragam situs termasuk media sosial seperti Facebook dan Twitter untuk mengumpulkan informasi pribadi. Data itu lantas diolah untuk kebutuhan kampanye pemasaran.
Menanggapi soal CubeYou, Pusat Psikometriks Universitas Cambridge mengatakan perusahaan itu terbatas hanya untuk pembangunan situs. Mereka juga membantah telah berkolaborasi dengan CubeYou untuk membuat sebuah model prediksi psikologis.
"Hubungan kami dengan mereka bukan hal komersial, termasuk tak ada biaya ada pertukaran data. Mereka hanya mendesain tampilan antarmuka untuk situs yang sudah disesuaikan dengan model kami untuk memberikan masukan soal data pengguna,"Â ujarnya.Â
Seruan Warganet Boikot Facebook
Terkait kasus penyalahgunaan data pengguna Facebook, di internet sudah menggema gerakan yang bernama Faceblock. Sesuai namanya, aksi warganet ini dilakukan dengan melakukan boikot media sosial itu.Â
Rencana pemboikotan bakal dilakukan pada Rabu 11 April 2018. Gerakan tersebut didasari kepercayaan Facebook seharusnya bisa melakukan kinerja yang lebih baik dalam melindungi data pengguna.
"Facebook dan Mark Zuckerberg telah membuat pernyataan bernada maaf dan janji-janji, tapi itu tidak cukup. Facebook telah mengakui kemungkinan besar semua data pengguna telah dikeruk. Berarti 2 miliar pengguna bisa saja telah terekspos. Facebook: Kau bisa bekerja dengan lebih baik," tulis situs tersebut.
Pihak penyelenggara boikot turut meminta pihak pemerintah agar bekerja lebih baik lagi untuk melindungi privasi masyarakat, meregulasi monopoli digital, melindungi hak-hak sipil, dan menjaga demokrasi.
Tagar #Faceblock sudah mulai disebarkan di Twitter, dan di situsnya terdapat foto-foto yang bisa pendukung pasang di profil Facebook dan Twitter mereka.
Kenapa harus tanggal 11 April 2018? Karena pada tanggal tersebut, bos Facebook kabarnya akan menghadap Kongres Amerika Serikat untuk memberikan keterangan perihal kasus penyalahgunaan data ini.
Selain itu, Instagram dan WhatsApp juga diminta untuk ikut diboikot dalam sehari.
Advertisement
Data 1 Juta Pengguna Facebook di Indonesia Disalahgunakan
Mayoritas dari 87 juta orang yang datanya "dicuri" oleh Cambridge Analytica berasal dari Amerika Serikat (AS).
Terhitung sekitar 70 juta data profil pengguna Facebook di AS menjadi korban, lalu diikuti oleh pengguna di Filipina di mana 1,2 juta orang menjadi korban.
Untuk di Indonesia sendiri, ada sekitar 1,1 juta pengguna yang datanya disalahgunakan Cambridge Analytica.
Selain tiga negara yang disebutkan di atas, negara seperti Inggris, Meksiko, Kanada, India, Brasil, Vietnam, dan Australia pun ikut menjadi 10 besar dengan korban terbanyak.
Sheryl Sandberg, sosok ibu sekaligus orang terkuat kedua di Facebook, mengakui telah membuat kesalahan setelah adanya data pengguna yang disalahgunakan untuk tujuan politik oleh Cambridge Analytica, perusahaan konsultan asal di Inggris.
Sheryl pun mengakui kesalahannya karena kurang memberi penguatan pada sistem keamanan Facebook.
"Kami telah berbuat kesalahan dan saya mengakuinya dan saya yang bertanggung jawab," ucap ibu dua anak itu.
(Dam/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â
Â