Mengenal Si Kecil Pocophone, Keluarga Baru Xiaomi

Xiaomi kembali menyedot perhatian dengan menghadirkan sub-brand, Poco, di pasar smartphone. Yuk, kenali lebih dekat smartphone terbarunya, Pocophone F1.

oleh Andina Librianty diperbarui 28 Agu 2018, 07:30 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2018, 07:30 WIB
Head of Poco Global, Alvin Tse (Foto: Andina Librianty/Liputan6.com)
Head of Poco Global, Alvin Tse (Foto: Andina Librianty/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Xiaomi kembali menyedot perhatian dengan menghadirkan sub-brand, Poco, di pasar smartphone.

Poco dalam bahasa Spanyol memiliki arti "kecil", tetapi perusahaan memiliki ambisi besar yang telah dibuktikann sejak awal melalui kehadiran Pocophone F1 sebagai smartphone premium dengan harga paling terjangkau.

Pocophone F1 yang beberapa waktu lalu dirilis di India, dibanderol 20.999 Rupee atau berkisar Rp 4,3 juta untuk versi standar RAM/memori internal 6GB/64GB.

Kemudian 23.999 Rupee atau berkisar Rp 5 jutaan untuk 6GBB/128GB dan 28.999 Rupee atau Rp 6 jutaan untuk varian 8GB/256.

Harga tersebut menjadikan Pocophone F1 sebagai smartphone flagship dengan prosesor Snapdragon 845 paling terjangkau.

Dijelaskan Head of Poco Global, Alvin Tse, smartphone tersebut bisa dijual dengan harga terjangkau karena perusahaan menyuguhkan teknologi yang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen. Fokus semacam itu, diyakini bisa membuat Poco sebagai yang terbaik di kelasnya.

Alvin menegaskan Poco benar-benar fokus pada berbagai teknologi yang dibutuhkan dan digunakan konsumen.

"Kami yakin dengan fokus pada hal kecil, kami bisa menjadi yang terbaik," jelas Alvin dalam sesi wawancara dengan sejumlah media Indonesia beberapa hari lalu di Jakarta.

Fokus ini juga sejalan dengan nama Poco sendiri yang dalam bahasa Spanyol memiliki arti "kecil".

Ada beberapa interpretasi soal "kecil", dan salah satunya juga karena tim Poco yang tidak terlalu banyak.

Selain itu, perusahaan meyakini semua hal besar dimulai dari kecil, dan Poco memiliki mimpi besar.

Oleh sebab itu, perusahaan yakin dengan fokus pada hal kecil dan penting, ada peluang besar untuk menyuguhkan teknologi berguna ke lebih banyak orang.

"Nama Poco sendiri juga dipilih karena mudah diingat dan diucapkan," tutur Alvin. Hal ini berbeda dengan Xiaomi, karena di beberapa pasar dinilai sulit diucapkan, sehingga terjadi salah penyebutan.

Poco boleh jadi berada di bawah bendera Xiaomi, tapi keduanya memiliki strategi berbeda. Alvin menggambarkan Xiaomi dengan rangkaian seri Redmi yang hadir dengan berbagai varian spesifikasi, tapi Poco lebih memilih menghadirkan smartphone dengan spesifikasi yang memang benar-benar digunakan.

Strategi tersebut juga membantu perusahaan bisa menjual produk premium dengan harga terjangkau.

"Hal yang sulit adalah menghilangkan sejumlah hal tertentu, dan itulah Pocophone. Kami memutuskan untuk fokus tidak menggunakan teknologi seperti pop up camera, yang memang keren, tapi kenyataannya sulit digunakan. Jadi kami harus benar-benar pintar dalam menentukan pilihan, dan memilih yang benar-benar penting untuk pengguna," ungkap pria lulusan Stanford University tersebut.

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

Berusaha Membuat Industri Smartphone Sehat

Pocophone F1
Boks penjualan Pocophone F1 di Indonesia (Foto: Andina Librianty/Liputan6.com)

Alvin berharap kehadiran Poco bisa membuat industri smartphone kembali "sehat". Ia menilai kini semakin sedikit konsumen memperbarui perangkat mereka.

"Masalahnya, sekarang kami melihat semakin sedikt orang memperbarui perangkat, karena mereka merasa teknologi terbaru yang ada tidak cukup bagus. Jadi mereka menunggu selama bertahun-tahun, dan hal itu tidak sehat untuk industri," kata pria yang meraih gelar Bachelor of Science Ilmu Manajemen dan Teknik dari Stanford University tersebut.

Oleh sebab itu, Alvin dan tim kecilnya pun melihat ada peluang untuk membuat lebih banyak orang menggunakan teknologi baru, yang memang benar-benar dibutuhkan.

Maka lahirlah Pocophone F1 sebagai produk pertama, yang mewakili hal tersebut.

Proyek Poco sendiri dimulai satu tahun lalu dengan tim kecil di dalam Xiaomi. Poco berusaha mencoba membuat sesuatu yang berbeda dan pengalaman baru, hingga akhirnya hadir sebagai sub-brand.

Berbeda dengan Vendor Smartphone Lain

Pocophone F1
Bagian belakang dari Pocophone F1 versi Armored Edition (kredit: engadget)

Alvin menegaskan Poco berbeda dengan beberapa vendor smartphone lain, yang hanya sekedar menghadirkan teknologi baru tanpa memperhatian kebutuhan konsumen.

Belum lagi, kehadiran teknologi baru itu justru membuat harga jual smartphone kian membumbung tinggi.

Isu ini disebut menjadi salah satu faktor yang membuat harga flagship semakin mahal setiap tahun.

"Kami melihat kurangnya terobosan beberapa waktu belakangan ini, dan banyak vendor dipaksa melakukan banyak hal, yang kadang untuk alasan bagus, kadang hanya sekadar untuk sesuatu baru. Berbagai hal baru itu kadang mungkin tidak sesuai dengan pengguna, melainkan justru hanya menambah biayanya," jelas pria yang telah bekerja di Xiaomi sejak lima tahun lalu tersebut.

(Din/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya