Liputan6.com, Jakarta - Semua pasti setuju jika Amerika Serikat (AS) adalah salah satu negara terkuat di dunia dalam bidang pertahanan.
Untuk pertahanan udaranya saja, AS memiliki beberapa jet tempur tercanggih dan tersangar yang ada di abad ini.
Lihat saja jet tempur siluman Lockheed Martin F-22 Raptor, yang dibuat khusus sebagai petarung yang siap menghancurkan pesawat musuh di udara.
Advertisement
Kemudian ada Fairchild Republic A-10 Thunderbolt II, jet tempur dengan nama panggilan Warthog pemburu tank dan kendaraan lapis baja musuh.
Baca Juga
Yang paling terkenal dan sering muncul di film mungkin pesawat pembom siluman B-52 dan Harrier Jump Jet yang bisa lepas landas secara vertikal.
Semua pesawat tempur ini tak diragukan lagi sangat canggih sekaligus menakutkan karena membawa senjata mematikan.
Namun, AS sebenarnya punya pesawat mematikan lainnya dengan tampilan yang justru tidak terlihat sangar dan mengerikan.
Pesawat E-6 Mercury milik Angkatan Laut AS mungkin terlihat biasa-biasa saja karena memang dibangun dari pesawat komersial Boeing 707.
Akan tetapi, jangan terkecoh dengan penampilan Mercury ini. Meski tidak membawa senjata apa pun, Mercury adalah pesawat paling mematikan yang dioperasikan oleh Pentagon.
Apa yang membuat Mercury begitu menakutkan meski tidak membawa senjata ke mana pun dia terbang? Berikut penjelasannya seperti dikutip The National Interest.
Rahasia Mercury Bisa Begitu 'Mengerikan'
Ternyata, Mercury adalah pesawat yang berfungsi sebagai pusat komando militer AS jika terjadi hal-hal yang tidak menguntungkan di darat.
Sebagai pusat komando militer, maka Mercury bisa mengirim perintah peluncuran rudal berhulu ledak nuklir yang bertebaran di darat dan laut AS.
Jadi, meski pusat komando militer AS di darat yang ada Nebraska hancur, perintah peluncuran rudal berhulu ledak nuklir tetap bisa dilakukan melalui Mercury.
Dengan kata lain, musuh tidak akan bisa memenggal kepala militer AS karena pusat komando tetap hidup di pesawat Mercury tersebut.
Â
Advertisement
Kecanggihan Lainnya
Dilengkapi dengan 31 antena komunikasi, Mercury mampu menembus kedalaman laut untuk mengirim sinyal ke kapal selam di kedalaman laut dan stasiun-stasiun rudal nuklir yang jaraknya berjauhan.
Mercury juga dilengkapi tangki bahan bakar tambahan yang membuatnya bisa terbang selama 72 jam tanpa henti. Apalagi, pesawat ini juga mampu mengisi bahan bakar sambil terbang.
Agar sinyal yang dikirim bisa menembus kedalaman laut atau darat, Mercury menggunakan gelombang radio dengan frekuensi yang sangat rendah yang dikenal dengan istilah VLF.
Karena menggunakan VLF, maka Mercury harus terbang secara terus-menerus di ketinggian atmosfer.Â
Sayangnya, lebar pita frekuensi VLF ini sangat terbatas sehingga Mercury hanya bisa mengirim data mentah sebanyak 35 karakter.
Kecepatan transfer data dari Mercury ini bahkan lebih lambat dari modem jadul berkecepatan 14 kbit/s tahun 1990an.
Meski begitu, data yang dikirimkan Mercury ke stasiun-stasiun rudal nuklir di darat dan laut AS sudah cukup untuk mengaktifkan serangan nuklir ke segala penjuru dunia.
Reporter: Sugiono
Sumber: Dream.co.id
(Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: