Liputan6.com, Jakarta - Facebook memblokir 115 akun diduga "berperilaku tidak autentik terkoordinasi", yang berkait dengan kelompok-kelompok asing.
Ratusan akun itu dicurigai mencoba menginterfensi pemilihan midterm (paruh waktu) Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari New York Post, Rabu (7/11/2018), tindakan pemblokiran dilakukan setelah mendapatkan laporan dari aparat penegak hukum AS mengenai aktivitas online yang berkaitan dengan entitas asing.
Advertisement
"Menurut mereka (akun-akun) itu berkaitan dengan entitas-entitas asing," tulis Head of Cybersecurity Policy Facebook, Nathaniel Gleicher, dalam keterangannya.
Baca Juga
Gleicher mengatakan, Facebook akan memberikan informasi lebih lanjut setelah mempelajari asal akun-akun tersebut.
"Termasuk apakah akun-akun ini terkait dengan Badan Riset Internet Rusia, atau entitas asing lainnya," ujarnya.
Langkah Facebook tersebut, menggambarkan sikap perusahaan-perusahaan teknologi AS yang berupaya memperkuat keamanan dan usaha memberantas kampanye disinformasi, termasuk kelompok-kelompok dari Rusia yang diyakini mencoba membagi pemilih dan mendiskreditkan demokrasi.
Pemblokiran oleh Facebook sendiri merupakan upaya untuk mencegah penyalahgunaan, seperti yang dilakukan sejumlah kelompok Rusia dua tahun lalu yakni memengaruhi opini publik menjelang pemilihan presiden AS.
Facebook pada bulan lalu menghapus 82 Page, akun dan grup terkait Iran yang dinilai bertujuan memicu perselisihan sosial di AS dan Inggris.
Kemudian pada Agustus 2018, perusahaan juga menghapus 652 Page, grup dan akun yang terkait dengan Rusia dan Iran.
Pemilu Paruh Waktu AS 2018, Republik Pertahankan Dominasi di Kursi Senat
Partai Republik diproyeksikan mempertahankan dominasi mereka atas Senat Amerika Serikat atau US Senate (DPD) setelah berhasil memperoleh keunggulan kursi dalam pemilu paruh waktu AS (mid-term election) yang diselenggarakan pada 6 November 2018.Â
Menurut perhitungan awal The Associated Press, Republik memperoleh 51 kursi, sementara Demokrat memperoleh 42 kursi.
Meskipun partai yang mengontrol Gedung Putih biasanya kehilangan kursi Senat dalam pemilihan paruh waktu, tapi Republik berhasil mempertahankan dominasinya dengan meredam saingannya, Partai Demokrat.
Karena, sebagian besar kursi, termasuk 10 di negara bagian yang pada Pilpres 2016 lalu dimenangkan oleh Presiden Donald Trump, berhasil dimenangkan oleh Republik. Demikian seperti dikutip dari USA Today, Selasa (7/11/2018).
Sementara itu, Demokrat diproyeksikan akan merebut DPR (House of Representatives) dari tangan Partai Republik, setelah memperoleh keunggulan suara sementara dalam pemilu paruh waktu AS 2018 yang berlangsung pada 6 November 2018 waktu setempat.
Proyeksi kemenangan Demokrat dinilai kuat, karena, partai itu memperoleh keunggulan suara yang terpaut cukup jauh dari Republik.
Menurut perhitungan sementara CNN, Demokrat telah memperoleh 196 kursi, sementara Republik 182 kursi.
Total kursi yang diperebutkan adalah 435 kursi. Sedangkan syarat sebuah partai untuk mendominasi DPR adalah dengan menduduki 218 kursi.
Kemenangan itu --yang kian dekat-- akan menempatkan Demokrat sebagai kubu dominan di DPR untuk pertama kalinya sejak 2010, demikian seperti dikutip dari CNBC.
(Din/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement