Indonesia Bakal Punya Dua Unicorn Baru 2 Tahun Lagi?

Untuk bisa menjadi unicorn tidak mudah. Terlebih, saat ini market sudah penuh pemain. Hanya saja, memang masih ada potensi asal dapat memenuhi 3 hal.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Feb 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2019, 18:00 WIB
Startup
Ilustrasi Startup (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Asosiasi e-Commerce Indonesia (iDEA), Ignatius Untung, mengatakan potensi Indonesia untuk melahirkan unicorn baru masih besar.

Peluang-peluang untuk menjadi perusahaan rintisan digital dengan valuasi US$ 1 miliar masih terbuka lebar. Bahkan, dia melihat dalam waktu 2 tahun mendatang, akan muncul unicorn baru.

"Saya melihatnya dalam waktu 2 tahun bisa 2-3 akan muncul unicorn baru," ujar Untung saat ditanya awak media usai acara konferensi pers Pasar iDEA di Jakarta, Selasa (19/2/2019).

Dilanjutkannya, potensi itu bisa datang dari perusahaan-perusahaan dompet digital atau payment gateway yang belakangan ini kerap digunakan masyarakat dan perusahaan tiket online.

"Misalnya fintech seperti e-wallet dan tiket online. Kalau tiket online kan kita tahu siapa yang sudah menjadi unicorn dan hanya pemain itu saja. Kemudian, saya melihat ramai itu e-wallet. Yang sudah besar OVO dan Go-Pay. Lalu yang sedang menyusul, T-Cash dan DANA. Saya rasa ini akan menarik," jelasnya.

Kendati begitu, untuk bisa menjadi unicorn tidak mudah. Terlebih, saat ini market sudah penuh pemain. Hanya saja, memang masih ada potensi asal dapat memenuhi 3 hal.

"Pertama, transaksinya besar. Kedua, frekuensi transaksinya cukup sering. Kemudian yang terakhir, coverage konsumen cukup besar. Tiga hal itu setidaknya harus dipenuhi jika ingin menjadi unicorn," terang dia.

Sebagaimana diketahui, saat ini Indonesia memiliki 4 unicorn, yakni, Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka.

Jumlah unicorn yang dimiliki Indonesia, paling banyak se-Asia. Kalau ditotal, ada 7 unicorn di Asia.

Biar Tak Gagal Paham, Yuk Kenalan dengan Startup Unicorn, Decacorn, dan Hectocorn

Startup
Ilustrasi Startup (iStockPhoto)

Gara-gara Debat Capres 2019 kedua pada Minggu 17 Februari 2019, startup unicorn  mendadak jadi perhatian seantero warganet di lini masa Twitter.

Hal ini bermula saat Capres Nomor Urut 1 Joko Widodo memberi pertanyaan kepada Capres nomor Urut 2 Prabowo Subianto mengenai upaya yang dilakukan untuk mengembangkan (startup) unicorn di Tanah Air.

Prabowo pun memastikan, apa maksud unicorn dan menjawab "apa itu unicorn, yang online-online itu?"

Meski tampak ragu dengan pengertian unicorn, Prabowo tetap memberikan jawabannya.

Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan startup unicorn?

Dikutip dari artikel Tech World, Senin (18/2/2019), unicorn adalah sebuah perusahaan yang memiliki nilai valuasi lebih dari US$ 1 miliar hingga US$ 10 miliar (setara Rp 14 triliun hingga Rp 140 triliun).

Kini, di Indonesia sudah ada empat startup unicorn. Keempat startup yang dimaksud adalah Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka.

Di antara negara-negara lain di Asia Tenggara yang memiliki 7 startup unicorn, Indonesia memiliki jumlah unicorn paling banyak.

Startup unicorn  lain di Asia Tenggara adalah Grab, Razer, dan Lazada yang ketiganya berasal dari Singapura.

 

Decacorn dan Hectocorn

Ilustrasi Startup
Ilustrasi Startup. Kredit: Freepik

Fase valuasi selanjutnya dari perkembangan bisnis startup adalah decacorn.

Decacorn diartikan sebagai startup yang telah mendapatkan pembiayaan di atas US$ 10 miliar (lebih dari Rp 140 triliun).

Beberapa startup yang masuk ke decacorn di dunia antara lain adalah Uber, AirBnB, dan Dropbox.

Di Indonesia sendiri belum ada startup berstatus decacorn. Namun, awal tahun 2019, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyebut, di antara keempat startup unicorn di Indonesia, salah satunya bisa menjadi decacorn, jika menerima satu seri investasi lagi.

"Unicorn kan 1 miliar dolar AS, kalau decacorn milinal 10 miliar dolar AS, diharapkan akan ada (tahun 2019), tinggal menunggu satu ronde lagi pendanaan," ujar Rudiantara.

Ketiga adalah hectocorn yang artinya perusahaan startup memiliki pendanaan di atas US$ 100 miliar.

(Surya Handika R/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya