Marak Kecurangan Jumlah View, YouTube Ubah Algoritma Penghitungan Video

Hal ini dilakukan setelah platform berbagai video itu mendapati sejumlah artis dan label melakukan kecurangan untuk meningkatkan jumlah orang yang telah menonton video mereka.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 16 Sep 2019, 12:30 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2019, 12:30 WIB
Ilustrasi Youtube
Ilustrasi Youtube

Liputan6.com, Jakarta - YouTube melakukan perubahan besar-besaran terhadap sistem penghitungan video yang ditonton.

Hal ini dilakukan setelah platform berbagai video itu mendapati sejumlah artis dan label melakukan kecurangan untuk meningkatkan jumlah orang yang telah menonton video mereka.

Kini, YouTube tak lagi menghitung "tampilan iklan" yang biasa dipakai perusahaan untuk menghitung grafik musiknya.

Sebaliknya, peringkat untuk video musik yang paling banyak ditonton akan didasarkan pada hitungan organik. Demikian menurut blog perusahaan.

Menjalankan video musik sebagai patokan iklan di depan video YouTube telah menjadi praktik umum dalam industri musik, karena penghitungan dilakukan jika video telah ditonton dalam waktu yang cukup lama.

Hal ini akan membantu menghitung kampanye iklan pada sebuah video musik di YouTube yang tayang 24 jam setelah dipublikasikan.

Unggahan blog YouTube mengakui, banyak orang menggunakan statistik tersebut. Di mana, banyak artis dan manajemen sering menggembar-gemborkan videonya memecahkan rekor view selama 24 jam.

Perusahaan memandang hal tersebut sebagai representasi budaya yang instan. YouTube pun ingin memastikan angka-angka view video tersebut bersifat akurat.

Kotroversi

Ilustrasi YouTube. Kredit: Freepik
Ilustrasi YouTube. Kredit: Freepik

"Ini adalah kehormatan besar dan kami sangat serius," kata YouTube dalam unggahan blognya, sebagaimana dikutip dari laman The Verge, Senin (16/9/2019).

YouTube menyebut, "kami berupaya mempertahankan konsistensi dan kredibilitas di seluruh platform. Kami telah membuat beberapa revisi yang diperlukan terkait metodologi kami melaporkan debut rekor 24 jam."

Perubahan baru ini, artinya video yang memenuhi syarat untuk debut rekaman harus berasal dari sumber organik, termasuk "tautan langsung ke video, hasil pencarian, situs eksternal, yang menyematkan fitur video dan YouTube seperti beranda, tonton berikutnya, dan trending."

Sebelumnya, sistem penghitungan video di YouTube memang menghadapi sejumlah kontroversi dalam beberapa bulan terakhir.

Misalnya, pada Juli lalu, rapper India Badshas memecahkan rekor video terbanyak ditonton dalam waktu 24 jam (75 juta kali), mengalahkan video milik BTS (74,6 juta) pada bulan lalu.

Namun, banyak orang curiga total jumlah video milik rapper India tersebut dipalsukan.

Ternyata Beli Iklan

Ilustrasi Youtube
Ilustrasi Youtube (Liputan6.com/Sangaji)

Berikutnya, Bloomberg melaporkan Badshash dan timnya membeli iklan yang mempromosikan video.

Hal ini membuat jumlah tayangan video meningkat secara drastis. YouTube pun memutuskan untuk tidak mengakui angka-angka yang memecahkan rekor tersebut. 

"Iklan video adalah cara efektif untuk menjangkau audiens tertentu saat debut lagu, tetapi tampilan iklan berbayar di YouTube tak lagi dipertimbangkan ketika melihat rekor debut 24 jam," tutur posting blog tersebut.

Taktik serupa sering dipakai oleh studio film dan jaringan TV yang begitu ingin memecahkan rekor jumlah penonton. Namun, hal ini tak akan memberikan dampak apapun.

Kepada The Verge, juru bicara YouTube mengatakan, "perubahan ini berfokus untuk menyelaraskan Tangga Lagu dan rekaman musik YouTube dengan standar industri dan bagaimana kami melapor ke Nielsen dan perusahaan pihak ketiga yang membuat pemetaan."

(Tin/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya