YouTube Kantongi Pendapatan Iklan Rp 217 Triliun

Dalam satu tahun selama 2019, YouTube berkontribusi sekitar USD 15,2 miliar atau sekitar Rp 217 triliun.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Feb 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2020, 10:00 WIB
Ilustrasi Youtube
Ilustrasi Youtube (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan induk Google, Alphabet, mengumumkan bahwa YouTube menghasilkan 4,7 miliar USD atau sekitar Rp 64,4 triliun pada kuartal keempat tahun 2019 (Q4 2019).

Sementara dalam satu tahun selama 2019, YouTube berkontribusi sekitar USD 15,2 miliar atau sekitar Rp 217 triliun.

Angka-angka tersebut tidak termasuk pendapatan dari sumber lain seperti langganan berbayar YouTube TV atau YouTube Premium. Mengacu pada laporan tersebut, secara historis Youtube Ads mengalami pertumbuhan hampir dua kali lipat dari USD 8,15 miliar  pada 2017 lalu.

"Untuk memberikan wawasan lebih lanjut tentang bisnis kami dan peluang di masa depan, kami sekarang mengungkapkan pendapatan kamu secara lebih terperinci, termasuk untuk Google Search, Youtube Ads, dan Google Cloud," ujar Ruth Porat, CFO Alphabet, dilansir dari NBC News, Rabu (5/2/2020).

Untuk diketahui, Google mengakuisisi platform video ini pada tahun 2006. Selama bertahun-tahun YouTube menjadi pemain dominan di pasar video internet, tetapi detail tentang bisnis YouTube selama ini tidak pernah diungkap.

Alphabet juga menyatakan pendapatan lainnya dari Google Search dan Google Ads mencapai USD 98,1 miliar.

Ini merupakan laporan pendapatan pertama sejak Sundar Pichai menjabat sebagai CEO Google sejak 2015, yang juga menjadi CEO Alphabet pada bulan Desember 2019.

Jalan Raya Lancar Jadi Macet di Google Maps Gara-Gara Seniman Ini Bawa 99 Smartphone

Untuk memantau kemacetan lalu lintas di jalan raya, saat ini kebanyakan orang memanfaatkan aplikasi peta digital. Salah satunya adalah Google Maps.

Ya, Google Maps memudahkan pengguna jalan raya untuk mengecek lalu lintas yang padat (menandainya dengan warna merah) atau bergerak lambat (warna oranye) di jalan raya.

Namun berbeda dengan senimal asal Jerman, Simon Weckert. Ia mengubah jalan raya yang lancar (hijau) atau bergerak lambat (oranye) menjadi macet (merah).

Mengutip laman Futurism, Selasa (4/2/2020), Weckert menciptakan kemacetannya sendiri pada layanan milik Google itu dengan cara membawa 99 smartphone menggunakan kereta kecil dan menyeretnya ke jalan.

Bagaimana ini bisa terjadi? Kereta kecil merah yang berisi 99 smartphone pada dasarnya mensimulasikan 99 kendaraan dengan bentangan yang sama secara real-time.

Hal inilah yang menyebabkan kemacetan lalu lintas berwarna merah gelap mengikutinya berkeliling di Google Maps.

(Fitriah Nurul Annisa/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya