Mahasiswa dan Developer Indonesia Belajar Mengembangkan Kemampuan Blockchain

Blockchain Developer Fast Track mengajak mahasiswa dan developer bersama-sama belajar dan mengembangkan kemampuan Blockchain.

oleh Iskandar diperbarui 04 Sep 2020, 08:30 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2020, 08:30 WIB
Ilustrasi Blockchain
Ilustrasi Blockchain. Kredit: mmi9 via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Blockchain kini tak hanya diandalkan untuk mendukung perdagangan atau investasi aset kripto, tetapi kian meluas dan digunakan di berbagai industri.

Antara lain seperti logistik, peternakan, layanan kesehatan, industri hiburan, hingga industri gaming.

Baru-baru ini, Coinvestasi bersama Tezos sukses menyelenggarakan acara webinar Blockchain Developer Fast Track dalam rangkaian Tezos Webinar dan Workshop Protokol Tezos.

Acara ini mengajak mahasiswa dan developer bersama-sama belajar dan mengembangkan kemampuan Blockchain untuk menjadi profesional berpenghasilan besar dalam bidang ini.

Mengutip siaran pers yang Tekno Liputan6.com terima, Jumat (4/3/2020), rangkaian acara ini diselenggarakan menjadi dua sesi, yaitu pada 28 Agustus dan 31 Agustus 2020.

 

Workshop hingga Praktik

Blockchain
Ilustrasi Blockchain. Dok: catalysts.cc

Sesi pertama berupa Workshop Universitas yang dibuka khusus untuk mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia dan sesi kedua berupa Developer Meetup yang dibuka kepada para developer.

Pada sesi kedua ini, terdapat rangkaian hands-on atau praktik langsung pembuatan smart contract.

Perguruan tinggi yang turut mendukung acara Tezos Webinar ini berlangsung adalah Telkom University, Universitas Negeri Semarang, Universitas Diponegoro, Universitas Negeri Jakarta, dan Universitas Multimedia Nusantara.

Tidak hanya itu, acara ini juga menggandeng komunitas developer di Indonesia, seperti Female Geek, Girls in Tech, Facebook Developers Bali, Python Regional Jogja.

 

Penghasilan SDM Blockchain

Blockhain
Ilustrasi blockchain. Dok: netscout.com

Untuk diketahui, kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam perkembangan Blockchain dihargai sangat tinggi. Hal ini terbukti dari rata-rata gaji pengembang teknologi blockchain di Amerika Serikat yang mencapai US$ 136.000 atau setara dengan Rp 1,8 miliar per tahun.

Dalam perilisan berita terbaru dari LinkedIn, kemampuan paling diminati pada tahun 2020 adalah yang berkaitan dengan Blockchain, mengalahkan kategori lain seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan komputasi awan (cloud computing).

Perusahaan teknologi seperti IBM, Oracle, Amazon, Microsoft, dan lainnya menganggap teknologi blockchain sebagai sebuah teknologi transformasional yang dapat mengubah dunia.

(Isk/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya