Perbarui Aturan, Twitter Larang Cuitan Terkait Isu SARA

Twitter baru saja mengumumkan perluasan isi cuitan yang dianggap masuk sebagai perilaku kebencian.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 10 Des 2020, 10:32 WIB
Diterbitkan 10 Des 2020, 10:30 WIB
Twitter, Aplikasi Twitter
Twitter, Aplikasi Twitter. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - Twitter kian mempertegas aturan mengenai cuitan yang masuk dalam kategori ujaran kebencian. Hal itu ditunjukkan dengan perluasan isi cuitan yang dianggap masuk sebagai perilaku kebencian di Twitter

Dikutip dari blog resmi perusahaan, Kamis (10/12/2020), kini Twitter melarang penggunaan bahasa yang merendahkan ras, suku, atau kewarganegaraan. Untuk itu, perusahaan mengatakan tweet yang diduga melanggar aturan ini akan dihapus apabila telah dilaporkan.

"Penelitian menunjukkan, bahasa yang merendahkan dapat menyebabkan kerusakan di dunia nyata, dan kami ingin memastikan lebih banyak orang terlindungi," tulis akun resmi Twitter Indonesia.

Kebijakan ini merupakan perluasan dari aturan mengenai penyebaran kebencian yang diumumkan Juli 2019. Ketika itu, perusahaan mengatakan cuitan yang tidak menghormati pengguna lain, berdasarkan agama dan kasta, merupakan aksi penyebaran kebencian.

Lalu pada Maret 2020, peraturan ini kembali diperluas dengan mengikutsertakan kategori bahasa yang merendahkan umur, disabilitas, atau penyakit.

"Kami juga akan terus mengungkapkan konten yang berpotensi melanggar melalui deteksi dan otomatisasi yang bersifat proaktif," tulis perusahaan dalam situsnya.

Twitter juga mengatakan apabila sebuah akun melanggar peraturan berulang kali, pihaknya dapat mengunci sementara atau menangguhkan akun tersebut.

Sebagai bagian dari upaya mendukung kebijakan ini, Twitter mengatakan pihaknya akan terus bekerja sama dengan para ahli agar bisa menjaga lebih banyak orang merasa aman. Selain itu, perusahaan juga menerima masukan dari berbagai komunitas dan budaya di seluruh dunia.

Twitter Matikan Fitur Balasan Thread, Ini Penyebabnya

Aplikasi Twitter
Aplikasi Twitter. Ilustrasi: Dailydot.com

Di sisi lain, selama beberapa waktu terakhir, Twitter bereksperimen dengan fitur balasan thread.

Fitur balasan thread memungkinkan pengguna untuk membaca cuitan balasan dari sebuah utasan dengan lebih mudah, sehingga interaksi yang terjalin lebih gampang diikuti oleh para pengguna lain.

Namun, Twitter memutuskan untuk menghentikan fitur balasan thread karena tanggapan pengguna atas fitur ini tidak seperti yang diharapkan.

"Kami bertanya dan pengguna memberitahukan kepada kami bahwa tampilan balasan thread ini tidak nyaman," kata Twitter dalam cuitan yang dipublikasikan melalui akun @TwitterSupport, dikutip dari The Verge, Sabtu (5/12/2020).

Twitter menyebut, karena alasan di atas, perusahaan memilih untuk mematikan fitur balasan thread. Twitter kini tengah mengembangkan fitur lain untuk meningkatkan interaksi di platformnya.

Dalam cuitan lanjutan, Twitter mengatakan, balasan thread membuat sebuah thread sulit dibaca dan pengguna lebih sulit bergabung dalam percakapan.

Hentikan Aplikasi Beta Twttr

Twitter
Ilustrasi Twitter (Foto: Pixabay)

Bukan hanya itu, perusahaan juga menghentikan aplikasi beta yang dinamai twttr. Aplikasi ini dirancang sebagai eksperimen, seperti halnya fitur balasan thread.

"Untuk saat ini kami menonaktifkan (twttr) sehingga kami dapat menguji coba hal baru untuk meningkatkan pengalaman percakapan di Twitter," kata Twitter, dalam cuitan lainnya.

Menurut perusahaan, orang-orang yang kini memakai twttr akan kehilangan akses. Namun Twitter tengah menjajaki berbagai langkah selanjutnya untuk menguji produk baru yang lebih sesuai.

Pada Maret 2019, Twitter menghadirkan fitur balasan thread bersama dengan twttr. Selanjutnya perusahaan menambahkan fitur ini ke aplikasi Twitter versi iOS pada Januari 2020. Twitter juga sempat merevisi tampilan fitur balasan thread di iOS maupun web pada Mei 2020.

Sayangnya perubahan yang dihadirkan Twitter tetap tidak membuat pengguna menyukainya.

(Dam/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya