Google Ungkap Tren Scam yang Terjadi Selama Pandemi

Trust and Safety Google Asia Pacific Aldrich Christopher membagikan metode scam yang terjadi di masa pandemi saat ini.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 04 Mar 2021, 07:30 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2021, 07:30 WIB
Ilustrasi malware, scam, ancaman siber terkait Covid-19
Ilustrasi malware, scam, ancaman siber terkait Covid-19. Kredit: Engin Akyurt from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Google sempat membagikan sejumlah tren scam yang terjadi di masa pandemi. Hal itu diungkapkan oleh Trust and Safety Google Asia Pacific, Aldrich Christopher.

Menurut Aldrich, ada tiga tipe scam yang banyak beredar di masa pandemi. Pertama, Aldrich menuturkan, scam dengan email yang melakukan personifikasi sebagai organisasi atau kementerian.

"Jadi, ini adalah pihak jahat yang mau mencari informasi pribadi orang lewat email dengan logo dari kementerian atau organisasi, termasuk alamat email yang mirip dengan kementerian atau organisasi," tuturnya saat berbicara pada Liputan6.com baru-baru ini.

Aldirch menuturkan, biasanya lewat email ini mereka akan meminta kode privasi pengguna, seperti OTP. Lalu metode kedua, pihak jahat ini biasanya akan menyamar sebagai agen pemerintah atau organisasi, mirip dengan metode pertama.

"Lalu, ada scam dalam bentuk situs yang menjual produk-produk palsu, seperti vaksin atau masker," ujarnya menjelaskan. Selain itu, Aldrich juga mencatat ada scam berupa penawaran keuangan.

Biasanya, metode scam ini memanfaatkan penawaran layanan keuangan atau bahkan uang, tapi tanpa diketahui korban, sosok di balik penawaran itu adalah orang jahat.

"Terakhir, ada juga metode yang meminta donasi untuk organisasi non-profit, tapi sebenarnya organisasi tersebut tidak ada," tuturnya. Aldrich pun sempat berbagi tips mengenali email berbahaya.

Dia menuturkan, cara untuk mengenali email berbahaya ini dapat ditemukan di kurikulam Keluarga Tangkas Berinternet. Namun secara garis besar, pengguna harus memerhatikan pengirim, hal yang diminta, dan isi email tersebut.

"Jadi, pengguna harus mengetahui siapa yang mengirimkan email ini. Kalian bisa mencoba untuk mencarinya di Google Search, betul apa tidak sosok tersebut," ujarnya.

Setelahnya, pengguna juga harus melihat informasi yang diminta dalam email tersebut. Apabila ada permintaan soal informasi pribadi, seperti OTP atau rekening bank, hal itu kemungkinan merupakan aksi jahat.

"Sebab, hal itu adalah sesuatu informasi yang tidak mungkin diminta oleh pihak sebenarnya," tutur Aldrich melanjutkan. Terakhir, selalu cek tautan yang ada di dalam email itu, apakah sudah menggunakan laman https yang tersertifikasi aman atau masih http.

Ada 51 Persen Orangtua Khawatir dengan Aktivitas Online Anak di Masa Pandemi

Ilustrasi anak-anak beraktivitas di dunia maya/di internet
Ilustrasi anak-anak beraktivitas di dunia maya/di internet. Kredit: Marc Thele via Pixabay

Di sisi lain, 2020 tidak dimungkiri menjadi salah satu tahun paling menantang bagi orangtua dalam mengasuh anak. Sebab dengan pembatasan aktivitas fisik, aktivitas online pun menjadi pilihan yang paling mungkin dilakukan.

Salah satu aktivitas online yang kini banyak dilakukan anak-anak adalah bersekolah. Meski memudahkan, banyak orangtua ternyata khawatir dengan aktivitas online anak yang meningkat.

Hal itu diketahui dari survei terbaru dari Google. Menurut Trust and Safety Google Asia Pacific, Aldrich Christopher, survei Google menemukan ada 51 persen orangtua  khawatir mengenai keamanan aktivitas online anaknya.

"Dengan anak-anak kini belajar dari rumah, 51 persen orangtua ternyata lebih khawatir tentang keamanan anak selama belajar online," tuturnya saat wawancara dengan Liputan6.com, Rabu (3/3/2021).

Dalam survei tersebut, Aldrich menuturkan, Google juga menemukan ada tiga hal yang menjadi kekhawatiran terbesar orangtua dalam aktivitas online anak-anaknya.

"Kekhawatiran itu terkait keamanan informasi anak, anak-anak yang menerima perhatian dari orang tidak dikenal, dan anak-anak menerima konten yang tidak pantas," tuturnya menjelaskan.

Lalu berdasarkan survei ini, Google pun meluncurkan program Keluarga Tangkas Berinternet. Google bekerja sama dengan sejumlah kementerian termasuk Yayasan Sejiwa dalam menggelar program ini.

Program Keluarga Tangkas Berinternet

Sesuai namanya, program ini ditujukan untuk membantu mengedukasi keluarga, baik orang tua maupun anak-anak, serta tenaga pengajar agar dapat mengakses internet secara aman dan nyaman.

"Kami telah meluncurkan situs Keluarga Tangkas Berinternet dan dapat diakses di laman g.co/tangkasberinternet," tutur Aldrich menuturkan.

Dalam situs ini, orangtua dapat melihat beragam informasi yang dapat membantu mereka dalam mendampingi anak-anak saat beraktivitas online.

Ada lima kategori yang dihadirkan Google dalam program ini, yakni cerdas berinternet, cermat berinternet, tangguh berinternet, bijak berinternet, dan berani internet.

Nantinya, Google juga akan menggelar webinar terkait topik-topik tersebut. Jadi, orangtua yang tertarik dapat menyaksikan pembahasan dari tiap topik tersebut di akun YouTube Google Indonesia.

(Dam/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya