Peran Generasi Muda dan Teknologi Dorong Pertumbuhan Ekonomi Hijau

Diskusi virtual yang membahas soal pertumbuhan hijau di generasi milenial baru saja diadakan.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 10 Jun 2021, 20:06 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2021, 20:06 WIB
[Fimela] Lingkungan Hidup
ilustrasi lingkungan hidup | pexels.com/@baurzhan-kadylzhanov-129000

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi hijau atau dikenal green growth saat ini memang terus digalakkan sejumlah, termasuk salah satunya generasi muda. Terlebih saat ini, dengan kehadiran teknologi digital, banyak generasi muda yang menaruh perhatian dan membangun kesadaran akan lingkungan hidup.

Salah satunya adalah seorang ilustrator Frans Sitanggang. Dalam diskusi virtual bertajuk Green is the Trending, Frans menceritakan pengalamannya membangun kesadaran akan lingkungan lewat ilustrasi yang diunggahnya ke Instagram.

Awalnya, Frans menuturkan, kesadaran akan lingkungan dibentuk saat dirinya saat sering mendaki gunung. Saat itu, dia menemukan ternyata banyak sampah yang ditemukan di gunung.

Dari situ, ia mulai mencari tahu mengenai permasalahan sampah yang di Indonesia, baik dari komunitas atau pameran yang memang menaruh perhatian pada persoalan itu. Setelah mengetahui hal tersebut, dia pun mulai melakukan hal kecil untuk berpartipasi mengurangi dampak buruk lingkungan.

Ia menceritakan, dirinya mulai mengurangi sedotan plastik dan menerapkan gaya hidup reuse maupun recycle barang-barang yang digunakan. Tidak hanya itu, dia juga berpartisipasi menanam pohon, menghemat listrik, dan memilih untuk mengunakan transportasi umum.

"Tapi saya mikir, ini dilakukan untuk diri sendiri. Saya punya kemampuan membuat ilustrasi dan menggambar, sepertinya itu juga bisa digunakan agar orang-orang lebih aware, terutama di Instagram," tutur Frans menjelaskan.

Selain itu, dia juga berkolaborasi dengan NGO atau organisasi yang memiliki program maupun kampanye mengenai lingkungan hidup. Tidak hanya Frans, dalam sesi diskusi itu hadir pula Direktur Inovator 4.0, Budiman Sudjatmiko.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ciptakan Sistem

[Bintang] Hari Bumi: Momentum Memperluas Gerakan Penyelamatan Lingkungan Hidup
Ini yang diminta Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) kepada pemerintah di Hari Bumi. (Ilustrasi: SoCore Energy)

Dalam kesempatan itu, Budiman menuturkan generasi muda juga berperan dalam pertumbuhan hijau di Indonesia. Menurutnya, generasi muda perlu memikirkan suatu sistem ekonomi, sosial, dan politik yang bisa mendukung kehidupan manusia secara ekologis.

Ia pun menawarkan sebuah gagasan yang diberi nama Trisakti ABC. Sesuai namanya, gagasan ini merujuk pada konsep Trisakti yang dibuat Soekarno.

Budiman menjabarkan, Trisakti ABC ini mencakup tiga ide penting yang terdiri dari 3A (Alami, Asasi, Abadi), 3B (Berdana, Berdata, Berdaya), dan 3C (Cinta, Cita, Cipta). Adapun pembahasan yang selaras dengan pertumbuhan ekonomi hijau adalah poin 3A

Alami dari poin 3A, menurut Budiman, adalah harmoni manusia dengan ekologi berbasis teknologi. Untuk saat ini, manusia menghadapi berbagai tantangan hidup yang berkaitan dengan alam, seperti konsumsi karbon semakin tinggi hingga daya dukung alam yang menurun.

"Tantangan itu dapat dijawab dengan teknologi. Sebenarnya, manusia saat ini sudah siap dengan teknologi untuk menjawab tantangan tersebut, tapi belum masif," tuturnya. Jika tantangan itu bisa diatasi, nantinya akan muncul sebuah tatanan baru, seperti self-sufficient community dan ecological-centered society.

Sementara untuk poin A lainnya adalah Asasi yang berkait dengan delapan hak dasar manusia masa depan. Lalu untuk Abadi, poin ini merujuk pada menjawab tantangan eksistensi manusia.


Pentingnya Green Growth

Terkait dengan pertumbuhan ekonomi hijau sendiri, salah satu negara yang sangat aktif adalah Norwegia. Negara tersebut merupakan donor terbesar untuk inisiatif terkait perubahan iklim.

"Dampak perubahan iklim ini bukan 10 tahun yang akan datang, melainkan sudah ada di hadapan kita sekarang. Mulai dari adanya banjir hingga peningkatan lanjut deforestasi," tutur Program Advisor Kedutaan Besar Norwegia, Dayu Nirma Amurwanti.

Oleh sebab itu, pertumbuhan ekonomi hijau menjadi jawaban untuk persoalan tersebut. Alasannya, pertumbuhan ekonomi hijau merupakan pertumbuhan yang berkepanjangan dan ada pertimbangan jangka panjang, sehingga sejalan juga dengan pembangungan yang berkelanjutan.

Lebih lanjut dia juga mengatakan, pertumbuhan ekonomi hijau juga bersifat inklusif. Berbeda dari industri ekstraktif yang dijalankan korporasi, biasanya tidak akan banyak berdampak pada masyarakat.

Sementara pertumbuhan ekonomi hijau itu membangun dengan tingkat dan kecepatan berkelanjutan, sehingga mau tidak mau ada pertimbangan apakah masyarakat dapat merasakan dampak dari pertumbuhan tersebut.

Sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan kesadaran akan lingkungan dan pertumbuhan hijau pula, akan hadir serial TV yang ditayangkan di SCTV. Serial berjudul Cerita Kita ini akan memperkenalkan konsep kecintaaan terhadap hutan, pemanfaatan air hujan, hingga perubahan iklim.

(Dam/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya