Liputan6.com, Jakarta - Facebook mengambil tindakan hukum terkait kasus pencurian data berskala besar. Menurut The Record, jejaring sosial tersebut telah menggugat warga negara Ukraina, Alexander Solonchenko, karena diduga mengorek data dari 178 juta pengguna.
Solonchenko dilaporkan mengeksploitasi fitur impor kontak Messenger dengan menggunakan alat otomatis dari pihak ketiga yang meniru perangkat Android.
Dilansir Engadget, Minggu (24/10/2021), dia juga dituding menjual jutaan nomor telepon dan mengumpulkan data pengguna.
Advertisement
Solonchenko diduga melakukan serangan antara Januari 2018 dan September 2019, dan mulai menjualnya di forum hacker pada Desember 2020.
Baca Juga
Facebook melacak Solonchenko setelah dia menggunakan nama pengguna di forum dan detail kontak untuk email.
"Pria itu juga telah mengambil data dari target lain," kata Facebook, termasuk bank besar di Ukraina.
Dalam pengaduannya, Facebook meminta ganti rugi serta larangan untuk mencegah Solonchenko mengakses Facebook atau menjual data.
Sebenarnya ini bukan insiden terbesar, karena sebelumnya 533 juta data pengguna Facebook dicuri melalui fitur serupa. Namun, langkah ini menggambarkan tekad Facebook untuk menindak tegas pencurian data.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Facebook Berencana Ganti Nama Perusahaan
Sebelumnya, Facebook berencana akan mengganti nama perusahaan pada minggu depan untuk mengubah citra dan fokusnya dalam membangun metaverse.
Mengutip The Verge, Rabu (20/10/2021), CEO Facebook Mark Zuckerberg rencananya akan membahas perubahan ini pada konferensi tahunan Facebook Connect, 28 Oktober 2021.
Namun, menurut sumber yang mengetahui rencana ini, perubahan nama Facebook bisa diungkap lebih cepat, dengan tujuan agar perusahaan tak cuma dikenal sebagai media sosial dan citra buruk yang selama ini menyelimutinya.
Baca Juga
Perubahan brand atau nama perusahaan kemungkinan akan memposisikan aplikasi Facebook sebagai salah satu dari banyak produk di bawah perusahaan induk yang mengawasi grup seperti Instagram, WhatsApp, Oculus, dan lainnya.
Namun sayangnya, juru bicara Facebook menolak untuk berkomentar terkait rumor ini.
Facebook sudah memiliki lebih dari 10.000 karyawan yang membangun perangkat keras seperti kacamata AR yang diyakini Zuckerberg akan ada di mana-mana, seperti smartphone.
Pada Juli 2021, Zuck mengatakan kepada The Verge, selama beberapa tahun ke depan perusahaan akan secara efektif bertransisi dari perusahaan media sosial menjadi perusahaan metaverse.
Metaverse adalah dunia online tempat orang dapat bermain game, bekerja, dan berkomunikasi dalam lingkungan virtual, sering kali menggunakan headset VR.
Advertisement
Facebook Akan Buka 10.000 Lowongan Kerja
Sebelumnya, Facebook berencana membuka 10.000 lowongan kerja di Eropa untuk mengembangkan konsep baru yang disebut metaverse. CEO Facebook, Mark Zuckerberg dilaporkan terlibat langsung dalam konsep tersebut.
Mengutip BBC, Senin (18/10/2021) pengumuman itu muncul saat Facebook berurusan dengan dampak kasus dan peningkatan seruan regulasi yang mengekang pengaruhnya.
"Metaverse memiliki potensi membantu membuka akses ke peluang kreatif, sosial, dan ekonomi baru. Dan orang Eropa akan membentuknya sejak awal," kata Facebook dalam sebuah posting blog.
Pekerjaan baru yang dibuka dalam lima tahun ke depan mencakup insinyur dengan keahlian khusus. Berinvestasi di Eropa menawarkan banyak keuntungan, termasuk akses ke pasar konsumen yang besar, universitas kelas satu dan talenta berkualitas tinggi, tambah raksasa media sosial tersebut.
Metaverse Jadi Salah Satu Prioritas Utama Facebook
Facebook telah menjadikan pembangunan metaverse sebagai salah satu prioritas utamanya.
Terlepas dari sejarahnya membeli saingan, Facebook mengklaim metaverse "tidak akan dibangun dalam semalam oleh satu perusahaan" dan telah berjanji untuk berkolaborasi.
Facebook baru-baru juga ini menginvestasikan sebesar USD 50 juta dalam mendanai kelompok nirlaba dalam membantu membangun metaverse secara bertanggung jawab.
Tetapi Facebook mengingatkan, ide metaverse yang sebenarnya akan memakan waktu 10 hingga 15 tahun lagi.
Beberapa kritikus menyebut pengumuman terbaru ini dibuat untuk membangun kembali reputasi perusahaan dan mengalihkan perhatian, setelah serangkaian kasus yang dihadapi Facebook dalam beberapa bulan terakhir.
Kasus itu termasuk pengungkapan dari seorang whistleblower Frances Haugen, yang bekerja sebagai manajer produk di tim integritas sipil di Facebook.
Penelitian internal oleh Facebook menemukan bahwa Instagram yang dimilikinya mempengaruhi kesehatan mental remaja. Namun Facebook tidak membagikan temuannya ketika mereka menyarankan bahwa platform itu adalah tempat "beracun" bagi banyak anak muda.
Advertisement