Liputan6.com, Jakarta - Facebook berencana membuka 10.000 lowongan kerja di Eropa untuk mengembangkan konsep baru yang disebut metaverse. CEO Facebook, Mark Zuckerberg dilaporkan terlibat langsung dalam konsep tersebut.
Metaverse adalah dunia online tempat orang dapat bermain game, bekerja, dan berkomunikasi dalam lingkungan virtual, sering kali menggunakan headset VR.
Mengutip BBC, Senin (18/10/2021) pengumuman itu muncul saat Facebook berurusan dengan dampak kasus dan peningkatan seruan regulasi yang mengekang pengaruhnya.
Advertisement
Baca Juga
"Metaverse memiliki potensi membantu membuka akses ke peluang kreatif, sosial, dan ekonomi baru. Dan orang Eropa akan membentuknya sejak awal," kata Facebook dalam sebuah posting blog.
Pekerjaan baru yang dibuka dalam lima tahun ke depan mencakup insinyur dengan keahlian khusus. Berinvestasi di Eropa menawarkan banyak keuntungan, termasuk akses ke pasar konsumen yang besar, universitas kelas satu dan talenta berkualitas tinggi, tambah raksasa media sosial tersebut.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pengembangan Konsep Metaverse Jadi Salah Satu Prioritas Utama Facebook
Facebook telah menjadikan pembangunan metaverse sebagai salah satu prioritas utamanya.
Terlepas dari sejarahnya membeli saingan, Facebook mengklaim metaverse "tidak akan dibangun dalam semalam oleh satu perusahaan" dan telah berjanji untuk berkolaborasi.
Facebook baru-baru juga ini menginvestasikan sebesar USD 50 juta dalam mendanai kelompok nirlaba dalam membantu membangun metaverse secara bertanggung jawab.
Tetapi Facebook mengingatkan, ide metaverse yang sebenarnya akan memakan waktu 10 hingga 15 tahun lagi.
Beberapa kritikus menyebut pengumuman terbaru ini dibuat untuk membangun kembali reputasi perusahaan dan mengalihkan perhatian, setelah serangkaian kasus yang dihadapi Facebook dalam beberapa bulan terakhir.
Kasus itu termasuk pengungkapan dari seorang whistleblower Frances Haugen, yang bekerja sebagai manajer produk di tim integritas sipil di Facebook.
Penelitian internal oleh Facebook menemukan bahwa Instagram yang dimilikinya mempengaruhi kesehatan mental remaja. Namun Facebook tidak membagikan temuannya ketika mereka menyarankan bahwa platform itu adalah tempat "beracun" bagi banyak anak muda.
Advertisement