Liputan6.com, Jakarta - Meta membantah pemberitaan yang menyebut pihaknya mengancam akan menghentikan operasional Facebook dan Instagram dari Eropa.
Melalui unggahan blog perusahaan, VP Public Policy Europe Meta, Markus Reinisch, menyebut, pemberitaan tentang Meta mengancam akan hentikan bisnis di Eropa karena ketidakpastian mekanisme transfer data dari Uni Eropa-AS tidaklah benar.
Baca Juga
Reinisch menjelaskan, dalam laporan keuangan kuartal keempat, pihak Meta memang menungkapkan ke investor mengenai ketidakpastian yang terus berlanjut atas mekanisme transfer data Uni Eropa-AS.
Advertisement
Kepada investor, Meta menyebut, ketidakpastian itu mengancam kemampuan perusahaan untuk melayani konsumen Eropa dan mengoperasikan bisnis di Eropa.
"Kami sama sekali tidak memiliki keinginan untuk mundur dari Eropa, tentu saja tidak," kata Reinisch, dikutip dari blog Meta, Rabu (9/2/2022).
Ia melanjutkan, kenyataannya, Meta dan bisnis-bisnis lainnya bergantung pada transfer data Uni Eropa-AS untuk mengoperasikan layanan global.
"Kami tidak sendirian, setidaknya 70 perusahaan lain di berbagai industri termasuk sepuluh bisnis Eropa juga telah meningkatkan risiko seputar transfer data dalam pengajuan pendapatan mereka," kata Reinisch.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perlunya Mekanisme Transfer Data
Dia juga menjelaskan, transfer data internasional menopang ekonomi global dan mendukung banyak layanan yang mendasar bagi kehidupan sehari-hari.
Menurut Reinisch, selama bertahun-tahun, kerangka hukum yang mendukung transfer data melintasi Atlantik telah menghadapi gangguan parah. Misalnya, Perjanjian Safe Harbor dibatalkan oleh Pengadilan Eropa pada 2015.
Hambatan lain, Privacy Shield yang dipakai oleh lebih dari 5.000 perusahaan di kedua sisi Samudera Atlantik juga dibatalkan oleh Pengadilan Eropa. Rupanya menurut Reinisch, keputusan ini dibuat berdasarkan konflik antara undang-undang Uni Eropa dan AS mengenai perlindungan data.
"Kami ingin melihat hak-hak dasar pengguna Uni Eropa dilindungi dan kami ingin internet terus beroperasi sebagaimana mestinya, tanpa gesekan, seusai hukum yang berlaku tetapi tidak dibatasi oleh batas negara," katanya, mewakili Meta.
Ia melanjutkan, bisnis membutuhkan aturan global yang jelas untuk melindungi aliran data transatlantik dalam jangka panjang. Seperti di perusahaan lain, Meta akan terus memantau perkembangan kebijakan transfer data Uni Eropa-AS dan dampaknya pada bisnis serta pengguna layanan Facebook cs.
"Kami berharap ada kemajuan berkelanjutan dalam negosiasi penggantian Privacy Shield untuk melindungi transfer data transatlantik, memastikan perlindungan privasi yang kuat, dan menjaga komunitas global, bisnis, serta menghubungkan keluarga," kata pihak Meta.
Advertisement
Sebelumnya Diberitakan Meta Ancam Cabut dari Eropa
Sebelumnya, Meta diberitakan tengah mempertimbangkan untuk menutup operasional Facebook dan Instagram di Eropa. Ancaman untuk cabut dari Eropa ini dikemukakan, jika Meta tidak bisa terus mentransfer data pengguna kembali ke AS.
Sekadar informasi, regulator Eropa tengah menyusun undang-undang baru yang menentukan bagaimana data pengguna warga negara Uni Eropa ditransfer melintasi Atlantik.
"Jika kerangka transfer data transatlantik baru tidak diadopsi dan kami tidak bisa mengandalkan klausul kontrak standar (SCC) atau cara alternatif lain untuk transfer data dari Eropa ke AS, kami kemungkinan tidak akan dapat menawarkan produk dan layanan kami yang paling signifikan ke Eropa, termasuk Facebook dan Instagram," kata pihak Facebook, dikutip dari CNBC, Selasa (8/2/2022).
Meta menambahkan, kebijakan transfer data ini akan berdampak material dan merugikan bisnis, kondisi keuangan, dan hasil operasi Facebook.
Sementara itu, Anggota Parlemen Eropa Axel Voss melalui cuitan di Twitter mengatakan, Facebook tidak bisa memeras Uni Eropa begitu saja agar melepaskan standar perlindungan datanya.
"Meninggalkan Uni Eropa justru akan menjadi kerugian mereka," kata Voss.
(Tin/Isk)