Liputan6.com, Jakarta - Alibaba Group memutus hubungan kerja (PHK) sekitar 40 persen karyawannya di Rusia. Hal ini dilakukan seiring perang antara Rusia dan Ukraina yang belum mereda.
Informasi ini pertama dilaporkan Nikkei Asia Review. Sayangnya, saat Reuters mencoba mengkonfirmasi, Alibaba Group tidak segera memberikan jawaban.
Baca Juga
Mengutip Reuters, Selasa (17/5/2022), berdasarkan keterangan seorang staf yang tahu tentang hal ini, belum jelas apakah Alibaba akan kembali mem-PHK lebih banyak karyawan.
Advertisement
"Sebelumnya sejumlah karyawan yang di-PHK memilih untuk meninggalkan perusahaan secara sukarela dan sebagian kecil direlokasi," kata sumber tersebut.
Menurut laporan Nikkei, divisi komersial adalah unit kerja paling terdampak pemutusan hubungan kerja.
Adapun karyawan Alibaba yang di-PHK adalah karyawan dari AliExpress Rusia, perusahaan patungan antara Alibaba dan mitra Rusianya, yang dirilis pada 2019.
AliExpress Rusia beroperasi domestik di Rusia dan menangani transaksi lintas perbatasan.
Sekadar informasi, operasional AliExpress Rusia bergantung pada penjualan lintas perbatasan, yang memegang porsi tiga perempat bisnisnya. Karena pandemi dan sulitnya rantai pasokan, perusahaan pun mendapatkan keuntungan yang sangat minim.
Adanya perang Rusia dan Ukraina juga memberikan dampak bagi operasional perusahaan.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Alibaba Rugi Gara-Gara Rumor Jack Ma Ditangkap
Sebelumnya, rumor penangkapan salah satu pendiri Alibaba, Jack Ma, membuat saham perusahaan anjlok sebanyak 10 persen dalam beberapa menit pada Selasa pagi (3/5/2022) dan merugikan perusahaan senilai US$ 26 miliar atau sekitar Rp 377 triliun.
Jack Ma belakangan ini jarang terlihat di depan umum sejak pemerintah Tiongkok melancarkan tindakan keras terhadap bisnis Alibaba pada akhir 2020.
Media yang dikelola pemerintah Tiongkok melaporkan bahwa seorang pria dengan nama yang sama dengan Ma--merupakan nama yang sangat umum di Tiongkok--ditangkap polisi karena dugaan pelanggaran keamanan nasional.
Penangkapan itu terjadi di kota Hangzhou, Tiongkok, tempat perusahaan e-commerce itu bermarkas. Demikian sebagaimana dikutip dari New York Post, Sabtu (7/5/2022).
Berita Jack Ma ditangkap polisi mengguncang pasar karena investor mulai menjual saham Alibaba. Harga saham perusahaan turun 9,4 persen pada awal perdagangan di Hong Kong pada Selasa kemarin, menurut Bloomberg News.
Advertisement
Ternyata Bukan Jack Ma
Tetapi kemudian media yang dikelola pemerintah mengeluarkan klarifikasi, menegaskan kalau orang yang dimaksud bukanlah Jack Ma.
Orang yang ditangkap, diidentifikasi sebagai karyawan perusahaan IT lokal, dilaporkan lahir pada tahun 1985 atau 20 tahun lebih muda dari Jack Ma.
Setelah klarifikasi tersebut muncul, saham Alibaba perlahan mulai naik dan menutupi kerugian perusahaan.
Jack Ma sudah lama absen dari panggung publik sejak November 2020, ketika dia diseret untuk diinterogasi oleh regulator karena mengkritik bank-bank milik negara China. Imbasnya, IPO dari perusahaannya yang lain (Ant Group) berujung gagal total.
Pembungkaman Jack Ma bertepatan dengan tindakan keras antimonopoli Beijing terhadap perusahaan-perusahaan teknologi besar yang sebelumnya diizinkan untuk beroperasi secara bebas.
Pemerintah bergerak melawan unicorn teknologi seperti Alibaba, Tencent, Meituan, dan Didi.
(Tin/Isk)
Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Advertisement