Kemkominfo Beri Hak Labuh Satelit ke Starlink Milik Elon Musk ke Telkomsat

Kemkominfo mengumumkan telah memberikan hak labuh satelit khusus Khusus Non Geostationer (NGSO) Starlink kepada PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat).

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 13 Jun 2022, 15:44 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2022, 15:44 WIB
SpaceX Luncurkan 60 Satelit Starlink ke Orbit
Roket Falcon 9 lepas landas dari Space Launch Complex 40 di Florida's Cape Canaveral Air Force Station, Amerika Serikat, Kamis (23/5/2019). SpaceX meluncurkan satelit Starlink ke orbit setelah batal melakukannya pada minggu lalu lantaran gangguan angin kencang. (AP Foto John Raoux)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) memberikan Hak Labuh Satelit Khusus Non Geostationer (NGSO) Starlink kepada PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat).

Ditekankan oleh Juru Bicara Kemkominfo, Dedy Permadi, hak labuh satelit tersebut, hanya berlaku untuk layanan backhaul dalam penyelenggaraan jaringan tertutup PT Telkom Satelit Indonesia/ Telkomsat, dan bukan untuk layanan retail pelanggan akses internet secara langsung oleh Space Exploration Technologies Corp (Starlink).

Itu artinya, layanan internet dari Starlink bukan dikhususkan bagi pelanggan langsung, melainkan dipakai untuk penyelenggaraan jaringan tertutup Telkomsat. 

Sekadar informasi, backhaul adalah teknologi yang memfasilitasi perpindahan data dari satu infrastruktur telekomunikasi ke telekomunikasi lainnya.

Teknologi backhaul bisa digunakan untuk mendukung penyediaan layanan broadband internet selular 4G, tertutama di daerah rural yang belum tersambung secara langsung dengan kabel serat optik.

Disebutkan pula, layanan satelit internet Starlink hanya bisa beroperasi jika pembangunan Gateway Station - Terestrial Component untuk menerima layanan kapasitas Satelit Starlink serta pengurusan Izin Stasiun Radio (ISR) Satelit Starlink telah rampung oleh Telkomsat.

Telkomsat, dalam hal ini adalah pemegang ekslusif atas Hak Labuh Satelit Starlink, maka Telkomsat berhak mendapatkan layanan backhaul satelit.

"Operasional pemanfaatan layanan Starlink oleh Telkomsat wajib tunduk pada regulasi yang berlaku, termasuk pemenuhan kewajiban hak labuh," kata Dedy.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informsasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Izin Bisa Diperpanjang

SpaceX Luncurkan 60 Satelit Starlink ke Orbit
Roket Falcon 9 lepas landas dari Space Launch Complex 40 di Florida's Cape Canaveral Air Force Station, Amerika Serikat, Kamis (23/5/2019). Misi ini merupakan langkah SpaceX untuk menghadirkan koneksi internet dari luar angkasa. (AP Foto John Raoux)

Lebih lanjut Dedy menyebutkan, izin hak labuh akan dievaluasi setiap tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi dan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Selanjutnya, Dedy menyebut, hubungan perdagangan bilateral di sektor telekomunikasi dan digital antara Indonesia dan Amerika Serikat berkembang pesat.

Di mana, kerja sama kedua negara juga mencakup rencana Indonesia untuk memiliki tiga satelit terbaru. Ketiga satelit yang dimaksud adalah:

1. 150 Gb Very High Throughput Satellite (VHTS) yang diberi nama Satria (Ka-Band)

2. 80 Gb Very High Throughput Satellite (VHTS) sebagai Hot Backup Satellite (Ka-band).

3. 32 Gb High Throughput Satellite (HTS) yang dimiliki Telkomsat (C & Ku-band).

Ketiga satelit ini rencananya diluncurkan dengan roket peluncur milik SpaceX, Falcon 9, dan merupakan jenis satelit yang mengorbit di Geo stationer Orbit.


Starlink Layani Group Telkom

SpaceX Luncurkan 60 Satelit Starlink ke Orbit
Roket Falcon 9 lepas landas dari Space Launch Complex 40 di Florida's Cape Canaveral Air Force Station, Amerika Serikat, Kamis (23/5/2019). Perusahaan penerbangan luar angkasa SpaceX meluncurkan 60 satelit Starlink ke orbit rendah Bumi. (Malcolm Denemark/Florida Today via AP)

Sebelumnya, informasi di atas diungkap oleh Menkominfo Johnny G. Plate. Di mana, perusahaan internet satelit milik Elon Musk, Starlink telah mendapatkan restu dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) untuk beroperasi di Indonesia. Internet satelit di bawah SpaceX itu akan melayani kebutuhan Telkom Group.

Kemkominfo pun telah memberikan Hak Labuh Satelit Khusus Non Geostationer (NGSO) pada PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) sebagai pengguna korporat backhaul dalam penyelenggaraan jaringan tetap tertutup satelit Starlink.

Layanan yang diberikan bukan akses internet pelanggan secara langsung oleh Starlink, melainkan layanan backhaul untuk keperluan Telkom Group, menurut Menkominfo (Menteri Komunikasi dan Informatika) Johnny G. Plate saat dihubungi Tekno Liputan6.com, Jumat (10/6/2022).

"Hak Labuh Khusus NGSO tersebut harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh UU termasuk Hak Resiprokal dan akan dievaluasi setiap tahun. Starlink baru bisa beroperasi jika gateway station telah dibangun oleh Telkomsat," Johnny menjelaskan.

Gateway station tersebut juga akan sepenuhnya merupakan investasi dan milik Telkomsat. Karenanya, Johnny menuturkan, tanpa gateway station Telkomsat, Starlink tidak bisa berfungsi untuk melayani backhaul Telkomsat.

"Hak Labuh tersebut juga bersifat ekslusif, hanya untuk Telkomsat bagi layanan kebutuhan backhaul Telkom Group," tutur Menkominfo menutup pernyataannya. 

(Tin/Ysl)

Infografis: 26 Satelit Milik Indonesia (Liputan6.com / Abdillah)
Infografis: 26 Satelit Milik Indonesia (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya