Spotify Kurangi Perekrutan Karyawan karena Takut Resesi

Spotify menyatakan akan mengurangi perekrutan karyawan hingga 25 persen karena kekhawatiran akan terjadinya resesi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 16 Jun 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2022, 19:00 WIB
Aplikasi Spotify
Aplikasi Spotify. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta Spotify dilaporkan bakal mengurangi perekrutan karyawan baru hingga 25 persen, akibat meningkatnya kekhawatiran terhadap resesi. Tidak diketahui bisnis apa yang akan terpengaruh.

Dilansir The Verge, dikutip Kamis (16/6/2022), laporan ini diungkap dalam memo internal yang diterima oleh Bloomberg.

Mengutip Variety, dalam memo yang dikirim melalui surel (email) oleh CEO Daniel Ek pada hari Rabu, perusahaan akan "mengurangi pertumbuhan perekrutan sebesar 25 persen."

Di sana juga disebutkan, Spotify akan "terus merekrut dan bertumbuh" tapi "hanya akan memperlambat langkah itu dan sedikit lebih berhati-hati dengan tingkat absolut karyawan baru selama beberapa kuartal ke depan."

Dalam presentasi kepada investor pekan lalu, Daniel Ek mengatakan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak hanya dalam langganan, tetapi juga vertikal di luar musik seperti podcast, dan segera, audiobook.

Namun, Chief Financial Officer Paul Vogel, juga memberikan petunjuk bahwa kepegawaian dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi.

"Kami jelas menyadari meningkatnya ketidakpastian mengenai ekonomi global," kata Vogel.

"Sementara kami belum melihat dampak material apa pun terhadap bisnis kami, kami terus mencermati situasi dan mengevaluasi pertumbuhan karyawan kami dalam waktu dekat," imbuhnya.

Dilaporkan bahwa pada akhir Maret, platform streaming musik ini menyebutkan memiliki 8.230 karyawan penuh waktu secara global.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Spotify Bentuk Dewan Penasihat

Ilustrasi aplikasi spotify
Ilustrasi aplikasi spotify. (Photo by Sara Kurfeß on Unsplash)

Sebelumnya, Spotify pada hari Senin pekan ini mengumumkan pembentukan Dewan Penasihat Keamanan (Safety Advisory Council), yang memiliki fokus di bidang keamanan dalam platform audio tersebut.

Melalui keterangan di laman resminya, dikutip Selasa (14/6/2022), Spotify mengklaim bahwa dewan semacam ini merupakan yang pertama di perusahaan audio besar.

Anggota pendiri dari dewan ini adalah individu dan organisasi yang memiliki keahlian mendalam di bidang-bidang kunci untuk menavigasi ruang keamanan daring.

"Pada tingkat tinggi, misi dewan adalah membantu Spotify mengembangkan kebijakan dan produknya dengan cara yang aman sambil memastikan kami menghormati ekspresi pembuat konten," tulis Spotify.

Platform streaming audio asal Swedia itu mengungkapkan, anggota dewan nantinya akan memberikan saran ke tim yang bergerak di bidang-bidang utama seperti kebijakan dan pengembangan fitur keselamatan.

 

Tangani Masalah Ujaran Kebencian hingga Disinformasi

Spotify
Kehadiran fitur miniplayer Spotify yang kini bisa diakses langsung dari aplikasi Facebook. (Foto: Spotify)

Mengutip CNBC, beberapa masalah yang akan mendapatkan masukan misalnya seperti ujaran kebencian, disinformasi, ekstremisme, dan online abuse.

Mereka juga akan memandu pendekatan Spotify, terhadap kesetaraan, dampak, dan penelitian akademis. Meski begitu, anggota dewan ini tidak akan membuat keputusan penegakan hukum tentang konten atau kreator tertentu.

"Namun, masukan mereka akan menginformasikan bagaimana kami membentuk kebijakan tingkat tinggi kami dan proses internal yang diikuti tim kami untuk memastikan bahwa kebijakan diterapkan secara konsisten dan dalam skala besar di seluruh dunia," kata Spotify.

Lebih lanjut, perusahaan mengatakan bahwa mengingat produk mereka akan terus bertumbuh dan berkembang, keanggotaan dewan akan ikut berkembang seiring dengan itu.

"Dalam beberapa bulan ke depan, kami akan bekerja sama dengan anggota pendiri untuk memperluas dewan, dengan tujuan memperluas representasi regional dan linguistik serta menambahkan ahli tambahan dalam ruang kesetaraan dan dampak," imbuh Spotify.

Spotify Bakal Beri Label untuk Konten Covid-19

Ilustrasi Spotify
Ilustrasi Spotify. Kredit: StockSnap via Pixabay

Spotify sempat mendapatkan sorotan usai beberapa kali mengunggah wawancara yang dinilai menyebarkan misinformasi dan hoaks Covid-19. Mereka pun didesak untuk membuat kebijakan tegas dan transparan terkait konten semacam itu, khususnya dari kalangan medis.

Baru-baru ini, CEO Spotify Daniel Ek mengumumkan aturan baru terkait konten-konten Covid-19. Hal itu ia ungkapkan melalui sebuah pengumuman di laman resminya.

"Kami telah menerapkan aturan selama bertahun-tahun, tetapi harus diakui, kami belum transparan terkait kebijakan yang memandu konten kami secara lebih luas," kata Ek seperti dikutip, Kamis (3/2/2022).

"Hal ini pada saatnya, menimbulkan pertanyaan seputar aplikasi mereka ke masalah serius termasuk Covid-19," tulis Ek.

Ek melanjutkan, berdasarkan masukan selama beberapa pekan terakhir, mereka merasa wajib berbuat lebih banyak demi memberikan keseimbangan dan akses informasi yang diterima secara luas dari kalangan medis dan ilmiah.

Maka dari itu, Spotify pun menerbitkan Aturan Platform mereka, yang dikembangkan oleh tim internal dengan sejumlah pakar dari luar dan diperbarui secara berkala.

"Anda sekarang dapat menemukannya di newsroom  kami, dan mereka akan ditayangkan secara permanen di situs web utama Spotify," kata Ek seraya menambahkan, aturan ini juga dilokalisasi ke dalam berbagai bahasa.

Selain itu, Spotify juga mengatakan sedang berusaha untuk menambahkan label saran dan rekomendasi ke dalam konten sebuah podcast, yang mencakup diskusi soal Covid-19. 

(Dio/Isk)

Infografis Ancaman Gelombang PHK Massal Akibat Corona. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Ancaman Gelombang PHK Massal Akibat Corona. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya