Liputan6.com, Jakarta Para peneliti di Carnegie Mellon University (CMU) di Pittsburgh, Pennsylvania, AS telah mengembangkan sistem kamera yang dapat mendeteksi getaran suara dengan tingkat presisi yang memungkinkan untuk membuat ulang audio tanpa inferensi atau mikrofon.
Mereka yang tergabung dalam tim Institut Robotika Sekolah Ilmu Komputer itu membangun sistem yang memiliki dua kamera dan laser. Demikian sebagaimana dilansir Engadget, Jumat (24/6/2022).
Baca Juga
Marselino Ferdinan Bawa Timnas Indonesia Unggul atas Arab Saudi, Oxford United Dukung: Let's Go Lino
100+ Ucapan Selamat Hari Anak Sedunia 2024, Hadirkan Harapan untuk Masa Depan Generasi Penerus
Timnas Indonesia Wajib Menang Lawan Arab Saudi untuk Peluang ke Piala Dunia 2026, Tak Bisa Ditawar Lagi!
"Teknologi ini dapat mendeteksi 'getaran permukaan berkecepatan tinggi, amplitudo rendah' yang tidak dapat dilihat mata manusia," kata CMU dalam siaran pers resminya.
Advertisement
Sistem yang dibangun saat ini merupakan kamera standar (bukan berkecepatan tinggi) yang digunakan dalam penelitian sebelumnya.
"Kami telah membuat mikrofon optik jauh lebih praktis dan dapat digunakan," kata Srinivasa Narasimhan, profesor Institut Robotika Sekolah Ilmu Komputer dan kepala Laboratorium Penerangan dan Pencitraan CMU.
"Kami telah membuat kualitas lebih baik sambil menghemat biaya (berbiaya murah)," ucapnya menambahkan.
Algoritme yang tertanam dapat membandingkan pola bintik yang ditangkap oleh rana bergulir dan rana global. Proses ini menggunakan perbedaan antara pola untuk menghitung getaran dan membuat ulang audio.
Pola bintik (yang dibuat oleh laser dalam kasus ini) mengacu pada perilaku cahaya koheren di ruang angkasa setelah dipantulkan dari permukaan yang kasar.
Perilaku itu berubah saat permukaan bergetar. Rana bergulir dengan cepat memindai gambar dari satu ujung ke ujung lainnya, sementara rana global menangkap seluruh gambar secara bersamaan.
"Sistem kamera ini mendorong batas dari apa yang dapat dilakukan dengan visi komputer," kata asisten profesor Matthew O'Toole, rekan penulis makalah tentang sistem tersebut.
"Ini adalah mekanisme baru untuk menangkap kecepatan tinggi dan getaran kecil, serta menghadirkan area penelitian baru," pungkasnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Demi Memudahkan Fotografer Tunanetra, Kamera Sony A7 IV Tambah Menu Screen Reader
Di sisi lain, ada banyak fotografer tunanetra yang menggunakan kamera tidak hanya untuk mengambil foto tetapi juga melihat objek di sekitar mereka.
Melihat potensi ini, kamera Sony A7 IV akan mengembangkan menu screen reader untuk memudahkan penyandang tunanetra.
Berkat ini, Sony a7 IV menjadi kamera yang menarik karena berbagai alasan. Ini terbukti populer di kalangan banyak fotografer setelah dirilis akhir tahun lalu.
Dilansir dari DP Review, selain sensor baru dan peningkatan kinerja, kamera model ini juga lebih mudah diakses oleh komunitas besar yang berjuang dengan kehilangan penglihatan karena a7 IV menyertakan teknologi screen reader.
Setelah dihidupkan, A7 IV dapat membacakan teks digital pada layar kamera, memungkinkan pengguna tunanetra untuk berinteraksi dengan menu kamera dengan lebih mudah. Opsi screen reader dapat diakses dari Menu->Setup->Accessibility->Screen Reader.
Di sini, Anda dapat mengaktifkan atau menonaktifkan pembaca layar serta mengatur kecepatan dan volume pilihan menu yang akan dibacakan.
Terkait screen reader yang juga dikenal sebagai teknologi text-to-speech, Sam dari The Blind Life (chanel YouTube) yang juga berjuang dengan kehilangan penglihatan merasa teknologi ini merupakan keharusan karena dibutuhkan bagi banyak orang.
"Ini adalah satu-satunya cara agar banyak orang di komunitas kami dapat menggunakan komputer, menggunakan smartphone, dapat menggunakan ATM, dapat memilih dalam pemilu. Ini benar-benar bagaimana kita berinteraksi dengan sebagian besar teks digital," katanya.
Advertisement
Fungsi screen reader sangat membantu
Tanpa berinteraksi dengan menu kamera, sulit untuk menggunakan kamera sama sekali.
Sangat mudah untuk menerima begitu saja betapa mudahnya bagi orang-orang dengan penglihatan penuh untuk mengubah pengaturan kamera dan membuat perubahan pada kamera mereka seperti kebiasaan, tetapi jika Anda tidak dapat melihat apa yang ada di layar, itu tidak memungkinkan jika tanpa bantuan.
Seperti yang dijelaskan Sam, penyertaan opsi aksesibilitas screen reader sangat bermanfaat. Namun, implementasi saat ini belum sempurna. Saat ini belum semuanya terbaca termasuk menu cepat kamera yang dapat Anda tampilkan saat memotret.
"Screen reader sangat membantu. Akan lebih baik jika mereka menyelesaikannya. Kini mereka sedang mengerjakannya," ujar Sam.
Meskipun masih banyak kekurangan, ini merupakan tanda inklusi yang luar biasa. Sony telah meyakinkan Sam bahwa mereka akan terus memperbarui screen reader.
Mengingat semakin banyak komunitas tunanetra dan gangguan penglihatan yang ingin membuat konten, sehingga teknologi ini akan sangat membantu mereka dalam mengaksesnya.
Teknologi untuk tunanetra
Salah satu kampus ternama di India, Institut Teknologi India (IIT), Kanpur, telah mengumumkan versi terbaru jam tangan pintar yang dikembangkan untuk digunakan oleh penyandang disabilitas, khususnya tunanetra dan gangguan penglihatan.
Dilansir dari Swarajyamag, jam tangan pintar yang dinamakan “haptic smart watch” ini telah dibuat di National Center for Flexible Electronics (NCFlexE) institut tersebut, berkat karya Profesor Siddhartha Panda dan Vishwaraj Srivastava.
Panda merupakan seorang profesor di Departemen Teknik Kimia di IIT Kanpur, sedangkan Srivastava adalah seorang insinyur proyek di NCFlexE, setelah lulus dari IIT Kanpur dengan gelar Master of Technology (M Tech) dalam ilmu material pada tahun 2020.
Jam tangan pintar ini sedang dikembangkan sebagai bagian tesis M Tech Srivastava, dengan Prof Panda mementoring Srivastava.
Advertisement