Menapaki Jejak Sejarah Internet Modern: Mulai dari Web1, Web2 hingga Web3

Untuk mengetahui perkembangan internet dari awal 90-an hingga saat ini, berikut sejarah internet modern yang patut kamu ketahui, mulai dari Web1, Web2 hingga Web3.

oleh Iskandar diperbarui 12 Sep 2022, 08:30 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2022, 08:30 WIB
Penggunaan Internet
Ilustrasi Penggunaan Internet Credit: pexels.com/pigjumbo

Liputan6.com, Jakarta - Sejarah internet modern secara umum dibagi menjadi tiga era, yaitu Web1, Web2, dan sekarang Web3. Sebagian dari kamu mungkin sempat merasakan bagaimana kecepatan internet sangat lambat pada awal tahun 90-an hingga 2000-an.

Saat ini, memasuki era Web3, internet tak hanya digunakan untuk mendapatkan informasi, tetapi juga memperoleh penghasilan melalui konten kreatif.

Untuk mengetahui perkembangan internet dari awal 90-an hingga saat ini, berikut sejarah internet modern yang patut kamu ketahui, menurut pemaparan dari Emurgo selaku entitas pendiri blockchain Cardano, dikutip Senin (12/9/2022).

Masa Web1 meliputi awal 90-an hingga 2005, mencakup saat munculnya PC rumahan, dan era di mana internet sedang booming.

Orang-orang mulai terbiasa dengan konsep internet dan World Wide Web (WWW), ketika PC mulai marak digunakan. Saat itu, kecepatan internet dengan modem dial-up masih lambat. Tetapi, dengan ketersediaan internet broadband menjelang akhir era Web1, koneksi internet menjadi lebih cepat.

Web1 menawarkan pengguna internet konten yang "hanya dapat dibaca" atau "hanya dapat dilihat" yang tersedia di platform yang tersentralisasi dan tertutup.

Pengguna internet pada saat itu tidak dapat memasang kontennya sendiri karena beberapa faktor. Antara lain kecepatan internet yang lambat, penggunaan teknologi sumber tertutup seperti Microsoft internet Explorer (IE), dan kurangnya variasi konten.

Saat itu sulit bagi rata-rata pengguna internet untuk menemukan konten beragam, membuat konten mereka sendiri, dan memonetisasi konten mereka.

Seiring dengan perkembangan teknologi, internet modern bertransisi ke era Web2, kurang lebih antara tahun 2005 hingga 2020. Di Web2, penggunaan internet menjadi lebih terjangkau dan meluas hingga menjadi hal yang umum di seluruh dunia.

Smartphone dan teknologi internet nirkabel (WiFi) juga mulai muncul dan dengan cepat tersedia di mana-mana. Pada masa Web2, pengguna internet sudah terbiasa menggunakan internet broadband berkecepatan tinggi untuk PC dan smartphone.

Web2 memberikan pengguna internet kemampuan untuk tidak hanya "membaca" konten, tetapi juga "menulis" dan "membuat" konten.

Pengguna internet kini dapat dengan mudah mengakses berbagai platform online seperti situs website, blog, video, dan lainnya, supaya mereka dapat membuat konten sembari berinteraksi dengan orang lain, dan sekaligus menghasilkan uang.

Platform media sosial juga semakin meroket dan digunakan oleh miliaran pengguna di seluruh dunia untuk meng-upload gambar, video, dan konten tertulis mereka.

Namun, semua platform semacam ini sebenarnya ‘dikendalikan’ oleh perusahaan-perusahaan tertentu secara terpusat/ tersentralisasi.

Ini berarti bahwa meskipun pengguna dapat membuat dan memonetisasi konten mereka, pada akhirnya pemilik platform yang memiliki kontrol penuh atas konten yang di-upload serta informasi pribadi mereka.

Era Web3

Ilustrasi Internet, Digital, Gaya Hidu Digital
Ilustrasi Internet, Digital, Gaya Hidu Digital. Kredit: Nattanan Kanchanaprat via Pixabay

Menjawab banyak kelemahan Web1 dan Web2, teknologi blockchain dan platform open-source mulai mendapatkan perhatian.

Awalnya, blockchain cenderung lebih dikenal sebagai teknologi yang mendukung cryptocurrency melalui Bitcoin pada tahun 2009.

Namun, blockchain dan potensi penggunaannya mulai meluas pengembangannya menjelang akhir dekade berikutnya, memicu transisi ke era Web3 (2020 dan seterusnya).

Di Web3, pengguna Internet dapat membaca, menulis/membuat, dan memiliki serta memperoleh penghasilan melalui konten kreatif mereka, sementara tetap memiliki kendali penuh atas informasi identitas pribadi mereka.

Ini dimungkinkan dengan menggunakan aplikasi open-source yang terdesentralisasi (dApps) yang berjalan di atas platform blockchain yang terdesentralisasi.

Sejumlah platform blockchain ini sifatnya open-source dan siapa pun dapat berkontribusi untuk pengembangan dan pemeliharaan jaringan blockchain-nya. dApps adalah aplikasi-aplikasi yang berjalan berdasarkan algoritma dan kode open-source tanpa ada pihak pusat yang mengatur.

Para developer Web3 bergerak cepat mengembangkan dApps sehingga pengguna dapat mentransfer nilai keuangan, memiliki & bertransaksi seni/musik digital, menjaga keamanan identitas, memilih informasi yang dibagikan saat browsing internet, berbagi konten buatan sendiri, dan sebagainya--dengan tetap memiliki kontrol penuh atas pembayaran, identitas, dan konten.

Masa Depan Web3

Internet
Internet (sumber: Pixabay)

Era Web3 baru saja dimulai, dan muncul banyak pendapat tentang masa depan Web3. Menurut LinkedIn, lowongan pekerjaan terkait blockchain dan Web3 adalah yang terbanyak di industri teknologi pada 2021, dan kapitalisasi pasar industri Web3 mencapai rekor tertinggi (US$ 3 triliun ) pada 2021.

Transisi ke dunia Web3 yang terdesentralisasi ini menciptakan komunitas yang terdiri dari pengguna dan berbagai perusahaan tradisional yang mulai memanfaatkan teknologi blockchain. Hal ini terlihat seperti perkembangan alami dari era internet.

Platform-platform baru yang inovatif di Cardano seperti Cardano Clan, sebuah portal gratis yang menyediakan layanan semacam platform social networking dengan menggabungkan dan menyusun konten terbaru dan terbaik untuk komunitas global Cardano, membantu menyediakan kebutuhan penting untuk menyambut lebih banyak pengguna baru masuk ke dunia Web3.

Cardano Clan juga menyediakan platform interaktif yang dirancang khusus untuk peluang investasi Web3, serta distribusi, konsumsi, dan monetisasi konten tentang Cardano yang dibuat oleh para pengguna, yang tetap memiliki kontrol penuh atas data mereka.

Untuk seni, musik, dan koleksi, para pengguna dan pemilik merek dapat membuat, membeli, dan menjual NFT di marketplace yang berjalan di atas blockchain terdesentralisasi.

Melakukan Transaksi

Pengguna dan pemilik merek dapat bertransaksi satu sama lain di seluruh dunia menggunakan cryptocurrency atau stablecoin berbasis blockchain untuk pembayaran mikro dan makro dengan penyelesaian yang cepat tanpa perantara atau bank.

Hal ini dapat dilakukan melalui dompet kripto Web3 yang terhubung ke browser atau smartphone, menyuguhkan kelancaran proses untuk segala usia.

Marketplace NFT di Cardano seperti Fibo menyediakan platform yang terhubung dengan dompet kripto open-source, yaitu Yoroi, untuk bertransaksi NFT.

Dompet kripto Web3 yang open-source membantu pengguna bertransaksi menggunakan kripto atau stablecoin, berapa pun jumlahnya, di seluruh dunia dalam sekejap dengan transparansi penuh karena semua transaksi dapat dilihat secara real-time menggunakan blockchain explorer (mirip dengan search-engine internet).

Untuk identitas, para pengguna dan perusahaan-perusahaan dapat menggunakan identifikasi yang terdesentralisasi (DID) untuk mengelola informasi pribadi mereka secara pribadi tanpa harus bergantung pada pihak ketiga yang dapat salah mengelola dan membocorkan data mereka.

Pengguna dapat mengendalikan data mereka sepenuhnya saat menggunakan layanan Web3 yang berjalan di blockchain untuk memverifikasi identitas mereka.

Untuk diketahui, penjelasan di atas hanyalah sedikit gambaran tentang dunia Web3 karena masih banyak lagi layanan terdesentralisasi lainnya yang tersedia.

Infografis Musim Semi Internet (liputan6.com/deisy)

Infografis Konsumsi Media
Musim Semi Internet (liputan6.com/deisy)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya