Erick Thohir: Generasi Z Jadi Potensi untuk Kembangkan Ekonomi Digital

Generasi Z sebagai digital natives, paling cepat menyerap kedua manfaat tersebut dibandingkan generasi sebelumnya. Namun, mereka belum cukup peka terhadap risiko-risiko penggunaan teknologi yang tidak seimbang

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 24 Okt 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2022, 10:00 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir di Dies Natalis ke-62 Fakultas Psikologi (F. Psi) Universitas Indonesia (UI) (Dok. Biro Humas dan KIP UI)
Menteri BUMN Erick Thohir di Dies Natalis ke-62 Fakultas Psikologi (F. Psi) Universitas Indonesia (UI) (Dok. Biro Humas dan KIP UI)

Liputan6.com, Jakarta Generasi Z atau Gen-Z, dinilai sebagai kelompok yang cepat dalam menyerap keterampilan digital. Meskipun begitu, mereka juga dianggap membutuhkan pendampingan agar dapat mencapai budaya digital yang ideal.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, Generasi Z dan teknologi informasi dan digital, adalah potensi Indonesia untuk mengembangkan ekonomi digital.

Hal itu disampaikan oleh Menteri BUMN dalam sambutan acara Dies Natalis ke-62 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (F. Psi UI) beberapa waktu lalu, seperti dikutip dari siaran pers, Senin (24/10/2022).

"Maka dari itu prinsip akhlak yang diterapkan, saya rasa telah sesuai dengan yang diterapkan bersama-sama di pilar-pilar literasi digital pada nilai-nilai amanah kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif," kata Erick Thohir.

Erick pun menitipkan nilai-nilai ini kepada Generasi Z, untuk dapat terus diperkuat sebagai fondasi budaya dan etika digital, sekaligus memperkuat kemampuan untuk berpikir kreatif, dan bersikap kritis,

"Serta mampu menyelesaikan masalah terutama dalam beraktivitas dengan menggunakan akses teknologi dan digitalisasi yang akan terus semakin canggih lagi," pungkasnya.

Lebih lanjut, teknologi informasi dan digital menawarkan dua manfaat utama kepada penggunanya.

Dua manfaat teknologi informasi dan digital adalah untuk berkreasi (creation power) dengan mendekati kelas profesional-industri dan kekuatan penyiaran (broadcast power) yang besar, sehingga bisa menjangkau audiens dalam skala besar.

 

 

Dua Manfaat untuk Penggunanya

Ilustrasi Pariwisata
Ilustrasi digitalisasi pariwisata. Photo by Element5 Digital on Unsplash

Keduanya manfaat tersebut bisa dicapai dengan proses yang mudah, sederhana, dan mandiri, bahkan hanya menggunakan laptop, tablet, atau smartphone.

Generasi Z pun dianggap berada di posisi yang unik. Sebagai digital natives, mereka paling cepat menyerap kedua manfaat tersebut dibandingkan generasi-generasi sebelumnya.

Namun di sisi lain, mereka belum cukup peka terhadap risiko-risiko penggunaan teknologi yang tidak seimbang. Generasi sebelum mereka pun juga sedang sama-sama belajar tentang hal itu.

Menggunakan kerangka literasi digital Kementerian Komunikasi dan Informatika, Generasi Z dengan cepat telah menyerap keterampilan digital.

Namun di sisi lain, kelompok ini juga dianggap perlu didampingi agar mencapai tiga ranah lainnya yaitu budaya digital, etika digital, dan keamanan digital.

 

Lebih Bijak Menggunakan TIK

Ilustrasi talenta digital. Marvin Meyer/Unsplash
Ilustrasi talenta digital. Marvin Meyer/Unsplash

Sekretaris UI, dr. Agustin Kusumayati, Ph.D., pun menggugah generasi Z agar lebih bijak menggunakan teknologi infomasi dan komunikasi.

Hal ini agar mereka bisa mendapatkan manfaat yang baik dari teknologi seperti meningkatkan kemampuan diri, menambah wawasan, dan memperdalam pengetahuan, serta mengenali konten-konten atau muatan informasi yang valid dan baik.

"Ada pengetahuan yang harus kita miliki, sehingga kita bisa memilih dan memilah informasi, serta konten yang baik dan buruk agar dapat kita hindari dan tidak terjebak memanfaatkan atau memberdayai informasi yang keliru tersebut," ujarnya.

Akses teknologi pun telah menumbuhkan keterampilan kognitif Generasi Z yaitu berpikir kreatif, kritis, dan complex problem solving. Namun demikian, tiga keterampilan tersebut tidak terlalu konsisten muncul pada lintas lingkungan media sosial.

Broadcast power pun membuat Generasi Z bisa mendapatkan audiens dan jejaring yang jauh lebih besar di dunia daring ketimbang luring. Ini berarti, mereka berisiko terjebak harus merawat dua identitas yang berbeda.

 

Literasi Digital untuk Generasi Z

Ilustrasi bank digital. Clay Banks/Unsplash
Ilustrasi bank digital. Clay Banks/Unsplash

Pembahasan di atas sendiri menjadi bahasan yang diangkat di talkshow bertema Literasi Digital untuk Generasi Z, dalam rangkaian dies natalis F. Psi UI.

Talkshow Literasi Digital untuk Generasi Z ini bertujuan membangun kesadaran siswa Sekolah Menengah yang merupakan Generasi Z terhadap pentingnya mencapai keseimbangan dalam ranah literasi digital.

Untuk mencapai tujuan tersebut, talkshow ini mempertemukan tiga sudut pandang, yakni literasi digital, pelaku media sosial, dan disiplin ilmu psikologi.

Narasumber dari masing-masing sudut pandang tersebut diwakili oleh Yosi Mokalu Ketua Umum Siberkreasi, influencers Fadil Jaidi, dan Adi Respati, alumni F. Psi UI yang saat ini menjadi Head of Program dari Websis for Edu.

(Dio/Isk)

Infografis 5 Tips Tidur Malam Berkualitas di Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 5 Tips Tidur Malam Berkualitas di Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya