Liputan6.com, Jakarta Apple kembali melanjutkan bersih-bersih aplikasi tak terurus dari platform App Store. Bahkan, ini dilaporkan membuat jumlah aplikasi yang tersisa mencapai titik terendah dalam tujuh tahun.
Data terbaru dari Finbold menunjukkan, jumlah aplikasi yang ada di App Store adalah 1.642.759, atau turun 24,79 persen sejak kalender kuartal kedua tahun 2022. Terakhir kali jumlah aplikasi serendah ini adalah di kuartal ketiga tahun 2015 yaitu di 1.672.271.
Baca Juga
Mengutip Apple Insider, Jumat (18/11/2022), secara total, Apple telah menghapus lebih dari 540 ribu aplikasi dalam kuartal ketiga tahun 2022.
Advertisement
Penghapusan ini pun membuat Apple berada di posisi kedua untuk jumlah seluruh aplikasi yang ada di toko selama kuartal ketiga, di mana Play Store milik Google adalah yang terbanyak dengan 3.553.050 aplikasi.
Bulan April lalu, Apple memang diketahui melakukan penghapusan massal aplikasi-aplikasi yang tidak lagi menerima update atau pembaruan dari pengembangnya.
Apple mengirimkan email dengan subjek "App Improvement Notice" atau 'Pemberitahuan Peningkatan Aplikasi' kepada para pengembang yang terdampak.
Melalui email itu, Apple memperingatkan akan menghapus aplikasi yang belum diperbarui dalam waktu yang ditentukan, dari toko aplikasi App Store.
Mengutip The Verge, Minggu (24/4/2022), Apple memberikan waktu 30 hari kepada para pengembang untuk memperbarui aplikasi-aplikasi mereka, agar tidak ditendang dari App Store.
"Anda bisa membuat aplikasi ini tersedia untuk ditemukan bagi pengguna baru dan diunduh dari App Store dengan mengirimkan update untuk ditinjau dalam 30 hari," tulis Apple dalam emailnya.
Â
Tidak Menerima Pembaruan Perangkat Lunak
Selanjutnya Apple juga mengatakan, bakal menghapus aplikasi-aplikasi usang dari App Store. Sementara, aplikasi yang sudah diunduh sebelumnya akan tetap tersedia di perangkat pengguna.
Tercatat pada kuartal kedua tahun 2022, Apple telah menghapus 439 ribu aplikasi dengan alasan, mereka tidak menerima pembaruan selama bertahun-tahun.
Di antara aplikasi yang dihapus, 64 persen belum menerima pembaruan perangkat lunak setidaknya selama dua tahun atau lebih.
Finbold percaya ada korelasi antara menurunnya aplikasi dan pendapatan App Store yang lebih rendah selama kuartal terakhir.
Meski Apple tidak menyebutkan angka untuk bisnis Service-nya, analis mengaitkan pendapatan App Store yang lebih rendah dengan game, alih-alih penghapusan aplikasi.
Aplikasi yang dihapus dari App Store sendiri tidak akan berpengaruh ke aplikasi yang sudah diunduh ke perangkat pengguna. Fitur seperti pembelian dalam aplikasi pun juga masih bisa berfungsi.
Â
Advertisement
Banyak Pengembang Abaikan Aplikasi di Google dan App Store
Di sisi lain, beberapa pengembang aplikasi Android maupun iOS dilaporkan meninggalkan aplikasi mereka dari toko aplikasi Google Play Store. Demikian menurut laporan baru dari Pixalate.
Mengutip Phone Arena, Rabu (5/10/2022), Pixelate menyebut, aplikasi yang ditinggalkan adalah aplikasi-aplikasi yang selama dua tahun terakhir tidak mendapatkan update dari si pengembang.
Dari kuartal pertama tahun hingga hingga kuartal kedua, jumlah aplikasi yang dibiarkan 'mati' di Google Play Store naik 16 persen dari 967.000 menjadi 1,1 juta aplikasi.
Sementara itu, jumlah aplikasi di App Store yang ditinggalkan menurun 29 persen dari kuartal pertama ke kuartal kedua, dari 724.000 menjadi 515.000 aplikasi.
Â
Tidak Memiliki Kebijakan Privasi
Dari jumlah tersebut, 42 persen aplikasi yang ditinggalkan terdaftar di Tiongkok dan Rusia. Selain itu, 37 persen aplikasi untuk anak-anak mengalami nasib yang sama, jumlahnya 75.000 di App Store dan 81.000 di Play Store.
Dalam data, selama enam bulan, ada lebih banyak aplikasi yang ditinggalkan di Google Play Store ketimbang aplikasi yang mendapatkan update.
32 persen aplikasi dibiarkan mati di Google Play Store selama periode waktu tersebut, dibandingkan 30 persen yang mendapatkan pembaruan.
Menariknya, statistik menunjukkan bahwa 23 persen aplikasi yang ditinggalkan tidak memiliki kebijakan privasi. Dengan begitu, aplikasi yang ditinggalkan memiliki risiko tinggi untuk diretas.
Untuk itulah, Apple dan Google lebih memilih menghapus aplikasi tersebut dari etalase toko aplikasi masing-masing.
(Dio/Isk)
Advertisement