Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) terus mendorong peran dan kontribusi startup fintech atau perusahaan rintisan yang bergerak di bidang teknologi finansial dalam meningkatkan inklusi keuangan terhadap penguatan ekonomi digital nasional.
Kehadiran berbagai platform keuangan digital sebagai domestic player diharapkan bisa mendukung percepatan pertumbuhan dan pemulihan ekonomi.
Baca Juga
Layanan keuangan digital juga dituntut agar semakin inklusif dan mampu menjangkau segenap lapisan masyarakat, dalam hal ini industri fintech dapat berperan sebagai enabler dalam mendigitalisasi para pelaku usaha, khususnya UMKM.
Advertisement
Sebagai wujud komitmen tersebut, startup fintech Adapundi menghadirkan berbagai produk untuk memudahkan nasabah memperoleh pinjaman modal usaha. Melalui upaya tersebut, Adapundi mengklaim berhasil menyalurkan lebih dari 3,4 juta layanan pinjaman secara nasional.
Hingga saat ini, Adapundi telah menyalurkan kebutuhan dana kepada 1,6 juta lebih nasabah yang tersebar di wilayah Indonesia. Nasabah-nasabah tersebut berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari karyawan hingga pelaku usaha UMKM.
Salah satu produk yang ditawarkan adalah layanan dengan fitur sekali bayar dalam 1 bulan hingga 12 bulan dengan limit mencapai Rp 30 juta.
“Adapundi memahami bahwa peran fintech sangat diandalkan oleh pemerintah dalam mendorong inklusi keuangan nasional. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk mendukung upaya tersebut dengan menghadirkan beragam kemudahan dan inovasi, baik dalam hal produk maupun layanan yang kami tawarkan agar dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat Indonesia," kata Direktur Adapundi, Achmad Indrawan melalui keterangannya, Jumat (27/1/2023).
Dengan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan, ia menegaskan masyarakat tak perlu khawatir apalagi ragu karena Adapundi sudah berizin dan diawasi langsung oleh OJK sejak 2021.
Pertumbuhan Literasi Keuangan di Indonesia
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022 yang dirilis oleh OJK, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia dan inklusi keuangan nasional mengalami pertumbuhan.
Indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia naik menjadi 49,68 persen dan indeks inklusi keuangan mencapai 85,10 persen.
Menurut Achmad, transformasi digital di sektor keuangan nasional menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan inklusi keuangan nasional.
“Dengan teknologi dan khususnya kehadiran fintech, telah menghadirkan kesetaraan bagi seluruh lapisan masyarakat, baik dari segi geografis maupun tingkat ekonomi, dalam mengakses layanan keuangan," ujarnya.
Sebagai fintech yang terus berupaya memberikan kemudahan, Achmad menuturkan perusahaan akan terus berupaya menjangkau masyarakat Indonesia lebih luas lagi dari berbagai segmen untuk menghadirkan solusi akses modal yang lebih mudah melalui inovasi teknologi sains.
Advertisement
Industri Fintech Indonesia Diprediksi Tumbuh Subur
Industri teknologi finansial atau fintech di tanah air diprediksi bakal terus berkembang dengan berbagai inovasi untuk menjawab kebutuhan pasar yang terus bergerak secara dinamis.
Berkaca dari hal tersebut, PT Tri Usaha Berkat (LinkQu) berkomitmen untuk terus melahirkan inovasi meski berumur jagung untuk memberikan yang terbaik sebagai platform penyedia transfer dana.
"LinkQu berfokus untuk menjadi penyedia transfer dana terbaik nomor satu di Indonesia, agar para pelaku usaha dan masyarakat di seluruh Nusantara dapat terbantu oleh layanan kami guna memudahkan layanan keuangan berbasis digital. Mengingat industri keuangan digital di Indonesia akan terus cepat dan tentunya memerlukan layanan komprehensif," ujar CMO (Chief Marketing Officer) LinkQu Mifta Setya Putra dikutip dari Antara, Minggu (15/1/2023).
LinkQu pun meraih penghargaan sebagai Most Rising Star BRIAPI 2022 dalam ajang BRI API AWARD sebagai salah satu perusahaan yang turut mendukung industri teknologi finansial (fintech) di Indonesia.
Mifta mengatakan pencapaian tersebut menjadi salah satu perkembangan positif bagi perusahaan.
"Penghargaan ini tentunya menjadi pelecut semangat kami untuk terus berkontribusi positif pada perkembangan industri keuangan Tanah Air," katanya.
Menurut Mifta, penghargaan yang diselenggarakan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) tersebut dilakukan untuk memberikan apresiasi kepada mitra terbaik di seluruh Indonesia, yang telah berkontribusi terhadap perkembangan teknologi Application Programming Interface (API) yang dikembangkan oleh BRI yakni BRIAPI.
"Sejak pertama diluncurkan pada tahun 2019, Bank BRI menjadi pelopor platform open API perbankan pertama yang bersertifikasi ISO 27001 di Indonesia," ucap Mifta.
Seiring dengan bertambahnya mitra yang telah bergabung, menurut pria lulusan Universitas Negeri Surabaya tersebut, tentunya hal ini akan mempercepat digitalisasi industri keuangan di Indonesia.
"Kami sangat bangga LinkQu sebagai startup pendatang baru bisa terpilih sebagai Most Rising Star BRIAPI 2022 dan bisa sejajar dengan pemain yang lebih dahulu ada," ucapnya.
Masih Banyak Masyarakat Tak Paham Produk Fintech
Indonesia Fintech Society (IFSOC) menyatakan indeks literasi dan inklusi keuangan Indonesia meningkat dengan gap yang mengecil yakni 36 persen. Namun, dengan gap yang masih lebar tersebut masih menimbulkan kerentanan.
Berdasarkan data OJK tahun 2022, indeks literasi keuangan meningkat menjadi 49,6 persen dari sebelumnya 38 persen tahun 2019. Kemudian, indeks inklusi keuangan 2022 meningkat menjadi 85,1 persen dibanding tahun 2019 yang hanya 76,1 persen. Gap tersebut semakin kecil yakni 36 persen.
“Namun, gap 36 persen ini relative masih lebar ini menjadi PR kita Bersama, karena gap yang lebar ini menimbulkan kerentanan dari para konsumen utamanya. Jadi, banyak konsumen masyarakat yang sudah mengakses produk-produk keuangan termasuk produk fintech ini tidak paham betul dengan apa itu produk keuangan dan produk fintech,” kata Steering Committee IFSOC, Tirta Segara, dalam acara Catatan Akhir Tahun 2022 Fintech dan Ekonomi Digital oleh Indonesia Fintech Society (IFSOC), Selasa (27/12/2022).
Oleh karena itu, edukasi keuangan ini menjadi hal yang sangat krusial di dalam perlindungan konsumen secara preventif, kemudian penanganan perlindungan konsumen, serta perlu penindakan tegas dari aktor-aktor yang menyalahgunakan kepercayaan masyarakat ini.
“Ini menjadi kunci untuk mitigasi didalam perlindungan konsumen, karena gap-nya masih sangat tinggi. Sebetulnya gap itu menurut perkiraan kami bisa mengecil,” ujarnya.
Lebih lanjut, jika dilihat dari hasil survei OJK tahun 2019 terkait literasi layanan keuangan digital atau fintech dulu masih 0,34 persen. Namun tahun 2022 meningkat menjadi 10,9 persen. Begitupun dengan indeks inklusi keuangan fintech meningkat menjadi 2,65 persen tahun 2022, dibanding tahun 2019 sebesar 0,11 persen.
“Jadi, secara sectoral peningkatannya juga tinggi. Untuk Inklusinya juga sama tahun 2019 itu inklusinya baru 0,11 persen mungkin karena perusahaan fintechnya belum banyak dan belum terlalu populer, tahun 2022 menjadi 2,65 persen, ini masyarakat yang sudah menggunakan jasa fintech,” ungkapnya.
Advertisement