Apa Itu Inflasi dan Kenapa Harga Naik Paling Banyak Dicari Orang Indonesia di Google pada 2022

Berdasarkan laporan terbaru Year in Search 2022, Google mencatat ada perubahan perilaku pada konsumen Indonesia.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 22 Feb 2023, 11:00 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2023, 11:00 WIB
Ilustrasi Mesin Pencari, Google Search
Ilustrasi Mesin Pencari, Google Search. Kredit: Photo Mix via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Google kembali merilis laporan tahunan mengenai perilaku konsumen Indonesia. Dalam laporan terbaru kali ini, Google menemukan orang Indonesia lebih melakukan pembelian pada aspek kesepadanan terhadap nilai uang (value for money) dan tingkat kepercayaan mereka pada suatu brand.

Laporan ini juga menunjukkan rata-rata konsumen di Indonesia menjadi lebih menuntut dan semakin memahami makna suatu brand yang melebihi aspek harga maupun kenyamanan.

"Sangat menarik diperhatikan laporan tahun ini mencatat banyak sekali momen yang bisa dijadikan perenungan mendalam," tutur Head of Ads Marketing Google Indonesia Yolanda Sastra dalam siaran pers yang diterima, Rabu (22/2/2023).

Menurut Yolanda, berdasarkan Google Year in Search kali ini, brand harus peka dengan keadaan setelah pandemi yang panjang dan kini dihadapkan dengan kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Karenanya, banyak orang Indonesia yang mengajukan pertanyaan mendalam di Google.

Beberapa pertanyaan tersebut adalah 'Kenapa harga naik' yang naik sekitar 120 persen secara Year-on-Year. Lalu, ada pertanyaan lain seperti 'Apa itu inflasi?' yang naik 50 persen secara Year-on-Year.

Adapun laporan Google Year in Search 2022 edisi kelima ini dibagi menjadi tiga tema besar, yakni Soul Searching, Value Hunting, dan Finding Joy.

Sementara laporan ini meliputi tujuh vertikal industri utama, seperti teknologi, media dan hiburan, kecantikan dan perawatan diri, makanan dan minuman, transportasi, perjalanan, serta keuangan.

Laporan ini sendiri didasarkan pada data Google Trends dalam kurun waktu September 2021 hingga September 2022, dan Desember 2021 hingga Desember 2022), serta laporan e-Conomy SEA 2022.

Beberapa tren menarik yang diketahui dari laporan ini di antaranya adalah:

  • Penelusuran remote work naik 60 persen YoY. Lalu, ada 42 persen responden survei mengatakan mereka akan menolak pekerjaan jika mereka tidak dapat bekerja dari rumah
  • Penelusuran financial freedom naik 50 persen YoY, dan penelusuran work life balance naik 100 persen YoY
  • Penelusuran untuk side hustle naik 50 persen YoY, serta penelusuran untuk hybrid learning naik 200 persen YoY

"Mengingat hal yang telah kita lalui selama beberapa tahun terakhir, dapat dimengerti jika orang-orang lebih reflektif dan memikirkan masa depan," tutur Yolanda.

 

Perilaku Konsumen Indonesia

Search Engine Google
Search Engine Google (Photo by Solen Feyissa on Unsplash)

Selain itu, seperti yang dicatat dalam laporan tahun lalu, orang Indonesia menjadi lebih sadar lingkungan. Tren itu pun berlanjut di 2022 yang dapat dilihat dengan sejumlah penelusuran sebagai berikut:

  • Penelusuran untuk kendaraan listrik naik 80 persen YoY
  • Penelusuran untuk keberlanjutan naik 60 persen YoY
  • Penelusuran untuk jejak karbon naik 50 persen YoY
  • Penelusuran untuk sampah makanan naik 40 persen YoY

Laporan ini juga menunjukkan orang Indonesia mencari cara yang terjangkau untuk memanjakan diri sebagai dilihat dari tren penelusuran berikut ini:

  • Penelusuran untuk restoran Michelin Star naik 30 persen YoY
  • Penelusuran untuk pijat terdekat naik 70 persen YoY
  • Minat penelusuran untuk Omakase naik 100 persen YoY
  • Minat penelusuran tentang glamping naik 40 persen YoY
  • Penelusuran untuk berdandan meningkat 210 persen YoY
  • Penelusuran mengenai pakaian formal untuk pria naik 50 persen YoY

Selain itu, pada 2022, Google juga menemukan tren non tunai terus berlanjut yang dapat dilihat dari penelusuran berikut ini:

  • Penelusuran untuk dompet digital naik 20 persen YoY dan digital banking naik 30 persen YoY
  • Penelusuran ewallet meroket 190 persen YoY
  • Penelusuran soal QRIS meningkat 140 persen YoY

Google dan Kemendikbudristek Gelar Bangkit 2023, Peserta 3 Kali Lipat dari Tahun Lalu

Randy Jusuf, Managing Director, Google Indonesia dalam sambutan Program Bangkit 2023 (YouTube Google Indonesia)
Randy Jusuf, Managing Director, Google Indonesia dalam sambutan Program Bangkit 2023 (YouTube Google Indonesia)

Di sisi lain, Google bersama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) secara resmi membuka program Bangkit 2023.

Dari 67 ribu mahasiswa yang mendaftarkan diri dalam program Google ini, terpilih lima ribu orang untuk mengikuti program Bangkit batch satu yang akan mulai hari ini, Senin (20/2/2023), sampai Juni 2023 mendatang.

"Google berharap dapat memberikan dampak lebih besar dengan terbukanya peluang jumlah peserta tiga kali lipat dari tahun lalu," kata Randy Jusuf, Managing Director, Google Indonesia.

"Kami ingin merangkul lebih banyak lagi peserta perempuan, mahasiswa vokasi, penyandang disabilitas, peserta dari non-IT, dan juga mahasiswa dari kota-kota kecil dan menengah," imbuhnya.

Dora Songco, Product Marketing Manager, Google Indonesia dalam konferensi pers virtual mengungkapkan, partisipan program Google Bangkit mengalami kenaikan yang signifikan setiap tahunnya.

"Kalau ingat di tahun 2020 kita hanya ada 300 partisipan, kemudian dari 2021 kita di bahwa naungan Kampus Merdeka bergerak dari 300 ke tiga ribu, kemudian perbesar sedikit di 3.100 dan saat ini kita tiga kali lebih besar," katanya.

Buka Pintu untuk Karir Pertama

Google Plex
Suasana kantor pusat Google di Googleplex, Mountain View, Palo Alto, California. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

Pada 2023 ini, total sebanyak sembilan ribu partisipan akan ikut dalam program Bangkit, yang bakal digelar dalam dua batch. Adapun, batch kedua akan mulai di bulan Juli 2023, dengan pembukaan bagi empat ribu peserta.

Google mengatakan sejak pertama kali program Bangkit diluncurkan pada 2020 sampai sekarang, sudah dilatih lebih dari enam ribu mahasiswa dan diberikan lebih dari 2.900 sertifikasi di bidang Machine Learning, Mobile Development, dan Cloud Computing.

Selain itu, melalui career fair Bangkit bersama 77 hiring partners, telah dibuka lebih dari 2.300 lowongan pekerjaan bagi para lulusan Bangkit.

Google Indonesia mengklaim, 90 persen lulusan Bangkit menyatakan pengalaman mengikuti program telah membuka pintu untuk meraih karir pertama mereka.

Selama dua tahun terakhir Google dan Ditjen Diktiristek juga mendukung inkubasi 30 calon startup, yang menerapkan ilmu yang telah didapatkan dalam program Bangkit untuk menyelesaikan permasalahan nyata yang ada di tengah masyarakat.

(Dam/Isk)

Infografis Google dan Facebook (Liputan6.com/Abdillah)

Infografis Google dan Facebook (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Google dan Facebook (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya