Twitter Hapus Label Media yang Terafiliasi Negara Bagian AS

Twitter telah menghapus label yang menunjuk NPR sebagai outlet media terafiliasi dengan negara bagian AS.

oleh Iskandar diperbarui 10 Apr 2023, 09:30 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2023, 09:30 WIB
Twitter
Ilustrasi Twitter (Foto: Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Twitter telah menghapus label yang menunjuk NPR sebagai outlet media terafiliasi dengan negara bagian AS, selang beberapa hari usai kali pertama menerapkan label tersebut awal pekan lalu.

Pada Sabtu (8/4/2023), perusahaan mendaftarkan public broadcaster tersebut sebagai organisasi yang “didanai pemerintah”.

Reporter teknologi NPR Bobby Allyn adalah orang pertama yang melaporkan perubahan tersebut. Dia mengaku, Elon Musk mengatakan kepadanya bahwa Twitter akan menerapkan penunjukan "yang didanai pemerintah" ke institusi lain dalam beberapa hari mendatang.

“Tesla, yang telah menerima subsidi pemerintah miliaran dolar selama bertahun-tahun, tampaknya tidak memiliki label tersebut,” ujar Allyn.

Akun NPR utama belum mencuit sejak Twitter pertama kali menerapkan label yang berafiliasi dengan negara. Setelah CEO NPR John Lansing mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan bahwa "afiliasi negara" tidak berlaku untuk public broadcaster berdasarkan pedoman Twitter sendiri, perusahaan mengubah pedoman tersebut.

"Organisasi media yang dibiayai negara dengan independensi editorial, seperti BBC di Inggris atau NPR di AS misalnya, tidak didefinisikan sebagai media yang berafiliasi dengan negara," kata halaman tersebut.

Pada hari Rabu (5/4/2023), perusahaan telah menghapus bagian teks yang merujuk pada NPR.

Menurut NPR, kurang dari satu persen anggaran operasional tahunannya berasal dari hibah pemerintah. Selama lima tahun terakhir, sebagian besar pendapatan nirlaba, sekitar 70 persen, berasal dari sponsor perusahaan dan biaya pemrograman.

Valuasi Twitter Setara Rp 301,28 Triliun

Twitter App Logo
Twitter App Logo (Photo by Jeremy Bezanger on Usplash)

CEO Tesla sekaligus Twitter Elon Musk mengklaim valuasi Twitter sekitar USD 20 miliar atau Rp 301,28 triliun (asumsi kurs Rp 15.064 per dolar AS), menurut email yang dilihat oleh The Information dan The New York Times.

Artinya, valuasi Twitter tersebut anjlok dari pembelian awal Elon Musk senilai USD 44 miliar atau Rp 662,81 triliun alias sisa setengahnya.

Melansir Yahoo Finance, ditulis Rabu (29/3/2023), Elon Musk membagikan penilaiannya terhadap valuasi Twitter yang turun secara signifikan dari USD 44 miliar yang dia bayarkan untuk membeli perusahaan tersebut pada musim gugur lalu. Hal itu diungkapkan dalam sebuah memo yang dia kirim kepada karyawan Twitter pada Jumat untuk mengumumkan program kompensasi saham baru.

Miliarder tersebut pun dilaporkan memperingatkan karyawan Twitter yang berkurang secara signifikan, ia bilang bahwa situs web tersebut masih dalam posisi keuangan yang genting. "Twitter sedang dibentuk ulang dengan cepat,” tulisnya, dikutip dari Yahoo Finance.

Dia menambahkan, perusahaan, pada satu titik, sudah empat bulan kehabisan uang tunai. Menurut Zoë Schiffer dari Platformer, Musk juga memberi tahu karyawan dia melihat "jalan yang jelas tapi sulit" menuju penilaian USD 250 miliar, hasil hipotetis yang akan membuat hibah saham perusahaan saat ini bernilai 10 kali lipat pada masa mendatang.

Selain itu, Elon Musk mengatakan Twitter akan mengizinkan karyawan untuk menjual saham setiap enam bulan, kebijakan yang mirip dengan yang diterapkan di SpaceX.

Menurut Elon Musk, program tersebut akan memberi karyawan "saham likuid" sambil melindungi mereka dari "kekacauan harga" yang datang dengan ekuitas di perusahaan publik.

Prediksi Valuasi Twitter

Ilustrasi Twitter
Ilustrasi Twitter (Liputan6.com/Sangaji)

Untuk menempatkan penilaian Musk dalam konteks, pada USD 20 miliar, Twitter akan bernilai lebih dari pembuat Snap Snapchat, sebuah perusahaan dengan hampir 140 juta lebih banyak pengguna aktif harian.

Perlu juga dicatat perkiraan tersebut kemungkinan mencerminkan kesulitan yang dihadapi Twitter sebagai akibat langsung dari keputusan Musk.  

Pada awal 2023, pendapatan harian perusahaan dilaporkan turun 40 persen dari tahun lalu setelah lebih dari 500 mitra periklanan utamanya menghentikan pengeluaran di platform tersebut.  

Banyak dari perusahaan tersebut pergi setelah peluncuran kembali Twitter Blue yang berantakan, yang melihat troll terverifikasi menyalahgunakan layanan untuk menyamar sebagai merek.  

Berdasarkan laporan baru-baru ini dari The Information, hanya ada sekitar 180.000 pelanggan Twitter Blue di AS pada awal Februari, yang menunjukkan bahwa layanan tersebut tidak dapat mengimbangi penurunan keuangan yang dialami Twitter sejak diakuisisi oleh Elon Musk.

Infografis Cek Fakta: 6 Tips Cara Identifikasi Hoaks dan Disinformasi di Medsos

Infografis Cek Fakta
Infografis Cek Fakta: 6 Tips Cara Identifikasi Hoaks dan Disinformasi di Medsos
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya