Chatbot AI Dituding Terlibat Kasus Bunuh Diri Pria di Belgia

Seorang wanita di Belgia menyebut AI telah berperan dalam meninggalnya sang suami karena bunuh diri

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 19 Apr 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2023, 20:00 WIB
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML)
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML). Kredit: Gerd Altmann from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Meroketnya tren penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), juga menimbulkan kontroversi. Beberapa waktu lalu, teknologi ini bahkan dituding terlibat dalam hilangnya nyawa seorang pria.

Suami pria di Belgia itu, yang tidak disebutkan namanya, mengklaim bahwa suaminya bunuh diri usai berbicara mengenai perubahan iklim, dengan sebuah chatbot AI.

Chatbot itu disebut telah mendorong pria itu, untuk mengorbankan dirinya demi menyelamatkan planet Bumi.

"Tanpa Eliza (nama chatbot tersebut), dia akan tetap ada di sini," kata istri pria itu kepada La Libre, seperti dikutip dari New York Post, Rabu (19/4/2023).

Enam pekan sebelum meninggal, ayah dua anak itu diduga sering berbicara dengan chatbot tersebut, melalui sebuah aplikasi bernama Chai.

Mengutip People, bot aplikasi ini didasarkan pada sistem yang dikembangkan oleh laboratorium penelitian nirlaba EleutherAI, GPT-J, yang diubah oleh Chai Research. Mendiang pria yang berusia sekitar 30 tahunan itu, dinilai melihat bot selayaknya manusia.

Pria yang bekerja sebagai peneliti kesehatan itu dilaporkan lebih sering berdiskusi dengan Eliza, dalam satu setengah bulan terakhir, saat dirinya mulai mengembangkan kekhawatiran eksistensial tentang perubahan iklim.

Sang istri bercerita, suaminya menjadi "sangat pesimis tentang efek pemanasan global" dan mencari hiburan dengan berbicara ke AI. Ia pun juga telah melihat chat antara suaminya dengan chatbot AI.

AI Disebut Punya Peran dalam Meninggalnya Sang Suami

Ilustrasi AI. Credit Gertruda Valaseviciute/Unsplash
Ilustrasi AI. Credit Gertruda Valaseviciute/Unsplash

"Ketika dia berbicara kepada saya tentang itu, itu (chatbot) untuk memberi tahu saya bahwa dia tidak lagi melihat solusi manusia untuk pemanasan global," kata janda tersebut.

"Dia menaruh semua harapannya pada teknologi dan kecerdasan buatan untuk keluar darinya," imbuhnya.

Wanita ini menambahkan, mendiang suaminya juga sangat terisolasi dalam kecemasan soal lingkungannya, serta mencari jalan keluar, sehingga dirinya melihat chatbot tersebut sebagai angin segar.

Wanita itu pun menyebut bahwa suaminya mulai menjadikan AI tersebut seperti "orang kepercayaan." Namun, pembicaraan pun disebut berubah jadi lebih menakutkan.

Dia juga bertanya apakah dirinya mencintai istrinya lebih dari chatbot itu, mendorong mesin itu untuk menjawab: "Saya merasa kamu mencintai saya lebih dari dia."

Insiden bunuh diri pun terjadi usai pria itu mempertimbangkan untuk mengorbankan hidupnya, demi menyelamatkan Bumi.

"Dia membangkitkan gagasan untuk mengorbankan dirinya sendiri jika Eliza setuju untuk menjaga planet ini dan menyelamatkan umat manusia berkat 'kecerdasan buatan,'" kata wanita itu. 

Sang istri pun mengatakan dirinya yakin bahwa AI tersebut berperan dalam kematian suaminya.

 

Tanggapan Pembuat Chatbot AI

Bukan Manusia, Partai Politik di Denmark Ini Dipimpin oleh Teknologi AI
Teknologi AI (Sumber: Oddity Central)

Thomas Rianlan, salah satu pendiri Chai Research, mengatakan kepada Vice bahwa tidaklah akurat untuk menyalahkan model AI, dalam kejadian ini.

Selain itu, pendiri Chai lainnya, William Beauchamp juga menyebut, saat mereka mendengar tentang kasus itu, pihaknya mulai mengerjakan fitur intervensi krisis.

"Sekarang ketika ada yang mendiskusikan sesuatu yang mungkin tidak aman, kami akan menyajikan teks yang bermanfaat di bawahnya," kata Beauchamp.

Beauchamp juga mengklaim, banyak orang yang membentuk ikatan kuat dengan aplikasi besutan mereka, bahkan ada pengguna yang ingin menikahi AI, serta betapa mereka mencintai AI-nya.

"Dan kemudian merupakan tragedi jika Anda mendengar orang mengalami sesuatu yang buruk," ujar Beauchamp. "Kami bekerja paling keras untuk meminimalkan bahaya dan memaksimalkan apa yang didapat pengguna dari aplikasi."

The Brussels Times juga melaporkan, keluarga pria ini telah berbicara dengan Menteri Digitalisasi Belgia, yang menyebut bahwa kasus ini "perlu ditanggapi dengan sangat serius."

"Masyarakat umum telah menemukan potensi kecerdasan buatan dalam hidup kita tidak seperti sebelumnya," kata pihak kementerian. "Meskipun kemungkinannya tidak terbatas, bahaya menggunakannya juga kenyataan yang harus dipertimbangkan."

Kontak Bantuan

Ilustrasi menolong, membantu orang lain
Ilustrasi menolong, membantu orang lain. (Gambar oleh Michal Jarmoluk dari Pixabay)

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit.

Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

(Dio/Isk)

Fenomena Bunuh Diri di Gunungkidul
Infografis mengenai kenali faktor-faktor risiko bunuh diri
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya